Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, Oktober 08, 2012

JAGALAH KESEIMBANGAN ANTARA DOA DAN PELAYANAN


( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVII – Selasa, 9 Oktober 2012 )

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah desa. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedangkan Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia.” (Luk 10:38-42)


Bacaan Pertama: Gal 1:13-24; Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-3,13-15

Cerita pertemuan Yesus dengan Maria dan Marta seringkali diambil sebagai sebuah contoh dari adanya semacam ketegangan yang ada di dalam Gereja. Seperti Maria, ada sejumlah orang yang menekankan pentingnya menyediakan waktu dengan Tuhan dalam kegiatan doa. Seperti Marta, golongan yang yang lain menekankan pentingnya melayani dalam paroki dan bekerja untuk keadilan sosial dlsb. Sering kali, ketegangan tersebut menyebabkan konflik karena golongan Maria menuduh golongan Marta sebagai penganut idealisme “melayani diri sendiri”.

Yesus sebenarnya tidak pernah bermaksud bahwa “mengasihi Allah” dan “mengasihi sesama” membuat kita terpecah-belah. Malah sebaliknya! Yesus ingin agar kedua tindakan mengasihi ini tumbuh-subur dalam diri kita masing-masing. Lukas menunjukkan hal ini dengan menempatkan cerita tentang “Maria dan Marta” ini langsung setelah perumpamaan “Orang Samaria yang murah hati” (Luk 10:25-37). Sementara Yesus memanggil kita untuk “pergi dan melakukan” apa yang dilakukan oleh orang Samaria itu (Luk 10:37), Dia juga memanggil kita untuk memfokuskan hati kita pada tindakan mengasihi Dia dan mendengarkan suara-Nya (Luk 10:41-42).

Bukankah kita semua telah mengalami betapa sulitnya mengasihi orang-orang tertentu, teristimewa mereka yang sangat berbeda dengan kita? Tanpa pengalaman akan kasih Yesus secara berkesinambungan, maka saling mengasihi antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain sungguh menjadi semakin sulit dan sulit. Hanya kasih Yesus saja yang dapat memberikan asupan “makanan bernutrisi”. Menyegarkan dan memperkuat kita sehingga dengan demikian kita juga dapat memberikan “makanan bernutrisi”, menyegarkan dan memperkuat orang-orang lain. Hanya apabila dalam diri kita mengalir kasih Kristus, maka kita memiliki kasih yang dapat kita syeringkan dengan orang-orang untuk siapa kita dipanggil untuk melayani.

Dengan duduk di dekat kaki Tuhan, kita dapat mulai untuk mendengar panggilan-Nya dan mengetahui bagaimana apa permintaan-Nya agar kita mengasihi orang-orang di sekeliling kita. Kemudian, penuh keyakinan akan panggilan kita dan dipenuhi oleh Roh-Nya hari demi hari melalui doa-doa yang teratur, kita pun dapat pergi ke luar dan turut membangun Kerajaan-Nya dengan cara-cara yang sebelumnya kita sendiri tidak percaya bahwa hal itu mungkin.

Sekarang, apakah Saudari-Saudara mengalami ketegangan “Maria-Marta” dalam hati anda masing-masing? Apakah sekali-sekali anda tergoda untuk membiarkan apa yang “baik” menaungi atau menutupi apa yang “terbaik”? Marilah kita (anda dan saya) senantiasa berhati-hati menjaga keseimbangan yang benar antara doa dan pelayanan. Perkenankanlah terang Kristus menerangi hati kita masing-masing sampai diri kita dibuat hangat oleh kasih ilahi. Lalu, seperti Yesus, kita pun akan berjalan dalam kuasa Roh Kudus-Nya dan menjadi instrumen-instrumen untuk mewujudkan transformasi dunia.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah sumber segala berkat. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu untuk kasih-setia-Mu. Terima kasih Tuhan, Engkau senantiasa tak pernah luput memperhatikan diriku. Tolonglah aku juga agar senantiasa dapat menatap wajah-Mu dan siap melaksanakan perintah-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan