Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Sabtu, Jun 29, 2013

LAWATAN DAN MISA KUDUS DI KAPELA SANTO YEREMIA, SEPAGAYA

Kapela Santo Yeremia, Sepagaya - 23 Jun 2013. Rev. Fr. Thomas Makajil berserta rombongan dari Katedral St. Mary's, Sandakan dan dari Gereja Our Lady Of Fatima, Beluran telah membuat lawatan dan Misa Kudus. Turut hadir sama ialah Sister Lidwina Alyandu, Sister Gembala Baik yang berasal dari Larantuka. Jarak Kapela Santo Yeremia, Sepagaya dari Bandar Sandakan ialah 130KM dan dari Beluran 106KM. 

Sejak lebih kurang 5 tahun yang lalu, umat Santo Yeremia tidak di kunjungi oleh paderi mahupun Pelayan Sabda. Sebelum lawatan ini, kunjungan terakhir ialah pada awal Disember, 2012 oleh Saudara Hendrickus B. Nadus dengan mengadakan Ibadat Sabda. Setelah kunjungan ini, saudara Hendrickus Nadus telah memaklumkan kepada Fr. Thomas Makajil berhubung dengan kedudukan dan keadaan umat di sini yang sangat mengharapkan kunjungan paderi. Akhirnya, keluhan dan berkat doa; umat Santo Yeremia, Sepagaya telah dikunjungi oleh Rev. Fr. Thomas Makajil pada hari ini.



















































Jumaat, Jun 28, 2013

YESUS MENAWARKAN HIDUP BARU KEPADA SETIAP ORANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XIII [Tahun C] – 30 Juni, 2013)

Ketika hampir tiba waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi, Ia berpaling dan menegur mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seseorang di tengah jalan kepada Yesus, “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya, “Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang yang lain, “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapakku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Lalu seorang yang lain lagi berkata, “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:51-62)

Bacaan Pertama: 1Raj 19:16b,19-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 16:1-2,5,7-11; Bacaan Kedua: Gal 5:1,13-18

Yesus “mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Luk 9:51)! Yesus tahu jalan ke sana akan menyakiti, namun Dia juga tahu bahwa Dia akan pulang dan akan membuka rumah-Nya bagi kita semua, para murid-Nya. Ketika Yesus mengarahkan pandangan-Nya ke Yerusalem, Ia tidak hanya melihat kematian dan kebangkitan. Ia juga melihat kenaikan-Nya ke surga dan kita yang bergabung dengan-Nya di sana.

Itulah sebabnya mengapa Yesus menyerukan kepada para murid-Nya untuk meninggalkan segala sesuatu di belakang dan mengikut Dia. Dia ingin membakar hati kita dengan hasrat akan “hadiah panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp 3:14). Kita bukanlah sekadar warga dunia ini. “… kewargaan kita terdapat di dalam surga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Flp 3:20-21). Dengan surga dalam hati kita, kita pun dapat mengarahkan pandangan kita kepada Allah dengan penuh pengharapan. Yesus tahu bahwa sebagai para murid-Nya yang mengemban misi-Nya, kita menghadapi berbagai macam halangan dalam hidup kita, oleh karena itu Dia ingin membuka mata hati kita terhadap pancaran warisan kekal yang disediakan bagi kita dan membuatnya menjadi kekuatan pendorong di belakang ketetapan hati kita. Allah selalu siap untuk menunjukkan kepada kita bahwa kita sangat berharga di mata-Nya, sudah ditentukan (“ditakdirkan”) untuk mengambil bagian dalam kemuliaan kerajaan-Nya.

Memang perjalanan Yesus ke Yerusalem akan “berakhir” dengan kematian-Nya. Dia selalu mengajarkan kepada para murid, bahwa mengikut Dia melibatkan suatu “biaya” yang sangat besar. Dia menggunakan tiga macam “ibarat” untuk membantu para pendengar-Nya melihat kerajaan Allah dari sudut-pandang yang baru. Pertama-tama Yesus mengatakan: “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk 9:58). Pernyataan Yesus ini janganlah diartikan secara harfiah karena Yesus cukup sering diundang orang-orang berada dan menikmati hospitalitas mereka. Pernyataan Yesus di sini ditujukan kepada sesuatu yang lebih mendalam, yaitu masyarakat manusia (pemerintah dan orang-orang seiman dengan-Nya) yang akan menolak-Nya dan pada akhirnya membunuh Dia. Penggunaan “ibarat” yang kedua adalah ketika Yesus mengatakan: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati” (Luk 9:60). Penguburan orang mati merupakan suatu kewajiban sakral dalam agama Yahudi, namun yang dimaksudkan Yesus adalah supaya orang-orang mempertimbangkan hal-hal dari sudut pandang yang berbeda. Yesus tidak bermaksud untuk membebaskan seseorang dari kewajiban menguburkan orang-orang yang dikasihinya. Yang mau ditekankan Yesus adalah, bahwa hal mengikut Dia itu lebih fundamental daripada kewajiban keagamaan lainnya. “Ibarat” yang ketiga memberi kesan seakan-akan para pengikut-Nya tidak diperbolehkan untuk say goodbye secara formal kepada anggota keluarga mereka (Luk 9:61). Dalam hal ini, semoga kita tidak lupa bahwa nabi Elisa saja diperkenankan untuk say goodbye kepada ayah-ibunya sebelum mengikuti nabi Elia (1Raj 19:19-21).

Ketiga macam “ibarat” ini sebenarnya mengajak kita semua untuk memusatkan perhatian kita pada kenyataan betapa agungnya panggilan Kristus dan bagaimana kita harus menanggapi panggilan tersebut tanpa syarat apa pun. Dalam kondisi kita sebagai turunan Adam, kita memang suka tergoda untuk menghitung-hitung berbagai kemungkinan untung-rugi pengambilan keputusan kita ……, dalam hal ini kita sering memandang “biaya pemuridan” yang ada di depan mata dan dibuat “jeri” olehnya. Sebagai murid Yesus, begitu banyak rintangan – besar dan kecil – yang harus kita hadapi. Sesungguhnya Yesus menawarkan kepada setiap orang suatu hidup baru yang penuh sukacita dan lengkap, tetapi terwujud dalam suatu ‘pemisahan total’ dari keberadaan orang itu sebelumnya. Jadi para murid meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus atas dasar satu alasan, yaitu bahwa yang ditawarkan-Nya jauh lebih baik daripada yang mereka miliki (lihat Yoh 6:68).

DOA: Bapa surgawi, Allah sumber pengetahuan dan kebenaran, dalam hati para kudus-Mu telah Kautanamkan cinta mesra terhadap Kitab Suci. Semoga Roh Kudus-Mu senantiasa mendorong kami, umat-Mu, untuk semakin menimba kekuatan dari firman-Mu dalam Kitab Suci dan memperoleh sumber kehidupan di dalamnya. Bukalah mata hati kami terhadap kemuliaan rumah surgawi yang disediakan bagi kami. Semoga visi ini mendorong kami untuk tetap melangkah maju dalam perjalanan ziarah kami di dunia ini. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS