Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Rabu, September 30, 2015

MENJADI SEPERTI ANAK-ANAK KECIL INI [2]

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Teresia dr Kanak-kanak Yesus, Perawan & Pujangga Gereja, Pelindung Misi – Kamis, 1 Oktober 2015)
YESUS DI GEREJA ORTODOX SIRIA
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka dan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan siapa saja yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”  (Mat 18:1-5) 

Bacaan Pertama: Yes 66:10-14b atau 1Kor 12:31-13:13; Mazmur Tanggapan: Mzm 131:1-3; Bacaan Injil alternatif: Luk 10:1-12 
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat 18:3).
Pada hari ini kita merayakan pesta Santa Teresia dari Lisieux [1873-1897], perawan dan Pujangga Gereja. Ketika baru berumur 15 tahun, dengan izin khusus Sri Paus, Teresia masuk sebuah biara Karmel di Lisieux, Perancis. Hanya delapan tahun kemudian, suster muda usia ini meninggal dunia karena penyakit TBC yang dideritanya. Kalau hanya sampai di situ ceritanya, maka tidak ada yang istimewa dari kehidupan suster ini yang memang hidup di dalam tembok biara yang ketat. Namun apa yang diwariskannya meninggalkan rekam jejak yang sangat berpengaruh atas kehidupan Gereja, bahkan sampai hari ini. Teresia adalah contoh baik untuk ditiru kalau kita ingin mengikuti perintah Yesus di atas. Tidak percuma nama panggilannya adalah “Teresa Kecil” atau si “Kuntum Bunga yang kecil”.
Ada dua orang perempuan kudus dari Ordo Karmelites Tak Berkasut (OCD) – pada zaman yang berbeda – yang bernama Teresia, yang satunya adalah Santa Teresia dari Avila atau “Teresia Besar” yang juga adalah seorang Pujangga Gereja.
Ketika masih berumur 12 tahun Teresia sudah berjanji kepada Kristus: “Yesus di kayu salib yang haus, aku akan memberikan air pada-Mu. Aku akan menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat.” Pendosa pertama yang bertobat berkat doa gadis kecil ini adalah seorang penjahat kelas berat yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesali perbuatan-perbuatan jahatnya. Orang itu bertobat di hadapan sebuah salib sesaat sebelum menjalani hukumannya. Luar biasa!!! Meskipun para suster dalam biara (termasuk dua orang kakaknya) mencintai Teresia, hal ini tak berarti dia luput dari berbagai pencobaan batin dan kekeringan. Karena kematangan jiwanya, Teresia sudah diangkat menjadi magistra novis ketika dia baru berumur 20-an tahun.
Dalam biara dengan klausura ketat, Teresia berjuang untuk menempuh “jalan sederhana” menuju kesucian, yaitu secara konsekuen percaya dan mengasihi Tuhan. Ia selalu menampilkan wajah yang jernih dalam situasi yang bagaimana pun. Orang kudus muda ini menderita sakit paru-paru yang parah dan akhirnya meninggal ketika berusia 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadi yang ditulis atas permintaan pemimpin biaranya. Judulnya: “Kisah satu jiwa” (Inggris: The Story of a Soul). Di situ Teresia menunjukkan, bahwa kesucian dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa-biasa saja orang itu. Caranya adalah dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Lewat teladan hidupnya, Teresia telah mengajarkan, bahwa kita dapat bersatu dengan Allah dengan mempersembahkan kepada-Nya setiap saat dari kehidupan kita sehari-hari. Persembahan sederhana itu dapat menjadi sarana bagi kita guna mencapai kesucian yang kita rindukan.
st-therese-of-lisieux
Para suster Karmelites di Hanoi, Indo-China (Viet Nam sekarang) memintanya untuk memperkuat biara di sana, namun penyakit yang dideritanya tak mengizinkan. Delapan belas bulan terakhir dari hidupnya adalah periode penderitaan-badani yang sangat menyakitkan bagi Teresia, pada saat yang sama juga merupakan masa pencobaan rohani. Pada bulan Juni 1897 Teresia dipindahkan ke ruangan khusus untuk para penderita sakit di biara dan tidak pernah keluar lagi dari sana sampai saat ajalnya pada tanggal 30 September. Suster muda, sederhana dan suci ini menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah bibirnya mengucapkan sabda-sabda ilahi dari Kitab Suci. Teresia diangkat menjadi seorang beata oleh Paus Pius XI pada tahun 1923 dan Paus yang sama mendeklarasikannya sebagai seorang santa pada tahun 1925.

Pada tahun 1927, bersama dengan Santo Fransiskus Xaverius, Teresa diangkat menjadi pelindung Misi, meskipun belum pernah pergi ke luar negeri. Dia adalah juga pelindung para penjual bunga. Santo Fransiskus Xaverius yang Yesuit itu diutus Yesus Kristus ke ujung-ujung bumi, tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh tujuh puluh murid seperti diceritakan dalam bacaan Injil alternatif di atas (Luk 10:1-12), sedangkan Teresia diutus – melalui doa-doanya – juga ke mana-mana, meskipun secara fisik berkedudukan secara statis dalam selnya. Kita memang suka lupa bahwa kegiatan doa yang benar juga merupakan kegiatan kerasulan. Memang Jalan Tuhan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata yang berdasarkan akal budi semata. Inilah Penyelenggaraan Ilahi yang penuh dengan misteri. 
Setiap hari, marilah kita menanggapi panggilan Tuhan Yesus Kristus. Memang kadang-kadang barangkali kita merasa tak pantas, namun sebenarnya kepada kita telah diberikan kuasa dan wewenang untuk menjadi “kaki-tangan” Yesus membawa jiwa-jiwa ke surga. Kalau kita berdiam dalam Kristus dan taat mengikuti perintah-perintah-Nya, maka cinta kasih-Nya akan dapat dipastikan mengalir dari dalam diri kita. Baiklah kita melihat setiap hari dengan pengertian bahwa kepada kita telah diberikan suatu kesempatan untuk menjadi saksi Injil, mendoakan orang yang menderita segala sakit-penyakit, fisik maupun rohani, dan mengusir roh-roh jahat.
DOA: Bapa surgawi, Engkau menjanjikan Kerajaan-Mu kepada orang-orang yang bertobat dan menjadi seperti anak-anak kecil. Berikanlah rahmat-Mu kepada kami agar dapat berjalan dengan penuh keyakinan seturut cara Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus, dengan demikian kami dapat melihat kemuliaan-Mu yang kekal. Amin. 
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:1-5), bacalah tulisan yang berjudul “MENJADI SEPERTI ANAK-ANAK KECIL INI” (bacaan tanggal 1-10-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2015. 
Cilandak, 28 September 2015 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, September 29, 2015

YA TUHAN, AKU AKAN MENGIKUT ENGKAU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Hieronimus, Imam & Pujangga Gereja – Rabu, 30 September 2015) 
YESUS DAN KEDUABELAS MURID-NYA
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seseorang di tengah jalan kepada Yesus, “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya, “Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang yang lain, “Ikutlah Aku!”  Tetapi orang itu berkata, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapakku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Lalu seorang yang lain lagi berkata, “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:57-62) 

Bacaan Pertama: Neh 2:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 137:1-5
Ketika Yesus berkata, “Mari, ikutlah Aku …”, kita bahkan dapat mendengar kelanjutannya: Tinggalkanlah semua orang yang tidak mau mengikut Aku. Tinggalkanlah segala sesuatu yang menghalangi kamu mengikut Aku. Jangan melihat ke belakang.”Semua ini terdengar sulit, namun Yesus tidak datang ke tengah dunia agar dapat membuat hidup kita menjadi mudah; Ia datang untuk membuat segala sesuatu menjadi benar. Ia datang untuk membebaskan kita dari ikatan dosa, membuang rasa bersalah masa lalu kita, dan untuk memberikan kepada kita visi bagi masa depan. Ia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana mengikuti jejak-Nya secara bermartabat dan yang memberikan kemuliaan bagi Allah.
Segala janji dalam Injil menjadi efektif dalam hidup kita selagi kita memutuskan untuk mengikuti jejak Yesus.  Dengan satu keputusan itu – diteguhkan dan diteguhkan lagi – kita menjadi terbuka bagi semua rahmat, sukacita, dan pengharapan akan surga.  Dengan mengucapkan kata-kata sederhana secara tulus, “Ya, Tuhan”,  terbukalah bagi kita suatu kehidupan yang bebas-merdeka, di mana Allah mengangkat beban rasa bersalah dan kecemasan kita dan memberikan kepada kita suatu jaminan akan kasih-Nya. Jaminan tersebut tak dapat dirusak oleh apa dan siapa pun.
Saudari dan Saudara sekalian, marilah kita sekarang membuat keputusan pada hari ini. Secara terbuka, kita berkata kepada Yesus: “Ya Tuhan, aku akan mengikut Engkau.” Setelah itu, janganlah berekspektasi bahwa segala sesuatu pasti akan menjadi lebih mudah; melainkan kita harus mencari langkah selanjutnya dalam hidup ini guna menjadi jelas. Lalu langkah selanjutnya dan langkah selanjutnya lagi, dst.
Beata Ibu Teresa dari Kalkuta mengatakan “ya” kepada Yesus. “Ya” itu menarik dirinya dari rumah asalnya di Albania dan membawanya ke sebuah sekolah susteran, kemudian ke jalan-jalan di Kalkuta – hampir tidak dapat dikatakan suatu kehidupan yang nyaman. Namun demikian biarawati ini melihat beban hidupnya ringan karena dia tahu bahwa Yesus menyertai dirinya. Rencana-rencananya sendiri, preferensi-preferensi dan mimpi-mimpinya harus memberi jalan bagi rencana-rencana dan preferensi-preferensi Kristus. Selagi Ibu Teresa mengabdikan dirinya kepada segala niat-Nya, maka dia mengalami sukacita sejati. Jika kita berbicara mengenai Ibu Teresa, maka yang kita bayangkan adalah seorang biarawati yang hampir selalu tersenyum dengan sepasang mata yang terang memancarkan kasih Allah.
Mengikut Yesus berarti memilih jalan yang sempit. Walaupun ini bukan merupakan jalan yang mudah, jalan ini pun bukanlah jalan yang selalu penuh penderitaan serasa matahari tidak pernah bersinar. Jalan yang sempit mungkin terlihat menakutkan, namun Allah ada bersama kita, dan dengan Allah segala sesuatu itu mungkin. Selagi kita melangkah di atas jalan yang sempit itu, kita akan senantiasa menemukan rahmat yang kita butuhkan – pada saat yang tepat, dalam ukuran yang tepat. Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus akan melihat hal itu. Yesus ingin agar kita berhasil, bukan sebaliknya!
DOA: Ya Tuhan, aku akan mengikuti jejak-Mu pada hari ini. Nyatakanlah jalan-jalan-Mu kepadaku. Ajarlah aku jalan-jalan-Mu, maka ke mana saja Engkau pergi, aku pun dapat pergi. Amin.
Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 9:57-62), bacalah juga tulisan yang berjudul “KOMITMEN KRISTIANI YANG SEJATI” (bacaan tanggal 30-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2015. 
Cilandak, 28 September 2015 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, September 28, 2015

PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Selasa, 29 September 2015) 
Archangels
Kemudian timbullah peperangan di surga. Mikael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di surga.  Naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
Lalu aku mendengar suara yang nyaring di surga berkata, “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara seiman kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai harus menghadapi maut. Karena itu, bersukacitalah, hai surga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu bahwa waktunya sudah singkat.” (Why 12:7-12) 
Bacaan Pertama alternatif: Dan 7:9-10,13-14;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51
Tahukah kita (anda dan saya) masing-masing bahwa melalui Kristus kita menjadi warga surga. Di sana tidak ada pajak, dan rencana pensiun dari sang Raja sempurna adanya. Perumahan yang sempurna juga tersedia dan kita tidak memerlukan asuransi kesehatan sama sekali. Dan …… kita akan begitu sering bertemu dengan para malaikat (catatan: bukan bidadari!).
Yesus datang ke tengah dunia untuk mewartakan Kabar Baik, menyembuhkan mereka yang sakit dan mengusir Iblis dan roh-roh jahat dari orang-orang yang dikuasai makhluk-makhluk jahat tersebut. Karena para malaikat adalah utusan-utusan dan pelayan-pelayan Allah, kelihatannya ada “seorang” malaikat agung  diasosiasikan dengan masing-masing fungsi di atas. Misalnya, Gabriel, dikaitkan dengan fungsi pewartaan Kabar Baik (lihat Luk 1:26-28). Rafael dikaitkan dengan fungsi penyembuhan (Tob 12:1-10). Mikael dikaitkan dengan fungsi pertempuran-pertempuran melawan Iblis dan roh-roh jahatnya (Why 12:7). Sungguh merupakan suatu privilese bagi para malaikat agung tersebut untuk ikut ambil bagian dalam karya penebusan Yesus. Di sisi lain, kita semua pun sangatlah terberkati karena ada makhluk-makhluk rohani penuh kuasa dan kasih yang berjuang bagi kita dalam pertempuran rohani melawan kuasa-kuasa kegelapan.
Karena kita telah dipersatukan dengan Yesus dalam baptisan, maka kita pun dapat mulai mengalami di sini dan pada saat ini juga berkat-berkat dari kewargaan kita yang baru (warga surga). Kebangkitan Yesus telah membuka surga sebagai rumah kita yang sejati. Pada kenyataannya, bagian dari Gereja yang dinamakan “Gereja yang Berjaya” – sudah berada di surga, di mana para kudus berdiri bersama Yesus di hadapan takhta Allah Bapa, melakukan doa syafaat (pengantaraan) bagi kita. Pada saat yang sama, kita – “Gereja yang Berjuang” – terlibat dalam perang rohani yang terus berkecamuk di sekeliling kita. Dengan demikian, sungguh pentinglah bagi kita (anda dan saya) untuk “mencari hal-hal yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” (Kol 3:1)! Di sinilah tempat kewargaan kita yang sejati.
Allah ingin agar kita senantiasa waspada terhadap lingkungan spiritual di sekeliling kita, di mana para malaikat-Nya berkonfrontasi dengan kuasa-kuasa jahat dalam dunia yang tak terlihat mata. Apakah sekarang kita (anda dan saya) memandang situasi-situasi yang kita hadapi hanya dari sudut alamiah, atau dapatkah kita mendeteksi kekuatan-kekuatan “lain” yang juga bekerja, yang baik maupun yang jahat? Sebagai sang “Panglima Tertinggi” dalam hal konflik-konflik spiritual/rohani, Yesus ingin agar kita mengangkat senjata iman yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Kita dapat memohon bantuan para malaikat dan berdoa agar dilepaskan/dibebaskan dari kuasa-kuasa jahat. Untuk kita ketahui, Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya sesungguhnya merupakan kekuatan jahat dan tidak mengenal lelah dalam upaya mereka menjatuhkan kita, namun ia dapat dikalahkan oleh darah Yesus.
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu untuk banyak cara yang digunakan oleh Gabriel, Rafael dan Mikael dalam melayani Engkau dan melindungi kami. Bukalah mata kami lebih lebar lagi agar dapat melihat pertempuran spiritual yang terjadi di sekeliling kami. Berikanlah kepada kami keyakinan yang lebih besar akan kuat-kuasa-Mu untuk mengatasi segala macam kejahatan. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama (alternatif) untuk hari ini (Dan 7:9-10,13-14), bacalah tulisan yang berjudul “PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG [5]” (bacaan tanggal 29-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
Cilandak, 27 September 2015 [HARI MINGGU BIASA XXVI – TAHUN B]   
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, September 27, 2015

YANG TERKECIL DI ANTARA KAMU SEKALIAN, DIALAH YANG TERBESAR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVI – Senin, 28 September 2015)
Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan B. Inosensius dari Bertio, Imam 
CHILD IN THEIR MIDST - 001
Kemudian timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya , dan berkata kepada mereka, “Siapa saja yang menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”

Yohanes berkata, “Guru, kami lihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya, “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” (Luk 9:46-50) 
Bacaan Pertama: Za 8:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 102:16-23,29
Yesus mempunyai alasan untuk menjadi jengkel – malah sangat jengkel – dengan para murid-Nya. Kita melihat bahwa tiga orang di antara mereka baru saja menyaksikan transfigurasi di atas gunung (Luk 9:28-36) dan para murid yang lebih banyak jumlahnya juga menyaksikan Yesus mengusir roh jahat dari seorang anak yang sakit (Luk 9:37-43a), namun kemudian Yesus secara spesifik mengingatkan para murid-Nya itu akan penderitaan-Nya kelak (pemberitahuan kedua; Luk 9:43b-46), seraya menjelaskan bahwa Kerajaan-Nya bukanlah kerajaan dengan kekuasan duniawi melainkan kekuasaan berdasarkan kerendahan hati atau kedinaan. Walaupun mendengar pemberitahuan Yesus itu, para murid masih saja bertengkar antara mereka sendiri tentang siapakah yang terbesar di antara mereka (Luk 9:46). Kiranya mereka berkompetisi satu sama lain untuk memperoleh posisi kekuasaan dalam Kerajaan yang akan datang. Ah, begitu lamban mereka untuk sampai ke titik di mana mereka sungguh merangkul kerendahan hati Yesus, yang mengosongkan diri-Nya guna menyenangkan hati Bapa di surga!
Yesus dapat saja menegur para murid-Nya dengan keras.  Namun pada kenyataannya, Dia sekali lagi mengajar para murid bahwa kemuliaan dalam Kerajaan adalah milik dari yang paling kecil di antara mereka. Walaupun para murid itu lamban dalam memahami ajaran-Nya, Yesus tidak pernah berhenti menjelaskannya kepada mereka dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatan. Kekerasan kepala para murid dan juga persaingan tak sehat yang terjadi di antara mereka bukanlah halangan bagi Yesus. Yesus ingin agar para murid-Nya sungguh mencerminkan kerendahan hati-Nya. Memang benar bahwa para murid mengasihi Yesus. Bahkan mereka percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias dan mereka sungguh berani dalam memprolamasikan Kerajaan-Nya. Namun kita juga tidak dapat menyangkal kenyataan bahwa pelajaran tentang kerendahan hati atau kedinaan itu sangatlah sulit bagi mereka untuk menyimaknya.
Yesus tidak pernah “kapok” dan/atau menyerah dalam hal memperbaiki kebebalan para murid-Nya, demikian pula Dia tidak pernah menyerah dalam hal kita. Kita menemukan begitu banyak hal, baik dalam hati dan dalam dunia di sekeliling kita yang menarik kita kepada sikap dan perilaku yang mau untung sendiri dan juga cinta kekuasaan. Barangkali kita – terpaksa atau tidak terpaksa – mengeluh tidak puas tentang apa saja yang berhasil dicapai oleh kita atau anak-anak kita, atau merasa susah/tidak enak untuk memperkenankan orang lain yang dekat dengan kita menjadi sorotan orang-orang karena keberhasilannya. Percakapan-percakapan kita seringkali dapat berputar-putar di sekeliling diri kita sendiri saja. Kita dapat merasa terdorong untuk terus menanjak dalam karir – no matter what – jadi, tentunya juga tanpa berpikir tentang efek-efek negatif dari “keberhasilan” kita dalam karir tersebut atas kehidupan keluarga kita dan hidup doa kita.
Dorongan-dorongan manusiawi dapat sangat berakar kuat dalam diri kita dan semua itu biasanya tidak dapat diubah dalam satu malam.  Akan tetapi Yesus ingin agar kita menjadi serupa dengan diri-Nya, dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai transformasi diri kita. Yang diminta oleh-Nya hanyalah bahwa kita meluangkan waktu untuk bersama Dia secara teratur, dengan demikian memperkenankan terwujudnya transformasi termaksud. Kita dapat membuat suatu komitmen untuk berdoa setiap hari dan membaca/mempelajari sabda-Nya. Kita dapat berpaling kepada Yesus dengan cinta kasih yang tulus setiap saat dalam hidup keseharian kita, guna menjaga pikiran kita dan memeriksa apakah pemikiran-pemikiran kita menyenangkan hati Bapa surgawi. Marilah kita mengambil langkah-langkah sederhana ini dan membuka pintu hati kita bagi Yesus agar Ia membentuk karakter-Nya yang rendah hati dalam diri kita.
DOA: Bapa surgawi, kami memuji Engkau untuk kerendahan hati-Mu yang sempurna! Engkau mengasihi kami tanpa syarat apa pun. Kami bersembah sujud di hadapan-Mu dengan penuh rasa syukur. Amin. 
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 9:46-50), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS MENGETAHUI PIKIRAN MEREKA” (bacaan tanggal 28-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
Cilandak, 23 September 2015 [Pesta S. Padre Pio dari Pietrelcina, Imam] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, September 25, 2015

KITA PUN DIPANGGIL UNTUK MENGHAYATI KEHIDUPAN TERSALIB

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Sabtu, 26 September 2015)
Ordo Franciscanus Saecularis: Peringatan S. Elzear dan Delfina, OFS 
stations3-12
Ketika semua orang itu masih heran karena segala sesuatu yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Dengarlah dan perhatikanlah semua perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Namun mereka segan menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya. (Luk 9:43b-45) 

Bacaan Pertama: Za 2:1-5,10-11a; Mazmur Tanggapan: Yer 31:10-13
Yesus telah mengatakan kepada para murid-Nya bahwa diri-Nya akan mengalami banyak penderitaan dan ditolak oleh para pemuka agama Yahudi, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (Luk 9:22). Sekarang – dalam pemberitahuan kedua tentang penderitaan-Nya – Yesus mengatakan kepada mereka lagi bahwa diri-Nya akan diserahkan ke dalam tangan manusia (Luk 9:44). Mereka (para murid-Nya) sungguh tidak mengerti!
Dalam Injil yang ditulisnya, Lukas ingin mengemukakan bahwa kebutaan atau kebebalan para murid itu tidaklah lepas dari rancangan Allah itu sendiri. Bagaimana pun juga Pentakosta belum datang, artinya para murid belum menerima Roh Kudus yang akan menyatakan kepada mereka arti sepenuhnya dari Kalvari. Lukas juga mencatat bahwa para murid merasa takut untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Yesus. Seakan-akan dia mau mengungkapkan bahwa para murid tidak tahu karena mereka tidak ingin/mau tahu (Luk 9:45).
Dalam proses menuju kepada pengenalan akan Allah, bukankah kita juga seringkali dihinggapi rasa takut atau menghindarkan diri dari apa yang kita pikir Allah mungkin mencoba katakan kepada kita? Dengan demikian, betapa indah jadinya untuk mengetahui bahwa kita dapat mengenal Yesus secara pribadi. Melalui Dia kita mengetahui bahwa kita mempunyai seorang Bapa di surga yang kasih-Nya dapat kita alami setiap hari. Barangkali hal yang pada awalnya agak tidak mudah untuk kita pahami namun setahap demi setahap dapat kita pahami dan imani (semuanya di bawah pengaruh Roh Allah) adalah bahwa “karena Tuhan yang kita ikuti disalibkan, maka kita pun dipanggil untuk menghayati kehidupan tersalib”, suatu crucified life. Sebagai man of the Cross, Santo Fransiskus dari Assisi tahu benar apa makna dari “kehidupan tersalib” itu, yang dihayatinya dengan setia sejak saat pertobatannya sampai saat kematiannya.
San-Damiano-1-336x330
Tuhan Yesus tidak hanya membawa serta dosa-dosa kita ke atas kayu salib, Ia juga membawa-serta kita juga: “Aku telah disalibkan dengan Kristus”, tulis Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (Gal 2:19). Setiap hari kita harus mempasrahkan diri kita kepada karya Roh Kudus Allah selagi kita berupaya untuk mati terhadap kebiasaan-kebiasaan lama kita, dosa-dosa kita, sikap dan perilaku mementingkan diri-sendiri, agar kita dapat menjadi “ciptaan baru”, yang dijiwai dengan hidup Kristus sendiri.

Santo Yohanes dari Salib [1542-1591], seorang pembaharu Ordo Karmelit, menulis tentang bagaimana Allah memurnikan dan membersihkan mereka yang ingin menjadi matang/dewasa sebagai orang Kristiani: “Ah, Tuhanku dan Allahku! Berapa banyak orang datang kepada-Mu mencari penghiburan dan kepuasan bagi diri mereka sendiri dan menghasrati bahwa Engkau memberikan kebaikan-kebaikan dan karunia-karunia, namun alangkah sedikitnya orang-orang yang ingin memberikan kepada-Mu kesenangan dan sesuatu yang menimbulkan biaya bagi mereka sendiri, mengesampingkan kepentingan mereka sendiri” (Malam Gelap).
Nah, marilah kita tanpa rasa takut mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Allah tentang makna salib Kristus atau bagaimana kita dapat menyenangkan diri-Nya.
DOA: Bapa surgawi, biarlah salib Putera-Mu berlaku pada setiap bagian dari keberadaanku – kecerdikanku, rasa percaya-diriku, simpati-simpatiku, afeksi-afeksiku, selera-seleraku, perasaan-perasaanku, ambisi-ambisiku, pemikiran-pemikiran duniawiku, kemalasanku, pengabaian doaku, keinginan tahu diriku yang tidak sehat, sifat pemarahku, ketidakpercayaanku, kecepatanku dalam mengkritisi orang lain, dan apa saja yang merupakan penghinaan terhadap kekudusan-Mu dan suatu kesempatan yang dapat digunakan Iblis untuk maksud jahatnya. Terima kasih, Bapa! Amin.
Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 9:43b-45), bacalah tulisan yang berjudul “SALIB KRISTUS MUTLAK DIPERLUKAN” (bacaan tanggal 26-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
Cilandak, 22 September 2015 [Peringatan S. Ignatius dari Santhi, Imam-Biarawan] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, September 23, 2015

MATI BERSAMA KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Jumat, 25 September 2015) 
YESUS KRISTUS - 11
Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah  murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini? Jawab mereka, “Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia, yang lain lagi mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus, “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.

Kemudian Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:18-22) 
Bacaan Pertama: Hag 2:1b-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 43:1-4 
“Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk 9:22). Di sini Yesus bernubuat tentang penderitaan sengsara dan wafat-Nya, pada saat mana Dia menumpahkan darah-Nya untuk penebusan kita.
Banyak orang memandang penderitaan, mati untuk orang-orang lain, menumpahkan darah sebagai suatu tanda pemberian-diri penuh kemurahan hati. Pada jam-jam yang paling gelap dalam Perang Dunia II, pada saat Winston Churchill mengatakan kepada rakyatnya bahwa dia tidak mempunyai apa-apa untuk ditawarkan kepada mereka selain “darah, keringat dan air mata”, maka sebenarnya dia menggunakan suatu imaji yang dipahami oleh seluruh dunia. Bagi orang Yahudi, darah memiliki signifikansi yang istimewa. Darah mengingatkan mereka pada hewan untuk kurban yang dipersembahkan membebaskan orang dari hukuman mati. “Keluaran” mereka dari perbudakan di tanah Mesir merupakan memori yang tertanam dalam kesadaran mereka. Dan “keluaran” ini merupakan akibat langsung dari pembunuhan anak-anak sulung Mesir, ketika orang-orang Yahudi diselamatkan karena darah kambing domba yang disapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu rumah mereka (Kel 12:21-23).
the-crucifixion-with-witnesses
“Surat kepada orang Ibrani” membuat pernyataan tegas seperti berikut; “… tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22). Darah Yesus Kristus yang dipersembahkan tanpa cela kepada Allah membersihkan hati nurani kita dari pekerjaan-pekerjaan maut dan membawa kita kepada penyembahan Allah yang hidup. Darah Kristus ini membersihkan kita, bukan dalam artian yang lahiriah (khasat mata), melainkan secara batiniah. Darah Kristus tidak hanya membersihkan diri kita, melainkan juga menebus kita.

Akan tetapi semua ini bukan sesuatu yang bersifat satu arah. Perjanjian Baru, seperti juga Perjanjian Lama, adalah sebuah perjanjian (Inggris: covenant), dan tidak ada perjanjian yang bersifat sepihak. Artinya, kita pun harus melakukan bagian kita juga, artinya kewajiban kita!  Kita harus menanggapi panggilan Allah untuk ikut ambil bagian dalam misteri Paskah. Secara batiniah kita harus mempersatukan diri kita dengan Kristus dalam penderitaan dan kematian-Nya. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita harus membuka hati kita bagi darah Kristus yang memiliki daya penebusan itu. Kita harus menyatu dengan Kristus dalam pemberian-diri, dalam suatu hidup yang tidak mementingkan diri sendiri dan penuh cintakasih, tanpa menghitung-hitung biayanya dalam darah, keringat dan air mata.
DOA: Tuhan Yesus, jika kami telah mati bersama-Mu, ya Tuhan, kami percaya bahwa kami pun akan bangkit dan hidup bersama-Mu di surga. Terpujilah nama-Mu sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 9:18-22), bacalah tulisan yang berjudul “MESIAS DARI ALLAH” (bacaan untuk tanggal 25-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-9-14 dalam situs/blog PAX ET BONUM)
Cilandak, 22 September 2015 [Peringatan S. Ignatius dr Santhi, Imam Biarawan] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SIAPAKAH YESUS ITU?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Kamis, 24 September 2015) 
Jesus-with-herd
Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan bahwa Yohanes telah dibangkitkan dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata, “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa sebenarnya Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus (Luk 9:7-9). 

Bacaan Pertama: Hag 1:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6, 9 
Sungguh menariklah bagi kita melihat bagaimana Lukas dengan tiga ayat yang singkat-singkat mengisi interval pada saat para rasul Yesus sedang keluar melakukan perjalanan misioner mereka, mewartakan Injil dan menyembuhkan sakit-penyakit. Berita-berita tentang Yesus dan para murid-Nya terus menyebar. Bahkan Herodes Antipas, raja wilayah Galilea dan Perea mendengar juga tentang apa yang sedang terjadi. Maka dia pun merasa cemas. Ia tidak mengenal Yesus. Herodes juga belum pernah berjumpa dengan Yesus. Herodes hanya mendengar bahwa orang-orang berkata: Yohanes Pembaptis telah hidup lagi; Elia telah muncul di tengah masyarakat; seorang dari nabi-nabi zaman baheula telah bangkit.
Herodes tidak dapat mengerti. Satu hal yang dia ketahui dengan pasti tentang Yesus adalah, bahwa Dia bukanlah Yohanes Pembaptis, karena dia sendirilah yang telah memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis. Tetapi Yesus ini? Herodes bertanya-tanya dalam hati bagaimana rupanya Yesus ini. Rasa ingin tahunya pun semakin besar. Ia ingin bertemu dengan Yesus.
Herodes, dari apa yang kita dapat ketahui dalam Injil, adalah seorang pribadi yang cetek. Ia seakan tidak memiliki tulang punggung yang kuat. Ia lemah. Di sini Lukas mengindikasikan kepada para pembaca Injilnya bahwa Herodes ingin bertemu dengan Yesus karena sekadar ingin tahu. Herodes tidak berminat untuk melihat apakah Yesus adalah seorang nabi sejati, atau bahkan barangkali Dialah sang Mesias sendiri.
Apa dan bagaimana kiranya minat kita (anda dan saya) berkaitan dengan Yesus ini? Apakah kita memiliki minat yang cetek, hanya terbatas memenuhi rasa ingin tahu kita tentang Yesus secara historis sebagai sang rabi/nabi dari Nazaret? Apakah kita berupaya serius untuk mengenal sebagai sang Juruselamat, sebagai Tuhan, sebagai Putera Allah? Apa arti Yesus bagi kita masing-masing dalam hidup kita sehari-hari? Apakah Yesus sungguh riil bagi kita, tidak hanya sebagai Tuhan yang telah bangkit yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa, namun juga dalam Ekaristi, dalam Injil, dalam Gereja, dalam diri sesama kita, teristimewa yang tersisihkan dalam masyarakat?  Apa dan bagaimana jawaban kita jika Herodes bertanya kepada kita: “Siapa orang ini, yang tentang dia aku telah mendengar semua laporan ini?”
DOA: Tuhan Yesus, aku ingin lebih mengenal Engkau lagi dan lagi sebagai Tuhanku dan Juruselamatku. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 9:7-9), bacalah tulisan yang berjudul “HERODUS ANTIPAS DAN YESUS” (bacaan tanggal 24-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp:/catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-9-14 dalam situs/blog PAX ET BONUM] 
Cilandak, 20 September 2015 [HARI MINGGU BIASA XXV-TAHUN B] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, September 22, 2015

SETIAP ORANG HARUS MEMBUAT PILIHAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Padre Pio dari Pietrelcina, Imam – Rabu, 23 September 2015) 
Keluarga Fransiskan Kapusin OFMCap. & OSCCap.: Pesta S. Padre Pio dari Pietrelcina, Imam
YESUS MENGUTUS - MISI YANG DUABELAS
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, kata-Nya kepada mereka, “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau kantong perbekalan, roti atau uang, atau dua helai baju. Apabila kamu masuk ke dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi desa-desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat. (Luk 9:1-6) 

Bacaan Pertama: Ezr 9:5-9; Mazmur Tanggapan: Tb 13:2-5,8
Bacaan Injil hari ini adalah tentang misi yang harus diemban oleh kedua belas murid Yesus. Yesus mengutus mereka ke tengah dunia untuk membuat orang-orang menghadapi kehidupan mereka, membuat keputusan-keputusan tentang diri mereka sendiri dan dunia di mana mereka hidup, dan untuk membuat mereka dapat melihat nilai-nilai kehidupan yang mereka anut selama itu.
Para Rasul Kristus – yang hidup dalam semangat kemiskinan – “tidak membawa apa-apa dalam perjalanan mereka” – memberikan mereka lebih banyak otoritas untuk berbicara, dimaksudkan untuk sedikit mendorong orang-orang, untuk mengkonfrontir mereka, untuk meminta mereka membuat pilihan-pilihan yang sejalan dengan Injil Yesus Kristus. Para Rasul itu diberi tugas untuk mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan. Pertobatan berarti tidak hanya rasa sesal-sedih karena dosa, melainkan “membereskan” kembali seluruh kehidupan seseorang. Artinya, ada pembalikan 180 derajat, dari jalan-dosa ke jalan Allah. Dengan demikian kita harus bertanya kepada diri sendiri dan menjawabnya: Hidup macam apakah yang sesungguhnya saya inginkan? Keputusan-keputusan hidup mendasar apa saja yang harus saya buat berkaitan dengan karir saya, pekerjaan saya, relasi saya dengan anggota keluarga saya, bagaimana dengan cara membesarkan anak-anak saya?
Yesus seringkali meminta orang-orang agar mereka membuat pilihan-pilihan seperti itu. Yesus bersabda a.l.: “Siapa yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku”  (Luk 11:23). “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Luk 16:13). “Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Jadi, setiap orang harus membuat pilihan!
YESUS KRISTUS - 11
Dalam artian yang praktis, hal ini berarti menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini: Bagaimana kiranya saya akan menerima berita bahwa saya (atau seseorang yang saya kasihi) terkena penyakit kanker? Apakah saya akan jatuh dalam depresi  tanpa kesudahan? Apakah saya akan membuat diri saya pusat perhatian keluarga saya sehingga menyusahkan mereka semua? Atau, apakah saya akan mengambil kesempatan untuk menggunakan waktu saya yang tersisa dengan baik, memberikan contoh kegembiraan dan penerimaan yang rendah hati dan ikhlas terhadap kehendak Allah atas diri saya?

Bagaimana saya dapat menerima kenyataan bahwa saya di-PHK oleh perusahaan saya? Kemarahan dan penolakan? Iri hatikah saya? Atau saya dengan pemahaman yang dipenuhi kasih dan keberanian mengevaluasi masalahnya dan kemudian menerima suatu masa depan yang baru dengan penuh keyakinan akan kemampuan saya yang dianugerahkan Allah bagi diri saya? Percayakah saya pada penyelenggaran ilahi?
Semua itu adalah masalah nilai-nilai. Apakah yang sesungguhnya saya inginkan dari hidup saya ini? Kedua belas Rasul diutus untuk mengkonfrontir orang banyak dengan keputusan-keputusan sedemikian. Bacaan Injil hari ini dan para pelayan sabda yang bertugas untuk mewartakan Injil masih mengkonfrontir kita pada hari ini. Apakah tanggapan kita?
DOA: Tuhan Yesus, kami percaya bahwa “apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal 6:7). Tolonglah kami agar supaya kami hanya menabur benih-benih Injil selama masa hidup kami di dunia ini. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 9:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “KUASA UNTUK MENGALAHKAN IBLIS DAN ROH-ROH JAHAT” (bacaan tanggal 23-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 24-9-14 dalam situs/blog PAX ET BONUM) 
Cilandak, 19 September 2015 [Peringatan S. Fransiskus Maria dr Camporosso] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, September 21, 2015

MENDENGARKAN FIRMAN ALLAH DAN MELAKUKANNYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Selasa, 22 September 2015)
OFMCap.: Peringatan S. Ignatius dari Santhi, Imam 
Jesus_teaching_1100-6-2
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mendekati Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya, “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk 8:19-21) 

Bacaan Pertama: Ezr 6:7-8,12b,14-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-5
Apakah kiranya yang sampai menyebabkan Ibu dan sanak saudara Yesus lainnya datang untuk bertemu dengan Dia? Injil Markus memberi petunjuk, yaitu ketika dalam perikop “Yesus dituduh kerasukan Beelzebul” (Mrk 3:20-30), keluarga-Nya datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka  “Ia tidak waras lagi” (Mrk 3:21). Sekarang, agar supaya kita dapat memahami dengan lebih jernih apa yang kiranya ada dalam pikiran sanak saudara-Nya, marilah kita membayangkan diri kita sendiri sebagai salah seorang saudara sepupu Yesus. Kita telah melihat terjadinya suatu perubahan signifikan dalam hidup Yesus beberapa tahun terakhir kehidupan-Nya. Ketika Yesus berusia 30 tahun, Ia menerima pembaptisan tobat dari Yohanes di Sungai Yordan (Luk 3:21-22) dan setelah itu menjalani puasa selama 40 hari berturut-turut di padang gurun, dan di sana Dia digoda oleh Iblis sendiri (Luk 4:1-13).
Kemudian, dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea dan mengajar di sinagoga-sinagoga di sana (Luk 4:14-15). Ia mulai mengumpulkan 12 orang murid di sekeliling-Nya yang dinamakan para rasul (Luk 6:12-16).  Sementara itu Yesus berkeliling mengusir roh-roh jahat, mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa, menyembuhkan orang-orang sakit dan mengatakan kepada orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni, bahkan membangkitkan anak muda di Nain (Luk 7:11-17). Ia banyak “membuang” waktu dengan para pendosa dan pemungut cukai (lihat Luk 7:36-50). Banyak orang mengikuti Dia. Orang-orang sakit berdesak-desakan untuk mendekati Dia. Dan, orang-orang yang dirasuki roh jahat berteriak dan sujud menyembah Dia. Kerap terjadi, saking sibuknya Dia sampai tak mempunyai waktu untuk makan.
Dari sini kita dapat sedikit memahami mengapa sanak keluarga Yesus menjadi prihatin perihal kesejahteraan jiwa-Nya dan dengan demikian berusaha untuk mengambil Dia dan membawa-Nya pulang. Bagaimana pun juga, mereka tidak tahu secara penuh siapa Yesus ini dan misi apa yang diemban-Nya. Bahkan Maria sendiri, betapa pun kudus dirinya, harus mengalami proses pertumbuhan dalam pemahamannya tentang diri Yesus (lihat Luk 2:19,51).
Pada waktu orang-orang memberitahukan kepada Yesus bahwa ibu-Nya dan sanak saudara-Nya yang lain datang untuk menemui-Nya, Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:21). Apa yang terdengar sebagai kata-kata penyangkalan, sesungguhnya adalah sebuah undangan kepada siapa saja untuk menjadi bagian dari keluarga Yesus – untuk menjadi sedekat mungkin dengan-Nya, seperti ibu-Nya dekat dengan diri-Nya. Betapa membahagiakan hati  untuk mengetahui bahwa kita semua dapat bertumbuh semakin mendalam dalam pemahaman kita akan Yesus dan dalam kemampuan kita untuk mentaati sabda-Nya. Ini adalah alasan utama mengapa Yesus telah memberikan kepada kita Roh-Nya – yakni untuk mengajar kita dan memberdayakan kita.
DOA: Bapa surgawi, terima kasih Engkau telah memberikan kepada kami iman yang hidup dalam Putera-Mu Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah iman-kepercayaan kami menjadi lebih mendalam lagi. Ajarlah kami agar lebih banyak lagi mengenal Yesus sehingga kami dapat mengasihi-Nya dengan lebih mendalam lagi. Amin.  
Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 8:19-21), bacalah tulisan yang berjudul “MENGATAKAN ‘YA’ KEPADA KEHENDAK ALLAH” (bacaan tanggal 22-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015. 
Cilandak, 19 September 2015 [Peringatan S. Fransiskus Maria dari Comporosso, Biarawan] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, September 20, 2015

SEORANG SAMPAH MASYARAKAT YANG DIPILIH OLEH YESUS GUNA MENJADI PEWARTA DANPENULIS INJIL YANG HEBAT

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Matius, Rasul & Penulis Injil – Senin, 21 September 2015) 
images (14)
Sebab itu, aku, orang yang dipendjarakan karena Tuhan, menasihatkan kamu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lembah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing  telah diberikan  anugerah menurut ukuran pemberian Kristus. 

Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (Ef 4:1-7,11-13) 
Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Mat 9:9-13
Lewi atau Matius kelihatannya bukanlah seorang kandidat yang cocok untuk memenuhi panggilan Yesus sebagai seorang murid-Nya. Matius adalah seorang pemungut cukai dan kolaborator dengan penguasa Romawi, penjajah dan penindas bangsa Yahudi, karenanya dia dipandang hina, dibenci dan dikutuk oleh bangsanya sendiri serta diperlakukan sebagai seorang pendosa dan “sampah masyarakat”. Namun demikian, Yesus tokh mengundang pendosa ini guna mengikuti jejak-Nya dan kemudian memberi amanat kepadanya untuk  menyebar-luaskan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia. Matius merasa sangat berterima kasih penuh syukur karena Yesus menunjukkan kasih-Nya dan penerimaan-Nya terhadap dirinya. Oleh karena itu Matius secara all-out dan penuh entusiasme mempersembahkan seluruh hidupnya guna memenuhi panggilan Yesus terhadap dirinya.
Di bagian terakhir Injil Matius kita membaca Yesus memberi amanat agung (great commission) kepada para murid-Nya: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:18-20). Matius menaruh kepercayaan besar pada kata-kata Yesus ini. Dia memahami bahwa sementara dirinya belum sempurna, Yesus memiliki kuat-kuasa untuk bekerja melalui dirinya. Seperti kita ketahui, dengan berjalannya waktu, great commission dari Yesus ini berubah menjadi great omission, artinya suatu “kelalaian besar” dari sebagian besar umat Kristiani yang lupa akan tugas utama mereka untuk mewartakan Injil Tuhan Yesus Kristus.
MATIUS PELINDUNG PARA BANKIR
Matius bukanlah sekadar seorang pendosa biasa-biasa saja, namun seorang pendosa yang dikenal umum dan dipandang hina dalam masyarakat. Barangkali Matius pernah berpikir, bahwa kalau begitu halnya, maka siapa yang akan mendengarkan pewartaan Injil olehnya? Tentu saja Matius menyadari akan hal itu. Oleh karena itu, ketika dia menerima panggilan Yesus, Matius menyadari bahwa dia harus menggantungkan seluruh hidupnya kepada Yesus. Walaupun kemampuan dan keterampilan yang dimiliki Matius adalah di bidang pemungutan cukai/pajak, dia menerima secara tanpa syarat rencana Allah bagi hidupnya. Matius meninggalkan ide-idenya sendiri tentang profesi dan mengabdikan sisa hidupnya dengan mewartakan Kabar Baik Yesus. Kepadanya telah diberikan panggilan yang khusus dan ia melakukannya seturut apa yang diperintahkan Allah.

Dalam bacaan hari ini, Paulus menjelaskan bagaimana kita masing-masing – seperti juga Matius – dipanggil oleh Allah untuk suatu tugas khusus. Paulus memahami bahwa pengabdian yang lengkap-total kepada Yesus itu diperlukan. Untuk itu dia menasihati para pembaca suratnya, “supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef 4:1).
Saudari dan Saudara, marilah sekarang kita berpaling kepada Yesus dan memperkenankan-Nya menunjukkan kepada kita misi kita yang khas – walaupun misi tersebut kelihatan sama di mata kita sendiri kalau di bandingkan dengan misi kepada orang lain, atau melampaui kemampuan manusiawi kita. Dalam iman, marilah kita mengikuti contoh yang diberikan oleh Matius – selagi kita dengan rendah hati memandang Yesus dalam iman.
DOA: Tuhan Yesus, aku menerima panggilan-Mu dengan “rendah hati, lemah lembut, dan sabar” (Ef 4:2). Tunjukkanlah kepadaku peran yang harus kujalankan dalam membangun Kerajaan-Mu. Kuatkanlah diriku dengan kehadiran-Mu. Berdayakanlah aku agar dapat memproklamasikan kebenaran-Mu seperti yang telah dilakukan oleh Santo Matius”. Amin.
Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 9:9-13), bacalah tulisan yang berjudul “BUKAN ORANG SEHAT YANG MEMERLUKAN TABIB” (bacaan tanggal 21-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2013. 
Cilandak, 18 September 2015 [Peringatan S. Yosef dari Copertino, Imam] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS