Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Khamis, Disember 06, 2012

YA TUHAN, KAMI PERCAYA


( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Ambrosius, Uskup Pujangga Gereja – Jumat, 7 Desember 2012 )


Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.” Yesus pun menyentuh mata mereka sambil berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Lalu meleklah mata mereka. Kemudian Yesus dengan tegas berpesan kepada mereka, “Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu. (Mat 9:27-31)

Bacaan Pertama: Yes 29:17-24; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14

“Kasihanilah kami, hai Anak Daud” (Mat 9:27). Dengan kata-kata inilah dua orang buta berseru kepada Yesus. Mereka sadar bahwa mereka terjebak dalam kegelapan, dan mereka mereka memohon dengan sangat kepada sang Rabi dari Nazaret ini – yang mereka rasakan bukan sekadar seorang rabi biasa – untuk mencelikkan mata mereka. Melihat hasrat mereka, Yesus bertanya: “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” (Mat 9:28). Ketika mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya” (Mat 9:28), Yesus pun menyentuh mata mereka sambil berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29). Langsung saja mereka meninggalkan kegelapan dan masuk ke dalam terang, semua itu disebabkan iman-kepercayaan mereka bahwa Yesus mampu melakukan sesuatu yang jauh melampaui kemampuan-kemampuan manusiawi.

Dua orang ini adalah sebuah contoh bagi kita, bukan hanya karena iman mereka, melainkan juga karena keterbukaan hati dan fleksibilitas pikiran mereka. Dalam artian tertentu kita semua menderita kebutaan – suatu kebutaan spiritual yang disebabkan tidak mengenal Yesus dan cara-cara-Nya. Kita tidak tahu sampai berapa dalam komitmen Yesus kepada kita, atau sampai berapa kuat Ia dapat bekerja dalam kehidupan kita. Kita semua cenderung untuk mereduksi kehidupan Kristiani kita menjadi seperangkat peraturan “lakukan” dan “jangan lakukan” (do’s and don’ts) sehingga kita luput dari kemungkinan bahwa Yesus mungkin ingin mengejutkan kita dengan sesuatu yang baru dan berbeda. Akan tetapi dua orang buta ini percaya bahwa hanya dengan satu sentuhan saja, Yesus mampu untuk memulihkan penglihatan mereka.

Allah memang ingin mengejutkan kita, membuat kita surprise. Ia ingin menyembuhkan kita dari kebutaan kita dan kekakuan pikiran kita yang terikat pada dunia ini saja. Dia ingin terang-Nya terbit di atas kita sehingga kita dapat diubah dan mulai “melihat” kehidupan tidak seperti sebelumnya, bahkan hal-hal luarbiasa seperti penyembuhan-penyembuhan ajaib – kata kerennya: miraculous healings. Yesus ingin menunjukkan kepada kita bahwa Injil bukanlah seperangkat hukum dan/atau resep, melainkan sebuah undangan kepada suatu relasi pribadi dengan diri-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita menyambut Yesus ke dalam tempat-tempat gelap dalam pikiran kita. Marilah kita mohon kepada-Nya untuk menyingkirkan cara-cara kita yang kaku dalam berpikir tentang Dia dan Injil-Nya. Sebagaimana dua orang buta dalam bacaan Injil hari ini, marilah kita berseru kepada Yesus mohon belas kasihan dan mohon kepada-Nya untuk membuka mata kita bagi kasih dan kuasa-Nya.

Santo Ambrosius [c. 334-397]. Pada hari ini, tanggal 7 Desember, kita memperingati Santo Ambrosius, uskup agung Milano dan salah seorang dari empat orang Bapak Gereja di Barat (Augustinus, Hieronimus, Gregrorius Agung). Sebelum diangkat menjadi uskup, Ambrosius pernah menjadi gubernur provisi Liguria dan Emilia. Ketika dipilih menjadi uskup, Ambrosius belum dibaptis. Namun sejak dia memangku jabatan uskup, seluruh hidupnya diabdikan demi umatnya: Ia tekun mempelajari Kitab Suci; memberikan khotbah setiap hari Minggu dan hari raya gerejawi serta menjaga persatuan dan kemurnian ajaran Katolik. Dengan penuh hikmat-kebijaksanaan dia membimbing kehidupan rohani umat; mengatur ibadah hari Minggu dengan menarik, sehingga umat dapat berpartisipasi secara aktif; mengatur dan mengusahakan bantuan bagi pemeliharaan kaum miskin-papa dan mempertobatkan orang-orang berdosa. Ambrosius adalah seorang uskup yang sangat baik dalam melayani umatnya. Ambrosius memang seorang gembala baik, yang dengan tulus-hati mencoba berusaha meniru sang Gembala Agung, Yesus Kristus. Sebagai seorang pemimpin Gereja, Ambrosius berhasil menyurutkan pengaruh kaum bid’ah Arianisme. Ketika Kaisar Theodosius menumpas pemberontakan dan melakukan pembantaian besar-besaran (genosida), Kaisar dikucilkan dari umat (diekskomunikasikan). Untuk diterima kembali ke dalam Gereja, Kaisar harus bertobat dan mengungkapkan penyesalannya di depan umat. Ambrosius tak peduli kaisar atau wong cilik, apabila berdosa harus bertobat. “Kalau Yang Mulia meneladan Raja Daud ketika berdosa, maka Yang Mulia harus mencontoh dia pula ketika bertobat!” – “Kepala Negara adalah anggota Gereja, bukan tuannya”, itulah kata-katanya kepada Kaisar.

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin melihat. Bukalah mataku agar dapat melihat Engkau dengan lebih jelas lagi. Bukalah hatiku agar dapat mengasihi-Mu secara lebih mendalam. Berikanlah kepadaku sebuah hati yang luwes-fleksibel, sebuah hati yang selalu siap untuk mengenal Engkau secara baru. Tuhan, kejutkanlah diriku dengan kasih-Mu! Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan