Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, Disember 16, 2013

SILSILAH YESUS KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Selasa, 17 Desember 2013)


Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham mempunyai anak, Ishak; Ishak mempunyai anak, Yakub; Yakub mempunyai anak, Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda mempunyai anak, Peres dan Zerah dari Tamar, Peres mempunyai anak, Hezron; Hezron mempunyai anak, Ram; Ram mempunyai anak, Aminadab; Aminadab mempunyai anak, Nahason; Nahason mempunyai anak, Salmon; Salmon mempunyai anak, Boas dari Rahab, Boas mempunyai anak, Obed dari Rut, Obed mempunyai anak, Isai; Isai mempunyai anak, Raja Daud. Daud mempunyai anak, Salomo dari istri Uria, Salomo mempunyai anak Rehabeam; Rehabeam mempunyai anak, Abia; Abia mempunyai anak, Asa; Asa mempunyai anak, Yosafat; Yosafat mempunyai anak, Yoram; Yoram mempunyai anak, Uzia; Uzia mempunyai anak, Yotam; Yotam mempunyai anak, Ahas; Ahas mempunyai anak, Hizkia; Hiskia mempunyai anak, Manasye; Manasye mempunyai anak, Amon; Amon mempunyai anak, Yosia; Yosia mempunyai anak, Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya mempunyai anak, Sealtiel; Sealtiel mempunyai anak Zerubabel; Zerubabel mempunyai anak, Abihud; Abihud mempunyai anak, Elyakim; Elyakim mempunyai anak, Azor; Azor mempunyai anak, Zadok; Zadok mempunyai anak, Akhim; Akhim mempunyai anak, Eliud; Eliud mempunyai anak, Eleazar; Eleazar mempunyai anak, Matan; Matan mempunyai anak, Yakub; Yakub mempunyai anak, Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Jadi, seluruhnya ada empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus. (Mat 1:1-17)

Bacaan Pertama: Kej 49:2,8-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:3-4,7-8,17

Mulai tanggal 17 Desember pada masa Adven bacaan-bacaan liturgis dipusatkan pada kedatangan Putera Allah sebagai anak manusia di tengah dunia, …… Natal. Hari ini kita merenungkan silsilah Yesus Kristus.

Sampai berapa seringkah kita, kalau menjumpai suatu silsilah dalam Kitab Suci, kita mengabaikannya atau membacanya secara sekilas lintas saja, kemudian membaca cerita-cerita yang lebih menarik? Akan tetapi, dengan bertindak seperti itu kita dapat kehilangan kesempatan untuk melihat wawasan yang berkenaan dengan rencana Allah. Silsilah Injil Matius tentang Yesus tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang persiapan Allah berkaitan dengan kelahiran Putera-Nya, melainkan juga membuka pikiran kita bagi kemampuan indah dari Allah untuk mendatangkan kebaikan dalam segala macam situasi yang dihadapi.

Silsilah seturut Injil Matius – yang dimulai dengan Abraham – mengokohkan posisi Yesus dalam tradisi Yahudi. Sebaliknya, silsilah seturut Injil Lukas (lihat Luk 3:23-38) melacak asal-usul Yesus – mundur ke belakang – sampai Adam dan menekankan signifikansi Yesus secara universal. Matius membagi nama-nama dan sejarah Israel ke dalam tiga kelompok, dan ia mengakhiri setiap kelompok dengan suatu klimaks: Daud sebagai raja (Mat 1:6), pembuangan di Babel (Mat 1:11), dan kelahiran Yesus (Mat 1:16). Dengan menulis secara begini, Matius menunjukkan betapa hati-hati Allah mempersiapkan umat-Nya untuk kedatangan sang Mesias. Tidak ada sedikit pun detil yang luput dari perhatian-Nya.

Bila kita memperhatikan persiapan yang sangat cermat, kita dapat menjadi terkejut ketika menemukan bahwa tidak semua nenek moyang Yesus adalah orang-orang yang hidupnya patut dikagumi. Di samping menyebutkan nama-nama beberapa raja Yehuda yang jauh dari hidup saleh, Matius juga menyoroti beberapa insiden buruk-menjijikan dalam sejarah Israel: tipuan Tamar agar dapat mengandung anak dari bapak mertuanya Yehuda (lihat Kej 38), dan perselingkuhan Daud dengan istri Uria yang bernama Batsyeba (lihat 2Sam 11). Matius ingin membuat jelas bahwa rencana Allah tidak dapat diganggu oleh kelemahan manusia. Pada kenyataannya, Allah memang sering mengejutkan umat-Nya dengan menggunakan orang-orang yang dipandang lemah, miskin, atau tidak diinginkan.

Dimasukkannya individu-individu ini dalam silsilah Yesus seharusnya menyemangati kita. Ada sebuah tempat untuk setiap pribadi dalam rencana penyelamatan Allah. Kita tidak perlu menjadi manusia yang sempurna atau kudus secara khusus agar dapat digunakan oleh Allah! Kita masing-masing mempunyai peranan yang penting seturut siapa diri kita sebagai anak-anak yang dikasihi Allah, yang telah ditebus oleh Yesus. Marilah kita memegang kebenaran ini dalam hati kita. Yesus ingin memberikan kepada kita martabat besar dan rasa percaya dalam pelayanan kita bagi-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, aku mengkomit hidupku kepada-Mu. Ambillah setiap bagian dari hidupku – baik yang pantas maupun tidak pantas – dan gunakanlah diriku bagi kemuliaan-Mu untuk membawa Kerajaan-Mu ke tengah dunia. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Sabtu, Disember 14, 2013

YESUS DAN YOHANES PEMBAPTIS

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN III [Tahun A], 15 Desember 2013)

Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh mudid-muridnya bertanya kepada-Nya, “Engkaulah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Yesus menjawab mereka, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.”

Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes, “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan anginkah? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat ornag yang berpakaian haluskah? Orang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi, untuk apakah kamu pergi? Melihat nabikah? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada dia. (Mat 11:2-11)

Bacaan Pertama: Yes 35:1-6,10; Mazmur Tanggapan: Mzm 146:6-10; Bacaan Kedua: Yak 5:7-10

Salah satu peristiwa yang paling berkesan dalam seluruh sejarah Israel adalah “Keluaran” atau “Exodus”. Peristiwa keluaran ini mengkonfirmasi kasih Allah yang unik bagi satu bangsa ini dan menunjukkan determinasi-Nya untuk melindungi mereka. Manakala mereka merasa ragu akan kebaikan tanpa batas dari Allah, maka yang mereka lakukan adalah mengingat kembali peristiwa Exodus ini dan rasa percaya mereka yang suci kepada Allah dibangun kembali.

Yesaya juga sangat terkesan dengan peristiwa Exodus ini, namun dia lebih merasa takjub dengan apa yang akan terjadi di masa depan – kedatangan sang Mesias. Ia melihat peristiwa spektakuler ini sebagai suatu Exodus yang baru dan lebih besar dan sang Mesias sebagai pribadi yang baru dan lebih besar daripada Musa, yang akan memimpin orang-orang keluar dari perbudakan spiritual. Tidak hanya mereka yang terjerat oleh dosa, melainkan juga orang-orang buta dan tuli akan dibebaskan agar dapat menikmati kepenuhan hidup.

Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus sama-sama sadar akan nubuatan optimistis dari nabi Yesaya. Jadi, ketika Yohanes Pembaptis – lewat para murid-Nya – mencari tahu tentang identifikasi-Nya, maka Yesus mengatakan kepada para murid Yohanes Pembaptis untuk pergi melapor kepada sang guru bahwa nubuat-nubuat nabi Yesaya sedang dipenuhi. Menanggapi pertanyaan para murid Yohanes, Yesus tidak mengeluarkan KTP-Nya (kalau ada pada waktu itu) dan menunjukkan KTP itu kepada para murid Yohanes: nama: Yesus dari Nazaret, tempat lahir: Betlehem, Yudea, pekerjaan: Mesias, dst. Yesus mengungkapkan apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya tentang Mesias ini: “orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Yes 35:5-6,61:1). Singkatnya, sang Mesias yang dinanti-nantikan sejak lama itu akhirnya datang dan Exodus baru sekarang sedang bergerak maju.

Baik Yesaya maupun Yohanes tidak menyadari betapa lengkap “Musa Baru” akan menggantikan Musa yang lama. Siapakah yang mengira bahwa Yesus secara pribadi mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk keselamatan umat-Nya?

Jadi, apabila kita mulai merasa ragu mengenai kasih-Nya yang unik bagi kita, maka kita hanya perlu mengingat salib yang penuh darah di bukit Kalvari dan kubur yang kosong. Dengan demikian, rasa percaya kita pada persahabatan-Nya dan kasih-Nya dibangun kembali. Tindakan penebusan-Nya begitu mendalam dan sungguh menggoncang bumi sehingga terus saja terasa getarannya di seluruh dunia sampai hari ini. Setiap hari kita dapat mendengar dan merasakannya, yang senantiasa mengundang kita masing-masing agar melangkah ke luar dari keterikatan dosa dan kegelapan dan masuk ke dalam suatu kebebasan baru dalam Kristus.

Liturgi masa Adven mengingatkan kita betapa pentingnya arti kedatangan Tuhan. Yohanes, seperti dikatakan oleh Yesus, adalah pribadi yang paling besar di hadapan-Nya. Namun kita masing-masing dapat lebih besar daripada Yohanes, karena kita adalah para penerima dari karunia yang jauh lebih sempurna.

Ya, memang begitulah, Yesus adalah Dia yang akan datang. Kita tidak perlu untuk mencari seorang pribadi yang lain. Setelah 20 abad lamanya, kita masih dapat mendengar dengan jelas sabda-Nya, dan masih terkesima dengan segala mukjizat-Nya dan penuh rasa syukur menerima sentuhan kesembuhan-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, penuhilah diri kami dengan air hidup. Datanglah ke padang gurun kehidupan kami dan segarkanlah kami sehingga kami dapat menjadi tanda-tanda kehidupan-Mu bagi dunia. Dalam Engkau, kami menaruh kepercayaan dan tidak lagi merasa haus, karena Engkau adalah air kehidupan. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, Disember 13, 2013

ELIA SUDAH DATANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Yohanes dr Salib, Imam-Pujangga Gereja – Sabtu, 14 Desember 2013)

Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Kalau demikian, mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus, “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. (Mat 17:10-13)

Bacaan pertama: Sir 48:1-4.9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3,15-16,18-19

Elia adalah nabi besar dari kerajaan utara Israel pada zaman pemerintahan Raja Ahab dan permaisurinya yang jahat, Izebel. Izebel menyembah ilah Baal dan telah menyuruh nabi-nabi Israel lainnya dibunuh (baca 1Raj 17:1 – 2Raj 2:13). Pelayanan nabi Elia termasuk penggandaan makanan dan membangkitkan orang mati (1Raj 17:7-24); hal mana dengan jelas menunjukkan kedaulatan “seorang” Allah yang benar.

Allah berbicara kepada Elia di Gunung Horeb (Sinai), seakan dia adalah seorang Musa baru yang akan memimpin orang-orang Israel meninggalkan kemurtadan mereka. Pentingnya nabi Elia dicerminkan dengan jelas ketika dia meninggalkan dunia dalam kereta berapi (2Raj 2:11-12). Pada zaman nabi kecil yang bernama Maleakhi [c.475 SM], orang-orang Yahudi mengharapkan nabi Elia (yang mereka percayai tidak pernah mati) akan datang kembali ke bumi dan berfungsi sebagai pembuka jalan dalam zaman Mesias: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN (YHWH) yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah” (Mal 4:5-6). Kepercayaan bahwa nabi Elia akan datang ke bumi ini dicerminkan dalam Kitab Sirakh (Sir 4:1-11) dan dalam kitab Makabe yang pertama, di mana Matatias menjelaskan bahwa nabi Elia diangkat ke surga secara istimewa karena kegiatan-kegiatannya yang penuh semangat untuk Hukum Taurat (1Mak 2:58).

Pada hari ini dan selama dua ribu tahun sejak Yerusalem diporak-porandakan oleh pasukan Romawi pada tahun 70, orang-orang Yahudi di seluruh dunia memperingati Paskah, “keluaran” orang-orang Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Mereka menyediakan secangkir anggur untuk Elia dan membuka pintu rumah mereka bagi sang nabi untuk masuk, dalam antisipasi akan kedatangan sang Mesias. Pada makan Paskah, orang Yahudi akan berkata , “Tahun depan di Yerusalem”, mengkaitkan kedatangan Elia dengan penebusan nasional.

Komentar Yesus tentang Elia secara langsung berkaitan dan melanjutkan peristiwa transfigurasi, di mana Yesus tampil di hadapan Petrus, Yakobus dan Yohanes di atas gunung tinggi, bersama-sama dan bercakap-cakap dengan Musa dan Elia, dan Allah Bapa bersabda kepada mereka dari dalam awan: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Ketika Yesus mengidentifikasikan Yohanes Pembaptis sebagai Elia (tidak secara literer/hurufiah, melainkan secara fungsional sebagai bentara Kristus/Mesias) yang telah diantisipasi oleh orang-orang Yahudi pada akhir zaman, Ia mengkonfirmasikan kata-kata Allah Bapa bahwa Dia – Yesus – adalah Yang Diurapi, Kristus (Ibrani: Meshiakh atau Mesias). Allah memegang kata-kata-Nya dengan memenuhi nubuat-nubuat Yahudi.

DOA: Bapa surgawi, penuh syukur kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau telah mengutus nabi-nabi seperti Musa, Elia dan Yohanes Pembaptis untuk memimpin kami kepada pertobatan dan kepada sang Mesias yang tidak hanya telah menebus Israel, melainkan juga seluruh dunia. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, Disember 09, 2013

YESUS ADALAH GEMBALA KITA SEMUA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari biasa Pekan II Adven – Selasa, 10 Desember 2013)

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak yang hilang.” (Mat 18:12-14)

Bacaan Pertama: Yes 40:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,10-13

Kita dapat saja berpikir bahwa seorang gembala akan bersungut-sungut karena harus “membuang-buang” energi hanya untuk mencari seekor domba yang hilang. Namun hal ini bukanlah yang terjadi dengan sang gembala dalam perumpamaan Yesus. Gembala ini begitu berkomitmen pada setiap ekor dombanya sehingga dia ikhlas berlelah-lelah untuk menyelamatkan domba mana pun yang mengalami kesulitan atau hilang. Gembala ini pun akan merasa bahagia apabila domba yang mengalami kesulitan atau hilang itu dapat diselamatkan.

Para nabi Perjanjian Lama seringkali mengibaratkan TUHAN (YHWH) Allah sebagai seorang gembala dalam cara-Nya menjaga Israel: “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanaan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (Yes 40:11). Yesus juga menggunakan gambaran “gembala yang baik” bagi diri-Nya: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh 10:11) dan mencari domba yang hilang (lihat Luk 15:4-5). Santo Gregorius Agung [540-604] menulis bahwa Yesus bahkan “memanggul domba di atas bahunya karena dengan mengambil kodrat manusia, Dia membebani diri-Nya dengan dosa-dosa kita.”

Inilah sesungguhnya makna terdalam dari ungkapan “Yesus adalah gembala kita semua”: Yesus menanggung sendiri dosa-dosa kita semua, bukan hanya segelintir orang yang mencoba untuk menjadi baik, atau sejumlah kecil orang yang telah memiliki kecenderungan-kecenderungan religius. Yesus tidak menolak orang-orang yang dikenal sebagai para pendosa. Yesus tidak menghindari orang-orang yang dipandang rendah oleh orang-orang “terhormat” pada zamannya. Yesus senantiasa mencari kesempatan untuk pergi mencari orang-orang berdosa dan hina dalam masyarakat pada waktu itu. Sebagai akibat dari perjumpaan orang-orang itu dengan Yesus, hidup mereka pun diubah secara dramatis.

Kita tentu masih ingat akan cerita tentang pertobatan Zakheus, bukan? (Luk 19:1-10). Kita pun tentunya tidak akan pernah melupakan cerita tentang perempuan yang kedapatan berzinah (Yoh 8:1-11), dan cerita tentang seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus, namun kemudian bertobat (Luk 23:42-43). Yesus minta kepada kita – para murid-Nya – agar mau ke luar menemui orang-orang seperti tiga orang yang disebutkan di atas. Yesus ingin kita untuk memberkati setiap orang yang kita jumpai, berdoa syafaat bagi mereka, dan mau menunjukkan kepada mereka bela-rasa-Nya bilamana ada kesempatan untuk itu. Teristimewa dalam masa Adven ini dengan segala macam pertemuan dalam lingkungan dlsb., kita akan mempunyai banyak kesempatan untuk berinter-aksi dengan orang-orang yang memiliki latar-belakang berbeda-beda dengan diri kita sendiri. Kita harus berhati-hati agar jangan cepat-cepat menghakimi mereka, tetapi menyambut setiap orang ke dalam hati kita. Marilah kita memohon kepada Yesus agar mengirimkan “domba-domba yang hilang” kepada kita. Selagi kita melakukannya, maka kita pun akan menemukan diri kita semakin serupa dengan Dia.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau sudi menjadi Gembala yang Baik bagi kami. Selamatkanlah kami semua – domba-domba-Mu, sehingga tidak seorangpun dari kami akan terpisahkan dari-Mu. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, Disember 05, 2013

JADILAH KEPADAMU MENURUT IMANMU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven – Jumat, 6 Desember 2013)

Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.” Yesus pun menyentuh mata mereka sambil berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Lalu meleklah mata mereka. Kemudian Yesus dengan tegas berpesan kepada mereka, “Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu. (Mat 9:27-31)

Bacaan Pertama: Yes 29:17-24; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14

“Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29).

Dua orang buta mendekati Yesus dengan suatu permintaan yang sederhana: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud” (Mat 9:27). Dengan mata iman, mereka dapat mengenali bahwa Yesus bukanlah rabi sembarang rabi, melainkan sang Mesias sendiri – ahli waris takhta Daud, Dia Yang Diurapi, yang telah datang untuk memenuhi janji-janji Allah kepada umat-Nya. Walaupun kebutaan fisik mereka telah menghalangi mereka untuk melihat Yesus, mereka biar bagaimana pun juga percaya kepada-Nya dari apa yang mereka dengar. Mereka berseru kepada Yesus karena mereka tahu betul bahwa Dia dapat menawarkan kepda mereka sesuatu yang tak dapat mereka menolaknya – kesembuhan dan suatu hidup baru. Menanggapi iman dua orang buta itu, Yesus menunjukkan kepada mereka kedalaman dari kasih Allah, memulihkan mereka tidak secara fisik saja, melainkan secara spiritual juga.

Yesus ingin kita mendekati diri-Nya dengan keyakinan yang sama seperti dua orang buta dalam bacaan Injil hari ini, yaitu dengan rendah hati memohon belas kasihan dan rahmat kepada-Nya. Apakah yang dapat menghalang-halangi diri kita untuk bertindak seperti dua orang buta tadi? Barangkali kemasabodohan, atau ketidakpercayaan, atau bahkan perasaan bahwa diri kita tidaklah pantas. Namun dalam hal ini Santo Paulus mengingatkan kita bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, bahkan kematian (maut) sekali pun (lihat Rm 8:31-39).

Kadang-kadang kita dapat merasa bahwa kita tidak mempunyai iman yang cukup, iman yang menyebabkan Yesus ingin menjawab ketika kita berseru kepada-Nya. Kita menjadi semakin ciut-hati ketika kita mencoba mengerahkan iman yang lebih dan lebih lagi dengan mencoba berdoa secara lebih keras lagi. Untunglah Allah mengetahui kelemahan-kelemahan diri kita, malah lebih baik daripada kita sendiri mengenal semua itu. Dan, Allah senantiasa siap untuk memberikan kepada kita rahmat yang kita perlukan untuk menanggapi sabda-Nya dengan penuh kepercayaan dan ketaatan.

Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam iman? Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengatakan kepada kita bahwa iman adalah sepenuhnya satu anugerah rahmat yang diberikan Allah kepada manusia. “Supaya dapat hidup dalam iman, dapat tumbuh dan dapat bertahan sampai akhir, kita harus memupuknya dengan Sabda Allah dan minta kepada Tuhan supaya menumbuhkan iman itu” (KGK, 162). Jadi, iman tidak datang karena kita melihat, melainkan dengan mendengar sabda Allah, dengan dengan percaya bahwa sabda-Nya sungguh dapat diandalkan karena Allah-lah Pengarangnya yang asli.

Yesus ingin memberikan kepada kita jauh lebih banyak daripada yang kita dapat minta atau bayangkan. Yesus menginginkan keakraban atau keintiman dengan kita masing-masing. Ia ingin mencurahkan cintakasih-Nya dan bersahabat dengan kita semua. Santo Augustinus dari Hippo pernah berkata: “Allah mengasihi kita masing-masing seakan-akan hanya ada seorang saja dari kita untuk dikasihi”. Oleh karena itu, marilah kita semakin mendekat kepada Tuhan dalam masa Adven ini dengan ekspektasi penuh pengharapan bahwa Dia akan memenuhi janji-janji-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, aku mengasihi Engkau dan menyerahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu. Jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, Disember 02, 2013

MEREKA PUN PERGI MEMBERITAKAN INJIL KE SEGALA PENJURU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Santo Fransiskus Xaverius, Imam – Pelindung Misi – Selasa, 3 Desember 2013)

Lalu Ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun yang mematikan, mereka tidak akan mendapat celaka; merek akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergi memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. (Mrk 16:15-20)

Bacaan Pertama: 1Kor 9:16-19,22-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2

Bacaan hari ini adalah tentang kenaikan Tuhan Yesus. Kita hanya dapat memahami peristiwa kenaikan Tuhan ini jikalau kita melihatnya dalam kaitan dengan peristiwa-peristiwa sentral lainnya dalam kehidupan Yesus Kristus: …… kelahiran-Nya, sengsara dan kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.

Karena kasih Bapa surgawi, Yesus Kristus diutus ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita-manusia dari dosa dan kematian kekal. Ia lahir sebagai salah seorang dari kita, umat manusia. Lewat kematian-Nya di kayu salib, Yesus menang-berjaya atas dosa dan kematian kekal, dan kemenangan-Nya itu dimanisfestasikan dalam kebangkitan-Nya yang penuh kemuliaan. Yesus mengalami kegelapan dunia kematian dan pada hari ketiga Dia bangkit dengan jaya. Namun Yesus tidak bangkit hanya untuk mengambil kembali keberadaan-Nya di atas muka bumi yang telah dimulai-Nya pada saat kelahiran-Nya di Betlehem.

Kenaikan Tuhan Yesus menunjukkan, bahwa dia bangkit dari kematian dan masuk ke dalam suatu kehidupan surgawi yang baru. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga berarti kembali-Nya kepada Bapa, pemuliaan-Nya di surga di sebelah kanan Bapa, peninggian-Nya sebagai Tuhan Kehidupan. Jadi kenaikan Tuhan Yesus adalah suatu bagian integral dari kebangkitan-Nya, sebagai buah yang adalah bagian dari sebatang pohon. Kenaikan Tuhan Yesus menunjukkan kebaharuan dan kepenuhan dari hidup kebangkitan-Nya. Kita memang tidak dapat membayangkan macam apa hidup kebangkitan itu. Bahkan kita tidak mempunyai kata yang pas untuk menggambarkannya. Namun ada sepatah kata yang kita dengar dan akan dengar lagi dari waktu ke waktu dalam Misa dan doa-doa: KEMULIAAN! Memang kata ini bukanlah kata yang memadai, tetapi inilah kata satu-satunya yang terdapat dalam perbendaharaan kata kita. Yesus naik ke suatu kehidupan yang penuh kemuliaan.

Kenaikan Tuhan Yesus penting bagi kita karena kehidupan ini begitu berharga. Kita berpegang pada kehidupan di dunia ini, meskipun banyak mengalami kesusahan, frustrasi dan bermacam-macam penderitaan lainnya. Kita berpegang pada kehidupan dunia ini karena inilah satu-satunya yang kita ketahui. Di sisi lain kita pun tidak menginginkan kehidupan seperti ini untuk selama-lamanya. Sebenarnya dalam hati setiap insan terdapat kerinduan akan suatu kehidupan sempurna yang tidak mengenal akhir, kehidupan yang penuh kemuliaan.

Di zaman kuno, orang-orang mencari sumber air yang mampu membuat awet muda dan tidak akan mati. Kedengaran agak sedikit naive bagi telinga orang-orang pada zaman modern kita ini. Namun para ilmuwan zaman modern ini pun hampir sama naive-nya ketika mereka mencoba menyelidiki proses penuaan, dengan harapan dapat menemukan suatu cara untuk memperpanjang hidup manusia dan akhirnya dapat mencegah kematian itu sendiri. Kita harus percaya, bahwa kehidupan yang merupakan tujuan dari penciptaan kita tidaklah terdapat dalam dunia ini, tetapi di dalam surga. Kita memang harus menemukan kehidupan surgawi itu. Seperti Kristus, kita juga harus berjalan melalui dunia kematian sehingga kita dapat ikut ambil bagian dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Kita telah dipanggil kepada suatu pengharapan besar dalam Kristus. Dalam dia kodrat manusia yang lemah telah dibangkitkan kepada kemuliaan. Pada suatu hari warisan-Nya yang mulia akan menjadi milik kita juga. Kita tidak perlu takut akan proses penuaan secara fisik yang pada satu titik kelak akan membawa kita berjumpa dengan Saudari Maut (badani). Yang perlu kita ketahui dan waspadai adalah kuasa dosa yang sangat merusak dan dapat menghancurkan kita sehabis-habisnya.

Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Yesus memberikan Amanat kepada para murid-Nya untuk mewartakan Injil kepada semua makhluk dan menjanjikan segala kuasa serta tanda heran yang akan menyertai mereka. Orang kudus yang pestanya dirayakan oleh Gereja pada hari ini, Santo Fransiskus Xaverius (1506-1552), adalah contoh konkret dari seorang murid yang taat dan patuh kepada amanat Yesus itu. Dia mewartakan Kabar Baik Tuhan kita Yesus Kristus ke banyak penjuru dunia, termasuk Indonesia. Pewartaannya juga disertai dengan berbagai kuasa Roh dan tanda heran. Berikut ini adalah cerita singkat dari orang kudus ini:

Fransiskus Xaverius. Bersama-sama dengan S. Teresa dari Lisieux [1873-1897], S. Fransiskus Xaverius adalah orang-orang kudus pelindung Misi. S. Fransiskus Xaverius adalah misionaris terbesar yang dikenal Gereja sejak rasul Paulus. Tidak lama setelah Ignatius dari Loyola mendirikan Serikat Yesus, Fransiskus Xaverius mengikuti jejak kawan sekamarnya, Petrus Faber, bergabung dengan Serikat Yesus. Hatinya digerakkan oleh Roh Kudus untuk bergabung karena pertanyaan penuh tantangan yang diajukan oleh S. Ignatius dari Loyola: “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26).

Kegiatan misioner S. Fransiskus Xaverius di Asia sudah diketahui dengan baik oleh banyak orang, termasuk kepulauan Maluku di Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankanlah apabila nama baptis Fransiskus Xaverius juga sudah menjadi nama “pasaran” di kalangan umat Katolik di Indonesia.

Sebelum sempat melakukan tugas misionernya di daratan Tiongkok, pada tanggal 21 November 1552 Fransiskus Xaverius jatuh sakit demam serta terkurung di pondok rindangnya di pantai pulau kecil San Jian. Dia dirawat oleh Antonio, seorang pelayan Tionghoa yang beragama Katolik. Beberapa tahun kemudian, Antonio menulis sebuah laporan tentang hari-hari terakhir hidup orang kudus itu di dunia. Fransiskus meninggal dunia pada tanggal 3 Desember dan jenazahnya dikuburkan di pulau itu. Pada musim semi tahun berikutnya, jenazahnya dibawa ke Malaka untuk dimakamkan di sebuah gereja Portugis di sana. Beberapa tahun kemudian sisa-sisa tubuhnya dibawa lagi ke Goa di India untuk dimakamkan di Gereja Bom Jesus.

DOA: Allah, penyelamat umat manusia, berbagai bangsa Kaujadikan milik-Mu berkat pewartaan Santo Fransiskus Xaverius. Semoga semangat kerasulannya berkobar-kobar dalam hati semua orang beriman, sehingga di mana-mana umat-Mu dapat berkembang subur. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS