Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Rabu, Mac 27, 2013

IA MENGASIHI MEREKA SAMPAI KESUDAHANNYA


(Bacaan Injil Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: KAMIS PUTIH – 28 Maret 2013)


Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk pergi dari dunia ini kepada Bapa. Ia mengasihi orang-orang milik-Nya yang di dunia ini, dan Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya. Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Lalu sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, “Engkau tidak akan pernah membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya, “Siapa saja yang telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata, “Tidak semua kamu bersih.”

Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh 13:1-15)

Bacaan Pertama: Kel 12:1-8.11-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-13,15-18; Bacaan Kedua: 1Kor 11:23-26

 Untuk memahami episode yang kita rayakan hari ini – pembasuhan kaki para murid oleh Yesus – kita harus membaca Injil Lukas guna memperoleh petunjuk. Dalam Injil Lukas kita membaca: “Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka” (Luk 22:24). Apabila kita mengingat hal ini, maka kita dapat memahami apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan peristiwa ini sampai terjadi.

Kita mengetahui bahwa jalan-jalan di Palestina pada masa itu tidak diratakan dengan baik seperti zaman sekarang, misalnya diaspal. Jalan-jalan itu juga dikotori dengan kotoran hewan, debu, kotoran lainnya, kotoran dari padang gurun. Itulah sebabnya mengapa di depan pintu setiap rumah disediakan tempat khusus berisikan air dan juga seorang pelayan yang akan membersihkan serta mengeringkan kaki seorang tamu.

Karena tidak ada seorang pun yang khusus berfungsi sebagai pelayan/hamba dalam kelompok/rombongan Yesus, maka para murid-Nya secara bergiliran melakukan tugas ini. Namun seperti kita dapat lihat sendiri, mereka sudah sampai pada tingkat persaingan tidak sehat satu sama lain yang disebabkan oleh ambisi dan kesombongan pribadi masing-masing, sehingga tidak ada seorang pun yang melakukan tugas tersebut. Dengan demikian, mereka masuk ke dalam rumah itu, masing-masing dengan sombongnya, kemudian duduk dengan kaki yang belum dibasuh, dan tidak seorang pun melakukan tugas itu sampai Yesus sendiri melakukannya.

Sebagaimana biasanya, apa yang dilakukan oleh Yesus, dilakukan-Nya dengan dua tujuan. Tujuan pertama – tentunya – adalah untuk mengajar para pengikut-Nya cara penghayatan iman seorang Kristiani. Yesus mengatakan, bahwa di kalangan orang kafir, pribadi yang menggunakan otoritas adalah yang menjadi tuan atas orang-orang lain, dia yang menuntut perlakuan istimewa, menanti untuk menjadi orang yang dinanti-nantikan oleh orang lain. Tidak demikian halnya dengan para murid Yesus: Siapa yang mau menjadi tuan harus menjadi hamba/pelayan. Yesus bersabda: “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:13-15). Ini adalah indikasi tentang bagaimana komunitas Kristiani seharusnya diidentifikasikan. Sebuah komunitas yang akan melangkah maju untuk membasuh kaki-kaki yang ada di dunia …… melayani!

Jadi, ketika kita – seorang rohaniwan, religius atau awam – melakukan pembasuhan kaki orang lain, kita seharusnya melakukan pekerjaan itu dengan kerendahan hati – kedinaan – seperti yang dilakukan oleh Yesus sekitar 2.000 tahun lalu. Kita seharusnya tidak memandang wajah orang yang kita basuh kakinya, karena kiranya Yesus juga tidak melakukannya. Apakah kaki itu kaki Petrus, kaki Yohanes, atau kaki Yudas Iskariot, Ia samasekali tidak ingin mengetahui perbedaannya. Yesus hanya ingin agar semua orang mengetahui bahwa kasih-Nya mengalir kepada mereka, tidak peduli apakah orang itu seorang gembel yang tinggal di kolong jembatan di kawasan Jakarta Timur atau seorang raja yang menyandang gelar S3 dari IPB serta gelar-gelar kehormatan lainnya. Yesus tidak ingin memandang apakah wajah orang yang dibasuh kakinya itu cantik atau buruk rupa, apakah wajah orang baik atau orang jahat, dlsb. Yesus tidak ingin mengetahui apakah wajah seseorang itu hitam, putih, kuning, kuning langsat, apakah wajah seseorang itu wajah seorang laki-laki atau perempuan, wajah seorang budak atau orang bebas-merdeka, wajah seorang tuan-majikan atau wajah seorang hamba/pelayan; wajah seorang pribumi atau wajah seorang non-pribumi. Sungguh, Yesus sangat tidak mengenal diskriminasi dalam hal ini.

Komunitas Kristiani harus melakukan seperti yang dilakukan oleh Kristus sendiri yang seakan berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu. Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.Dan Aku membasuh kaki-kaki umat manusia guna membersihkannya dari dosa-dosa. Aku tidak mau memandang wajah masing-masing orang iuntuk memilih-milih.”

Itulah pelajaran pertama yang diberikan oleh Yesus kepada para murid-Nya berkaitan dengan peristiwa pembasuhan kaki para murid. Para murid-Nya belajar dengan disertai rasa malu. Ini adalah ringkasan Injil. Bagi para murid, inilah produk-akhir dari hidup selama tiga tahun sebagai murid-murid Yesus: melayani umat manusia, dan apabila seorang murid mempunyai aspirasi untuk menjadi yang paling besar, maka dia harus berlutut dan membasuh kaki-kaki manusia, siapa pun diri mereka.

Pelajaran kedua menyangkut EKARISTI. Yesus seakan mengatakan: “Kamu ingin mengetahui apa yang kita lakukan pada Perjamuan Terakhir? Dengan Aku mengambil roti dan cawan anggur serta mensyeringkannya dengan kamu, dengan membasuh kaki-kakimu, sebenarnya aku ingin agar kamu semua memahami makna dari Ekaristi. Ekaristi akan selamanya menjadi lambang yang hidup bahwa Aku berada di tengah-tengah kamu, mendorong kamu semua untuk melakukannya. Ketika aku mengambil roti dan berkata, ‘Inilah tubuh-Ku yang dipecah-pecah bagimu. Inilah cawan darah-Ku yang dicurahkan bagimu.’ Demikan pulalah yang harus dilakukan oleh komunitas Kristiani.”

Barangkali lambang yang paling agung dari pembasuhan kaki adalah ketika Yesus mengambil cawan itu, yang sangat mungkin telah dipegang dan diangkatnya untuk sekian waktu lamanya, sehingga mereka yang hadir akan mendapatkan/merasakan dampaknya secara penuh. Pada dasarnya Yesus mengatakan, seperti setiap kali dirayakan Ekaristi, “Ketika cawan-darah-Ku dicurahkan bagimu” – seperti para orangtua yang mencurahkan hidup mereka sepenuhnya bagi anak-anak mereka.

Sebuah cawan dikosongkan, dan kita pun dikosongkan dari kekuatan dan kesehatan ketika menderita sakit dan para hari tua kita. Sebuah cawan diisi, demikian pula halnya dengan kita ketika memasuki surga, atau pada waktu kita menyambut suatu hari yang baru dengan bahagia, dengan awal-awal yang baru. Sebuah cawan dipegang dan diangkat, seperti kehidupan yang dipegang dan disyeringkan setiap hari. Cawan pecah, seperti juga kehidupan menjadi berantakan disebabkan oleh dosa, dan kelangsungannya dipatahkan oleh kematian. Namun kasih Allah memiliki kuasa untuk membuatnya utuh kembali. Bilamana kita mensyeringkan cawan dalam Misa, hal ini berarti kita mensyeringkan hidup kita dengan semua orang, dengan kesusahan dan kegembiraan yang dikuatkan oleh Yesus, yang tetap ada bersama kita. Pembasuhan kaki berarti begitu juga.

Malam Perjamuan Terakhir adalah malam yang paling kudus di sepanjang tahun, saat di mana kita – umat Kristiani – diingatkan kembali kepada sebuah peristiwa yang terjadi sekitar 2.000 tahun lalu di dalam sebuah ruangan yang berukuran relatif kecil di Yerusalem. Yesus yang ada di tengah-tengah kita sekarang juga mendesak kita, “Ambillah tubuhmu dan berikanlah kepada orang-orang lain, dan pecah-pecahkanlah bagi orang-orang lain, dalam kasih. Ambillah cawan darahmu dan curahkanlah darahmu itu dan kosongkanlah cawan itu, peganglah dan tolong restorasikanlah orang-orang lain, agar umat manusia yang retak-retak itu dapat menjadi utuh kembali. Bilamana engkau makan roti ini dan minum cawan ini, engkau sungguh melakukannya sebagai kenangan akan Daku.”

Saudari dan Saudaraku, selagi kita melanjutkan perayaan Ekaristi pada malam yang kudus ini, marilah kita mencoba untuk menempatkan diri kita masing-masing kembali ke ruang atas di Yerusalem itu. Marilah kita berpretensi bahwa kita berada di sana dan Yesus baru saja membasuh kaki-kaki kita dan kita sungguh merasa malu. Namun sekarang kita telah mendapat pesan-Nya. Dan untuk selanjutnya pada perayaan Ekaristi malam ini, selagi kita maju ke depan untuk menerima roti yang telah dipecah-pecahkan dan ikut ambil bagian dari cawan yang sama, kita membuat janji baru kepada Yesus untuk menjadi komunitas-Nya dan kehadiran-Nya yang hidup. Kita pun membuat resolusi bahwa orang-orang akan mengenal kita sebagai orang-orang Kristiani lewat kasih kita satu sama lain.

(Uraian di atas adalah saduran dari tulisan Rm. William J. Bausch, TIMELY HOMILIES – The Wit and Wisdom of an Ordinary Pastor, Mystic, Connecticut: TWENTY-THIRD PUBLICATIONS, 1990, bab 27: Holy Thursday, hal. 144-147.)

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menetapkan Ekaristi bagi kami, dengan demikian kami menjadi komunitas-Mu dan tanda kehadiran-Mu. Biarlah orang-orang mengenal kami sebagai orang-orang Kristiani karena kami senantiasa saling membasuh kaki dengan saudari-saudara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:1-15), bacalah tulisan yang berjudul “JIKALAU AKU TIDAK MEMBASUH ENGKAU, ENGKAU TIDAK MENDAPAT BAGIAN DALAM AKU” (bacaan tanggal 28-3-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2013. Bacalah juga tulisan yang berjudul “MENGERTIKAH KAMU APA YANG TELAH KUPERBUAT KEPADAMU?” (bacaan tanggal 5-4-12) dalam situs/blog PAX ET BONUM.

Cilandak, 25 Maret 2013

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan