Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, Januari 31, 2017

PENGALAMAN MENYEDIHKAN BAGI YESUS DI NAZARET

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV – Rabu, 1 Februari 2017) 
yesus-mengajar-dalam-sinagoga-di-nazaret
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan banyak orang takjub mendengar-Nya dan berkata, “Dari mana diperoleh-Nya hal-hal itu? Hikmat apakah yang diberikan kepada-Nya? Bagaimanakah mukjizat-mukjizat yang demikian dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada di sini bersama kita?”  Lalu mereka menolak Dia. Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya. Ia tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya di atas mereka. Ia merasa heran karena mereka tidak percaya. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar(Mrk 6:1-6) 

Bacaan Pertama: Ibr 12:4-7,11-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2,13-14,17-18 
Banyak kisah dalam Kitab Suci mengilustrasikan bagaimana sangat mungkin bagi umat Allah untuk luput mengenali Allah atau hamba-hamba-Nya pada pandangan pertama. Penduduk Nazaret bukanlah jahat atau keras hati. Mereka adalah orang-orang biasa sehari-hari seperti kita. Justru karena seperti kita, maka mereka pun rentan terhadap kecenderungan yang sama, yaitu sangat menggantungkan diri kepada kemampuan mereka sendiri untuk menentukan kebenaran-kebenaran spiritual. Jadi, tanpa mengambil keputusan yang sengaja untuk menolak Tuhan, mereka telah menjadi buta terhadap Yesus karena mereka begitu percaya kepada ide-ide mereka sendiri tentang Allah dan Mesias-Nya. Baiklah kita berhati-hati untuk tidak berpikir bahwa kita sendiri kebal terhadap pemikiran seperti ini.
Orang-orang Nazaret memang tersentuh oleh kata-kata yang diucapkan Yesus, namun mereka tetap mempertanyakan di mana dan dari siapa Yesus memperoleh hikmat yang tersirat dalam kata-kata penuh-kuasa yang diucapkan-Nya. Mereka bertanya: “Dari mana diperoleh-Nya hal-hal itu? Hikmat apakah yang diberikan kepada-Nya? Bagaimanakah mukjizat-mukjizat yang demikian dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?” (Mrk 6:2-3). Mata iman mereka tertutup ketika melihat Yesus, padahal mukjizat-mukjizat dan kata-kata-Nya merupakan bukti-bukti nyata karya Mesias, Dia yang dinanti-nantikan kedatangan-Nya oleh mereka? Cara-cara Yesus yang sederhana dan penuh belarasa  rupanya “tidak cocok” dengan konsep harapan-harapan mereka akan seorang Mesias semacam Raja-Panglima yang dengan pedang terhunus akan membebaskan mereka dari kekuasaan penjajah asing.
Seperti nabi Yehezkiel, Yesus juga ditolak oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi yang “keras kepala dan tegar hati” (Yeh 2:4) itu tidak percaya kepada kedua orang itu dan malah menganiaya kedua hamba Allah ini. Orang-orang yang menolak ini merupakan bagian dari umat yang telah melanggar perjanjian mereka sendiri dengan Allah. Akibatnya, mereka pun mengalami penderitaan di pembuangan. Pesan nabi Yehezkiel dapat saja gagal menyakinkan orang-orang Yahudi, namun mereka akan tetap mengetahui bahwa Allah sesungguhnya telah berbicara kepada mereka lewat nabi-Nya (lihat Yeh 2:5). Dalam kedatangan Yesus, Allah menyatakan kedalaman kasih dan belarasa-Nya. Yesus, sang firman Allah memanggil umat manusia untuk kembali kepada kasih dan kelemah-lembutan Bapa. Sungguh menyedihkan bahwa orang-orang Nazaret tidak mampu mengenali Yesus sebagai “Firman yang telah menjadi manusia” (Yoh 1:14) …… Sang Sabda!
Menutup telinga terhadap sapaan Allah memang sudah merupakan hal yang biasa pada zaman Yesus hidup di dunia dan dalam zaman modern ini. Seringkali pengetahuan dan pemahaman kita tentang misi Yesus sebagai Firman yang menjadi manusia di tengah-tengah kita hanya terbatas pada pokok-pokok yang dapat kita tangkap dengan pikiran kita yang serba terbatas ini. Kita menolak untuk menanggapi tantangan di hadapan kita dengan menggunakan jalan melampaui apa yang biasa kita lakukan dan terima, padahal rencana indah Allah biasanya melampaui pemahaman kita sendiri yang begitu terbatas dan “miskin” sebenarnya.  Barangkali karena kita seringkali berpuas-diri dengan mengenal Yesus secara superficial (cetek-cetek saja; tidak mendalam), maka kita pun berpikir kita sudah cukup melakukan apa yang diwajibkan dari diri kita masing-masing. Namun kita harus ingat, bahwa sikap seperti ini tidak menjadikan kita terbuka terhadap kepenuhan hidup ilahi dan kasih Allah yang telah direncanakan-Nya sejak semula untuk disyeringkan-Nya bersama kita dalam Yesus (bacalah perikop “Doa untuk pengertian tentang kemuliaan Kristus” dalam Ef 1:15-23, teristimewa Ef 1:17-18).
Firman Allah bagi kita dalam liturgi dan doa-doa dan pembacaan Kitab Suci, semuanya merupakan suatu undangan kepada kita untuk menyerahkan hidup kita secara lebih total lagi kepada kehendak-Nya. Marilah kita singkirkan segala pikiran dan urusan kita yang mengunci kita ke dalam suatu pemikiran yang terpusat pada situasi “di sini dan sekarang”, dan sekarang juga bukalah pikiran dan hati kita bagi pekerjaan yang Allah ingin lalukan dalam diri kita masing-masing.
DOA: Roh Kudus Allah, nyatakanlah kepada kami betapa dalam kami membutuhkan iman yang mempercayai, berharap dan yakin akan kasih Allah itu. Ampunilah kami untuk ketidakpercayaan kami. Oleh rahmat-Mu, berdayakanlah kami agar dapat merangkul kepenuhan hidup yang telah dimenangkan Yesus bagi kami. Amin. 
Sumber :

Isnin, Januari 30, 2017

MOHON DIBERIKAN TELINGA YANG MAU DAN MAMPU MENDENGARKAN SUARA YESUS

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan S. Yohanes Bosko, Imam – Selasa, 31 Januari 2017) 
yesus-menyembuhkan-putri-yairus
Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sementara Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, sujudlah ia de depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya, “Anak perempuanku sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menyentuh jubah-Nya. Sebab katanya, “Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah berhentilah pendarahannya dan ia merasa bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada saat itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berbalik di tengah orang banyak dan bertanya, “Siapa yang menyentuh jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menyentuh Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan sujud di depan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang terjadi. Lalu kata-Nya kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!”
Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah meninggal, untuk apa engkau masih menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan taku, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk Ia berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia.
Semua orang itu disuruh-Nya keluar, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu serta mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya, “Talita kum,” yang berarti, “Hai anak perempuan, aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan. (Mrk 5:21-43) 
Bacaan Pertama: Ibr 12:1-4; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:26-28,30-32 
Bayangkanlah sejenak apa yang kiranya terjadi dalam pikiran si pemimpin sinagoga yang bernama Yairus itu, sebelum dia akhirnya menemui Yesus untuk memohon pertolongan-Nya. Sebagai seorang pemimpin sinagoga, posisinya cukup penting dalam komunitas lokal Yahudi. Mungkin dia telah sekian lama bergumul dengan pemikiran-pemikiran seperti berikut: “Seseorang dengan posisiku tidak dapat meminta-minta pertolongan kepada seorang tukang kayu dari Nazaret yang sekarang menjadi pengkhotbah keliling! Bukankah aku harus ja-im (jaga image)?” Bagaimana dengan perempuan yang menderita pendarahan? Setelah 12 tahun lamanya menderita penyakit, bagaimana kiranya dia harus mengatasi ketiadaan harapan dan rasa takut sebelum “meneroboskan” dirinya  melalui orang banyak yang berdesak-desakan di sekeliling Yesus yang sedang berjalan menuju rumah Yairus, kemudian mengambil kesempatan yang ada untuk menyentuh jubah Yesus?
yesus-menyembuhkan-wanita-yang-kena-plague
Apa pun tantangan-tantangan yang mereka hadapi, baik Yairus maupun perempuan yang menderita pendarahan itu telah memilih untuk percaya kepada Yesus dengan membuat langkah iman yang berani. Karena mereka percaya pada sesuatu yang belum mereka lihat (lihat Ibr 11:1), maka mereka pun menerima ganjarannya: Yairus melihat anak perempuannya dibangkitkan dari kematian oleh Yesus, dan perempuan yang menderita pendarahan itu pun secara instan disembuhkan dan disuruh pergi dengan iringan berkat dari Putera Allah sendiri! Sungguh indah semuanya ini!

Kedua pribadi manusia ini, Yairus dan perempuan yang menderita pendarahan, memberikan kepada kita dua contoh dari iman yang diminta oleh Yesus untuk kita tumbuh-kembangkan dalam diri kita masing-masing. Bukankah kita semua telah mengalami situasi-situasi di mana sebelumnya kita begitu merasa ragu-ragu atau takut mengambil tindakan karena hal itu berarti mengambil risiko? Barangkali kita memang belum siap untuk melangkah keluar dari “zona kenyamanan” (comfort zone) kita. Barangkali kita merasa khawatir apa yang ada dalam pikiran orang-orang tentang diri kita. Barangkali kita takut gagal. Bagaimana dengan menawarkan diri untuk mendoakan doa kesembuhan untuk seorang tetangga yang sedang sakit? Apakah kita akan melakukannya bila kita menyadari bahwa Yesus lah yang meminta kita untuk melakukannya? Dari waktu ke waktu Yesus memberikan inspirasi kepada kita lewat sentuhan-sentuhan-Nya pada hati kita masing-masing! Apabila kita membuat langkah-iman sambil menghadapi risiko yang ada, maka kita sering menemukan bahwa orang-orang menerima pencurahan cintakasih Tuhan lewat diri kita ini dengan gembira dan terbuka. Apabila kita memperkenankan Roh Kudus bekerja dalam diri kita, maka kita akan menyaksikan bahwa  Allah menyentuh orang-orang lain melalui doa-doa kita dan kesaksian hidup kita dalam Yesus.
Hari ini, perkenankanlah Yesus mengetahui bahwa Saudari-Saudara sedang mencari inspirasi apa yang dikehendaki-Nya untuk diberikan kepada anda. Katakanlah kepada Tuhan Yesus  bahwa anda sungguh ingin mengatasi rasa takut dan ragu-ragu yang selama ini menekan diri anda, dan sungguh mau bertindak mengatasinya. Mohonlah rahmat untuk melangkah dalam iman sebagaimana ditunjukkan oleh-Nya. Ketuklah, maka pintu pun akan dibuka untuk anda – pintu yang akan memimpin anda ke dalam iman yang lebih mendalam dan intim dengan Yesus, supaya menjadi berkat bagi orang-orang lain juga.
DOA: Tuhan Yesus, berbicaralah kepada hatiku pada hari ini. Berikanlah kepadaku telinga yang mau dan mendengarkan suara-Mu dan mengenali arahan dari-Mu. Tolonglah aku agar mampu bertumbuh dalam iman yang aktif, penuh keyakinan, dan berani mengambil risiko. Aku menaruh kepercayaan pada kebaikan dan belas kasihan-Mu. Amin.
Sumber :

Ahad, Januari 29, 2017

PENGUSIRAN ROH JAHAT DARI ORANG GERASA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV –  Senin, 30 Januari 2017)
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan Ordo III 
c3606b07eb3e0f92bb5bfe8287005989
Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu tinggal di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dipatahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu, “Siapa namamu?” Jawabnya, “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir mereka keluar dari daerah itu.

Di lereng bukit itu banyak sekali babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan merasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tebing yang curam ke dalam danau dan mati lemas di dalamnyal
Penjaga-penjaga babi itu lari dan menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan Legion itu. Mereka pun merasa takut. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mulai mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan ini meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Orang itu pun pergi dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala sesuatu yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran (Mrk 5:1-20) 
Bacaan Pertama: Ibr 11:32-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:20-24 
Banyak kebudayaan kuno jelas percaya akan keberadaan roh-roh jahat. Dikisahkan bahwa roh-roh jahat itu berdiam dalam tempat-tempat gelap dan terpencil seperti kawasan hutan, padang gurun dan makam-makam, tidak banyak bedanya dengan tempat di mana Yesus bertemu dengan orang yang sangat menderita karena berada di bawah pengaruh buruk roh-roh jahat seperti digambarkan dalam bacaan Injil hari ini. Pertemuan itu sendiri bersifat dramatis, seakan-akan suatu legenda kuno. Bagaimana dengan kita sekarang? Dapatkah kita mengenali pengaruh Iblis dan roh-roh jahat lainnya pada zaman modern ini? Apakah kita hanya mau mencari aspek dramatisnya saja, dan kalau kita tidak mampu menemukannya lalu kita mengklaim bahwa Iblis dan roh-roh jahat itu sebenarnya tidak ada? Kalau demikian halnya, maka kita sudah hampir terjebak oleh tipu-dayanya yang licin dan licik.
gadarene-swine2
Inilah sebenarnya apa yang diinginkan si Iblis! Dia tahu benar bahwa apabila kita menyangkal keberadaannya, maka dia pun akan bebas meraja-lela dalam pekerjaan jahatnya menipu manusia, karena kita sudah tidak peduli lagi untuk menggunakan otoritas pemberian Allah yang ada pada kita atas mereka. Sebagai akibatnya, kita akan tetap terikat pada dosa, siksaan mental dan berbagai kelemahan. Kita memang tidak dapat menggunakan Iblis dan roh-roh jahat lainnya sebagai dalih untuk setiap masalah yang kita hadapi, namun pentinglah untuk mengakui cara-cara licin dan licik yang digunakan Iblis dan roh-roh jahat lainnya untuk mempengaruhi pemikiran kita. Misalnya, pernahkah kita terjebak dalam suatu situasi  tertentu, begitu banyak waktu yang kita gunakan (terbuang), kita menjadi  cemas secara tak terkendalikan mengenai anak-anak kita, terus-menerus kita meragukan pengampunan Allah atas dosa-dosa yang kita sudah akui di depan imam Kristus, atau tanpa dasar mencurigai motif orang lain? Bagaimana dengan flashbacks sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan di masa lampau, atau luka-luka lama? Hal-hal sedemikian dapat merupakan kerja si Jahat yang memang bertujuan untuk merampas kita dari sukacita, damai-sejahtera, pengharapan, dan iman.

Sebagian besar dari kita tentunya tidak mau bergumul sampai-sampai akhirnya memukuli diri dengan batu seperti orang Gerasa itu, namun kita dapat menderita karena pikiran-pikiran yang menyiksa. Marilah kita memerangi Iblis dan roh-roh jahat lainnya dengan menempatkan kepercayaan kita pada diri Yesus. Ia jauh lebih berkuasa daripada si Iblis (lihat 1Yoh 4:4). Pembebasan akan datang pada  waktu kita mengklaim perlindungan-Nya dan pengampunan-Nya atas dosa-dosa apapun yang telah membuat kita rentan terhadap serangan Iblis dan roh-roh jahatnya. Iblis adalah pendusta. Begitu kita mengenali dustanya, maka kita dapat menolak dan mengabaikan dia dan begundal-begundalnya. Yesus telah merebut kemenangan atas si Jahat, maka dalam Dialah kita dapat sungguh-sungguh dibebaskan.
DOA: Tuhan Yesus, selagi aku merangkul hidup baru dalam Engkau, perkenankanlah aku lebih berakar lagi dalam rahmat-Mu. Aku tidak ingin melakukan apa saja yang berada di luar bimbingan-Mu. Yesus Engkau adalah segalanya bagiku. Betapa rindu aku menceritakan kepada siapa saja yang aku temui tentang tanda-tanda heran yang telah Kauperbuat. Tuhan Yesus, aku sekarang dan selama-lamanya akan bersyukur kepada-Mu untuk segalanya yang Kauperbuat atas diriku dan dunia sekelilingku. Amin.
Sumber : 

Sabtu, Januari 28, 2017

WARISAN YESUS BAGI KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA IV [TAHUN A], 29 Januari 2017)
03-sermon-on-the-mount-1800
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan harus akan kehendak Allah, karena akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang berbelaskasihan, karena mereka akan beroleh belas-kasihan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:1-12) 
Bacaan Pertama: Zef 2:3;3:12-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 146:1,710; Bacaan Kedua: 1Kor 1:26-31
Yesus memberikan kepada kita “Sabda-sabda Bahagia” sebagai resep-resep untuk memperoleh kebahagiaan sejati. Secara bersama-sama, “Sabda-sabda Bahagia” itu membentuk suatu sketsa karakter dari kehidupan Kristiani – kehidupan yang memimpin kita kepada kebahagiaan karena didasarkan pada Kristus sendiri. Kita salah memahami “Sabda-sabda Bahagia” jikalau kita memandangnya sebagai seperangkat persyaratan. Yesus tidak mengatakan, “Engkau harus miskin, engkau harus lemah-lembut.” Yesus mengatakan, “Engkau akan berbahagia apabila engkau menjadi miskin, berbahagia apabila engkau menjadi lemah-lembut.”
Setiap “Sabda Bahagia” menggambarkan suatu aspek berbeda dari kehidupan Allah. Allah-lah yang bersedih-hati melihat dosa-dosa kita, Allah yang merindukan keadilan, Allah yang membawa damai-sejahtera. Dilihat dengan cara seperti itu, “Sabda-sabda Bahagia” adalah undangan-undangan kepada kita untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan Allah. Apabila “Sabda-sabda Bahagia” itu merupakan tuntutan-tuntutan, maka “Sabda-sabda Bahagia” itu akan menciutkan hati saja. Siapa yang dapat memenuhi “tuntutan-tuntutan” seperti itu, siapa yang dapat lulus? Namun sebagai undangan-undangan, maka “Sabda-sabda Bahagia” itu merupakan suatu sumber pengharapan, karena Yesus ingin agar kita ikut ambil bagian dalam kebahagiaan-Nya dan kepenuhan-berkat-Nya. Hasrat utama Yesus adalah agar kita – bersama-Nya – menjadi pewaris-pewaris dari hidup Allah.
“Sabda-sabda Bahagia” berbicara mengenai warisan yang kita terima apabila kita bersatu dengan Yesus. Selagi kita menyediakan waktu bersama Yesus dalam doa, maka Dia memberikan kepada kita suatu hasrat yang lebih besar terhadap diri-Nya. Hasrat kepada Yesus ini membuat kita lebih berkemauan untuk menjalani suatu kehidupan yang mencerminkan “Sabda-sabda Bahagia”. Kita memulai suatu siklus pertumbuhan, di mana pernyataan diri Yesus membimbing kita kepada pertumbuhan dalam keserupaan dengan Kristus, yang pada gilirannya membuka diri kita bagi pernyataan diri-Nya yang lebih dalam lagi. Semua itu bermula ketika kita mencari wajah Yesus Kristus dalam doa, teristimewa dalam Perayaan Ekaristi. Ketika kita menemukan Dia, maka kita dapat sedikit mencicipi kehidupan-Nya, dan icip-icip itu terasa manis bagi hati kita, sehingga kita pun akan terdorong untuk merasakan lebih lagi. Kita menjadi bersedia menanggung kesusahan, untuk menyingkiran kekayaan-kekayaan palsu, untuk berbelas kasih lewat kata-kata dan tindakan-tindakan baik kita kepada orang-orang lain. Mengapa? Karena kita merasa yakin bahwa tidak ada yang dapat melampaui hidup Yesus Kristus dalam diri kita.
Oleh karena itu, marilah kita berketetapan hati untuk mencari wajah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Marilah kita menyediakan waktu yang cukup untuk ada bersama Dia dalam doa. Sangat tidak salah apabila kita menyediakan satu hari tersendiri untuk melakukan retret pribadi agar dapat berada bersama Yesus. Perkenankanlah Yesus mengajar kita (anda dan saya) tentang siapa sebenarnya Dia. Perkenankanlah Dia memberikan kepada kita lebih lagi dari hidup terberkati – hidup bahagia – yang berasal dari kenyataan bahwa kita dapat memandang wajah-Nya lebih jelas lagi dalam hati kita. Janganlah pernah lupa, Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, bahwa warisan surgawi itu memang diperuntukkan bagi kita. Oleh karena itu, marilah kita menerimanya – melalui Dia, Tuhan dan Juruselamat kita!
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah memberikan warisan kepada kami melalui Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan Juruselamat kami. Terima kasih untuk segala kebahagiaan yang telah Engkau sediakan bagi kami. Amin.
Sumber : 

Jumaat, Januari 27, 2017

YESUS SANGAT PEDULI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Thomas Aquino, Imam & Pujangga Gereja –  Sabtu, 28 Januari 2017) 
0-0-yesus-menenangkan-danau
Pada hari itu, menjelang malam, Yesus berkata kepada mereka, “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak  dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah topan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan memakai bantal. Lalu murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa? Ia pun bangun, membentak angin itu dan berkata kepada danau itu, “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa  kamu begitu  takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain, “Siapa sebenarnya orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:35-41) 

Bacaan Pertama: Ibr 11:1-2,8-19 Mazmur Tanggapan: Luk 1:69-75 
“Siapa sebenarnya orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:41).
Para murid masih dilanda ketidakpastian. Kebingungan telah membawa diri mereka kepada kesalahpahaman mereka tentang Yesus, misi-Nya dan niat-Nya. Mereka telah menyaksikan sendiri roh-roh jahat secara ajaib diusir dari orang-orang, sakit-penyakit disembuhkan secara menakjubkan, dan misteri-misteri Kerajaan Allah dijelaskan kepada mereka. Namun ketika topan mengamuk dengan dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu mereka, segala sesuatu yang telah mereka saksikan dan dengar dari Yesus ternyata belum cukup mampu menopang kepercayaan mereka pada Allah.
Ternyata kita juga mirip-mirip – katakanlah tidak berbeda jauh – dengan para murid Yesus yang pertama. Kita telah mengenal dan mengalami campur-tangan Allah dalam kehidupan kita, telah mendengar kesaksian Kitab Suci,  telah menerima kesembuhan dan pembebasan (pelepasan) dari Yesus, dan mengenal kasih-Nya. Walaupun  begitu pada saat badai yang terkadang menerpa dalam kehidupan kita, dalam kepanikan kita berteriak: “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa? (Mrk 4:38).
Tentu saja Yesus sangat peduli, …… bahkan sampai hari ini dan di masa depan sekalipun! “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8). Yesus begitu mengasihi para murid-Nya (termasuk kita semua), sehingga Dia memperkenankan mereka mengalami amukan dahsyat topan dan ombak besar agar Dia dapat memanifestasikan diri-Nya, secara dramatis, siapakah Dia sebenarnya. Dengan menenangkan angin topan dan ombak dahsyat, Yesus menunjukkan bahwa Dia memegang kendali atas alam ciptaan, dengan demikian mengidentifikasikan diri-Nya dengan YHWH-Allah Perjanjian Lama, Dia yang memiliki otoritas atas alam ciptaan (Mrk 4:41; lihat juga Kel 14:21). Pada hari ini Yesus masih mencari kesempatan untuk menenangkan angin topan yang membuat diri kita merasa takut. Ia begitu mengasihi kita sehingga Dia mau menyatakan diri-Nya kepada semua orang yang mencari-Nya.
st-teresa-dari-avila
Santa Teresa dari Avila [1515-1582] sangat terinspirasi oleh cerita “Yesus menenangkan angin topan dan ombak di danau” ini. Pada saat-saat merasa takut dan khawatir, suster Karmelites yang suci ini dan juga tokoh pembaharu tarekatnya, seringkali merenungkan bacaan Injil ini. Dia bertanya kepada dirinya sendiri: “Siapa sebenarnya Orang ini, sehingga segenap pancainderaku mentaati-Nya – Dia yang sebentar memancarkan sinar terang ke tengah kegelapan yang begitu pekat, melembutkan sebuah hati yang kelihatannya terbuat dari batu, dan mengirimkan air berupa tetesan-tetesan airmata ke tempat yang sudah begitu lama mengalami kekeringan? …… Siapakah yang memberikan keberanian ini?” Jawaban atas pertanyaan orang kudus ini bersifat implisit: Allah sendiri! Sebelumnya Santa Teresa dari Avila telah menulis: “Di sini aku, dibuat tenang bukan oleh apa pun juga, melainkan oleh sabda Allah, dan dianugerahi ketabahan dan keberanian dan keyakinan dan ketenangan …… Sabda-Nya adalah perbuatan-perbuatan” (Life, 25).

Para murid belajar bahwa sabda (kata-kata) Yesus adalah perbuatan-perbuatan. Yesus ingin agar kita mengetahui, mengenal dan menggantungkan diri pada kenyataan ini juga. Yang harus kita lakukan adalah berdoa dan memohon kepada-Nya agar supaya kita menerima jaminan yang berasal dari Dia sendiri.
DOA: Tuhan Yesus, jagalah agar kami selalu sadar akan keberadaan berbagai anugerah-Mu dan tolonglah kami agar dapat bertumbuh dalam iman sehingga dapat menghadapi berbagai pencobaan dengan penuh ketenangan. Bukalah mata-hati kami terhadap kehadiran-Mu sebagai Imanuel di tengah-tengah kami. Amin.
Sumber :

Khamis, Januari 26, 2017

KERAJAAN ALLAH ADALAH UNTUK SETIAP ORANG

(Bacaan Injil Misa Kudus – Hari Biasa Pekan Biasa III – Jumat, 27 Januari 2017)
Ordo Santa Ursula (OSU): HARI RAYA S. ANGELA MERICI, Pendiri Tarekat 
parable-of-the-mustard-seed-3
Lalu kata Yesus, “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: Seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu bertunas dan tumbuh, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai  sudah tiba.”

Kata-Nya lagi, “Dengan apa kita hendak membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ditaburkan,  benih itu tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. (Mark 4:26-34) 
Bacaan Pertama: Ibr 10:32-39; Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-6,23-4,39-40
Yesus memilih perumpamaan-perumpamaan-Nya dengan hati-hati sekali. Ia ingin agar orang banyak yang mengikuti-Nya ke mana-mana itu memahami pesan-Nya yang hakiki, yaitu bahwa “Kerajaan Allah adalah untuk setiap orang!” Kerajaan Allah bukanlah hanya untuk orang-orang Farisi atau anggota Sanhedrin, orang-orang berkuasa dalam sistem pemerintahan dan agama Yahudi. Kerajaan Allah yang diinaugurasikan oleh Yesus itu dimaksudkan untuk setiap orang yang ada. Tidak ada seorang pun yang terlalu kecil atau tidak signifikan di mata Allah.
Puncak Injil, kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus, bersandar pada satu hal ini, yaitu bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang. Kerajaan itu dimulai di salah sudut dunia yang tidak dikenal, di tengah sebuah bangsa kecil, pada titik waktu dalam sejarah di mana belum dikenal apa yang dinamakan komunikasi global. Ini adalah sebuah misteri, tanda heran dari karya Allah di tengah umat-Nya. Namun apa yang pada awalnya kelihatan tidak berarti dapat memberikan hasil yang besar dan sungguh luar biasa.
Dalam rumah atau  tempat pekerjaan kita yang kadang-kadang terasa sibuk dengan urusan dunia, dalam tugas-tugas rutin kita, kita tidak boleh memandang rendah apa yang dapat dilakukan oleh Tuhan melalui diri kita selagi kita terus menanggapi dengan penuh ketaatan bisikan suara-Nya. Kebanyakan dari kita, dalam hati, memandang diri kita sebagai orang-orang biasa saja, dan apa yang kita lakukan relatif tidak signifikan dalam keseluruhan rancangan besar kekal-abadi dari Allah. Namun bagi Allah kita sangatlah berharga, pribadi lepas pribadi, dan kita masing-masing merupakan bagian hakiki dari tubuh Kristus. Dengan mempersamakan signifikansi dengan pengakuan, kita jatuh ke dalam perangkap pemikiran bahwa apa yang kita lakukan tidaklah begitu penting.
Ini bukanlah cara Allah berpikir! Bayangkan saja bagaimana Dia melayani dalam Kerajaan-Nya di atas bumi, melalui seorang tukang kayu miskin dari sebuah negeri kecil di Timur Tengah. Bayangkanlah juga bagaimana Dia membentuk orang-orang kudus besar, a.l. Santa Angela Merici, seorang anggota OFS yang kemudian mendirikan Ordo Santa Ursula; Santa Teresa dari Lisieux, seorang biarawati kontemplatif yang tersembunyi dalam sebuah biara Karmelites; atau bagaimana Dia membuat mercu suar kasih-Nya menyinari dunia lewat Santa Bunda Teresa dari Kalkuta, seorang biarawati yang berusia tidak muda lagi. Banyak orang kudus pada kenyataannya berasal dari keluarga-keluarga sederhana yang menaruh kepercayaan mereka kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Oleh karena itu kita pun harus bertekun dan membiarkan biji sesawi dan ragi dalam dan dari hidup kita bertumbuh dan menjadi daya transformasi yang dahsyat dalam memajukan Kerajaan-Nya.
DOA: Ya Tuhanku dan Allahku, tidak ada pribadi yang terlalu kecil bagi-Mu untuk dibentuk. Pertumbuhan hidup-Mu dalam diriku dan Kerajaan-Mu di atas bumi adalah seluruhnya karya-Mu. Berikanlah rahmat-Mu kepadaku agar aku percaya bahwa Engkau senantiasa bekerja, bahkan pada saat-saat aku tidak dapat melihatnya sendiri. Berikanlah juga kepadaku iman dan visi untuk percaya  bahwa apabila aku senantiasa taat kepada-Mu, maka tidak ada yang tidak dapat Kaulakukan atas diriku. Amin.
Sumber : 

MENGHADAP ALLAH DENGAN HATI YANG TULUS DAN IMAN YANG TEGUH

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan S. Timotius dan Titus, Uskup – Kamis, 26 Januari 2017)
imam-besar-agung-1
Jadi, Saudara-saudara, kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, oleh darah Yesus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tirai, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang imam agung sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu, marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pebuatan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, terlebih lagi sementara kamu melihat hari Tuhan semakin mendekat. (Ibr 10:19-25) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6; Bacaan Injil: Mrk 4:21-25
Kalau kita mempelajari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara serius-menyeluruh, maka akan terungkaplah mercu suar kebenaran yang memancarkan sinar cahaya dari awal sampai akhir, yaitu bahwa Allah mengasihi kita masing-masing dan Ia tidak pernah berhenti memanggil kita untuk datang kepada-Nya. Hal ini adalah kebenaran yang sangat mengejutkan apabila dilihat dalam terang kekudusan Allah dan kedosaan kita.
Allah sepenuhnya sadar akan dosa-dosa kita – bahkan lebih daripada kita sendiri. Namun Ia ingin membersihkan kita, menyembuhkan kita dan menguatkan kita. Dia mengutus Putera-Nya ke tengah-tengah dunia untuk kemudian mencurahkan darah-Nya dari kayu salib bagi kita semua. Inilah contoh betapa dalamnya kasih Bapa surgawi bagi kita.
Melalui kematian Yesus dan kebangkitan-Nya, dosa-dosa kita diampuni dan kita pun menerima kuasa untuk berubah. Sekarang, terbukalah jalan bagi kita untuk “menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh” (Ibr 10: 22) dari hari ke hari. Rasa percaya dan ketaatan kepada Bapa yang telah ditunjukkan oleh Yesus di kayu salib sekarang tersedia bagi kita sehari-hari selagi kita membuka hati kita untuk menerima kasih-Nya.
Sesungguhnya sebelum kita berdosa melawan Dia – bahkan sebelum kita lahir ke dunia – Bapa surgawi sudah berniat untuk mengutus Putera-Nya agar kita dipenuhi dengan kehidupan dan kasih ilahi. Dosa-dosa kita tidak akan menghentikan Allah mengasihi kita atau mengundang kita masuk ke hadapan hadirat-Nya. Paulus menulis: “…… tetapi di mana dosa bertambah banyak, di sana anugerah menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian anugerah akan berkuasa oleh pembenaran untuk hidup yang kekal, melalui Yesus Kristus, Tuhan kita” (Rm 5:20-21).
Dengan Allah yang sedemikian penuh empati dan kasih, mengapa kita begitu sering bergumul sendiri dan merasa ragu-ragu menghadap Dia untuk mohon pertolongan dan bimbingan-Nya? Barangkali pandangan kita tentang Allah telah dibuat melenceng oleh suatu ide duniawi: Pandangan bahwa kita harus membuat diri kita pantas dikasihi oleh Allah, telah berhasil menyusup ke dalam hati kita. Hal ini menyebabkan kita meninggalkan Tuhan. Barangkali luka-luka dalam keluarga kita telah membuat kita menjadi enggan untuk mempercayai orang lain. Sesungguhnya realitas yang indah adalah, bahwa Allah dapat menyembuhkan hati kita dan memenuhi diri kita dengan kasih dari hati-Nya. Dia dapat melakukan hal ini setiap kali kita berdoa. Jesus selalu berdoa syafaat bagi kita, melingkupi kita dengan kasih-Nya. Penulis “Surat kepada Orang Ibrani” mengatakan: “Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang melalui Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibr 7:25). Oleh karena itu marilah “kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, oleh darah Yesus” (Ibr 10:19). “Marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibr 10:22). Kasih-Nya kepada kita tidak pernah luntur!
DOA: Tuhan Yesus, aku memuji-muji Engkau dengan penuh rasa syukur karena Engkau telah mencurahkan darah di kayu salib bagiku dan sesamaku. Aku berterima kasih kepada-Mu karena aku dapat menghadap Engkau setiap saat untuk mohon pertolongan-Mu, penghiburan dari-Mu dan pengampunan-Mu. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan Yesus. Amin.
Sumber :

Selasa, Januari 24, 2017

PERTOBATAN PAULUS

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Bertobatnya Santo Paulus – Rabu, 25 Januari 2017)
Penutupan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani
585500735_fb087c9f1e_z
Sementara itu hati Saulus masih berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa untuk dibawa kepada rumah-rumah ibadat Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapa Engkau, Tuan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Teman-teman seperjalanannya pun termangu-mangu karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang pun. Saulus bangkit berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Selama tiga hari ia tidak dapat melihat  dan selama itu juga ia tidak makan dan minum.
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Tuhan berfirman kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!” Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan, “Bangkitlah dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sedang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Lagipula di sini dia memperoleh kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.
Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata, “Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan siapa saja yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?” Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. (Kis 9:1-22)
Bacaan Pertama [alternatif]: Kis 22:3-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Injil: Mrk 16:15-18. 
stdas0641-paul-on-way-to-damascus
Pada hari ini kita merayakan pertobatan Santo Paulus. Pertobatannya ini tidak hanya mengubah kehidupan seorang anak manusia yang bernama Saulus, yang kemudian berganti nama menjadi Paulus. Lebih dari itu! Menjawab pertanyaan Saulus tentang siapa Dia, Yesus menjawab: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kis 9:5). Kata-kata Yesus ini memberikan kepada Paulus dan juga kepada kita semua, suatu perwahyuan indah tentang apa artinya menjadi anggota Tubuh Kristus. Sebelum itu Yesus bertanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4), Di sini Yesus mengindikasikan bahwa serangan terhadap siapa saja yang adalah anggota tubuh-Nya, merupakan serangan terhadap diri-Nya.

Kita adalah anggota-anggota Tubuh Kristus, yang digabungkan dengan Dia dalam baptisan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi pada salah satu dari kita yang tidak berpengaruh pada Yesus. Tidak ada satu pun rasa sakit dan penderitaan seorang pengikut-Nya akan luput dari perhatian-Nya, karena Dia sesungguhnya berpartisipasi dalam rasa sakit dan penderitaan tersebut. Yesus bahkan merasakan kesedihan dan “sakit-kepala” yang kita rasakan, karena Dia berdiam dalam diri kita. Kita tidak dapat mengabaikan kebenaran ini. Apabila orang-orang lain mencemooh atau menyerang kita karena iman-kepercayaan kita, Yesus satu dengan kita: Dia juga merupakan pihak yang dicemoohkan dan diserang. Sejalan dengan itu, perilaku kita  terhadap orang-orang lainpun mempengaruhi Yesus secara langsung. Maka bagaimana kita dapat mengumpat seorang saudari atau saudara, apabila kita mengetahui bahwa dengan demikian kita juga menyakiti Yesus? Bagaimana kita dapat merobek-robek sesama anggota tubuh-Nya, apabila kita sadar bahwa tindakan destruktif kita itu secara langsung menyerang hati Yesus sendiri? Walaupun kita merasa pantas untuk melakukan hal seperti itu karena ada just cause di belakangnya, tanggapan kita selalu harus diperlunak sebab kenyataannya adalah bahwa kita berbagi kesatuan dalam Kristus dengan “pihak lawan” kita.
Ambillah satu menit untuk merenungkan hal yang sungguh serius ini. Sebelum kita berbicara tentang hal ini dalam ruang lingkup lintas-gereja, sebelum berbicara tentang bagaimana inter-aksi kita dalam gereja kita sendiri, pada tingkat paroki/wilayah/lingkungan; bagaimana dengan inter-aksi dalam keluarga/komunitas kita sendiri?  Oleh iman kita yakin bahwa tidak ada satu pun situasi yang tidak dapat direkonsiliasikan, apabila kita menerima kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hati kita masing-masing melalui Roh Kudus. Bahkan Paulus, seorang pengejar dan pembunuh para pengikut Kristus, pada akhirnya mengabdikan hidupnya bagi Yesus. Apabila bersama Paulus kita menghormati “Tubuh Kristus”, maka bayangkanlah efek kesatuan kita itu terhadap dunia: kuasa Kristus “mendaging” di tengah-tengah kita, menyadi suatu kekuatan yang sungguh nyata.
DOA: Tuhan Yesus, kami mohon pengampunan-Mu karena kami telah menyakiti-Mu melalui ketiadaan kasih kami kepada anggota-anggota tubuh-Mu yang lain. Satukanlah kami sebagai satu tubuh – satu Gereja, mempelai-Mu. Amin.
Sumber : 

MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Fransiskus dari Sales, Uskup & Pujangga Gereja – Selasa, 24 Januari 2017)
Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani 
yesus-mengajar-1000
Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.”  Jawab Yesus kepada mereka, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?”  Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.”  (Mrk 3:31-35)

Bacaan Pertama: Ibr 10:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:2,4,7-8,10-11 
Apa kiranya yang sampai menyebabkan sanak keluarga Yesus “datang untuk mengambil Dia” dan mengatakan bahwa “Ia tidak waras lagi” (Mrk 3:21)? Agar supaya kita dapat memahami dengan lebih jernih apa yang kiranya ada dalam pikiran sanak saudara-Nya, marilah kita membayangkan diri kita sebagai salah seorang saudara sepupu Yesus. Kita telah melihat terjadinya suatu perubahan signifikan dalam hidup Yesus, ketika pada waktu berusia 30 tahun, Ia menerima pembaptisan tobat dari Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan dan setelah itu menjalani puasa selama 40 hari di padang gurun.
Kemudian, ketika kembali dari padang gurun, Yesus mulai mempermaklumkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan Ia menyerukan kepada orang-orang untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Ia mulai mengumpulkan sekelompok murid-murid di sekeliling-Nya, selagi Dia berkeliling mengusir roh-roh jahat, mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa, menyembuhkan orang-orang sakit dan mengatakan kepada orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni. Ia banyak “membuang” waktu dengan para pendosa dan pemungut cukai. Banyak orang mulai mengikuti Dia. Orang-orang sakit berdesak-desakan untuk mendekati Dia. Dan, orang-orang yang dirasuki roh jahat berteriak dan sujud menyembah Dia. Kerap terjadi, saking sibuknya Dia sampai tak mempunyai waktu untuk makan.
Dari sini kita dapat sedikit memahami mengapa sanak keluarga Yesus menjadi prihatin perihal kesejahteraan-Nya dan dengan demikian berusaha untuk mengambil Dia dan membawa-Nya pulang. Bagaimana pun juga, mereka tidak tahu secara penuh siapa Yesus ini dan misi apa yang diemban-Nya. Bahkan Maria sendiri, betapa pun kudusnya dia, harus mengalami proses pertumbuhan dalam pemahamannya akan kata-kata malaikat kepada Yusuf, bahwa anaknya “akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka”  (Mat 1:21).
Pada waktu sanak keluarga-Nya datang untuk menemui Yesus, Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mrk 3:34-35). Apa yang terdengar sebagai omelan, sesungguhnya adalah sebuah undangan bagi siapa saja untuk menjadi bagian dari keluarga Yesus – untuk menjadi sedekat mungkin dengan-Nya, seperti ibu-Nya dekat dengan-Nya. Betapa membahagiakan hati  untuk mengetahui bahwa kita semua dapat bertumbuh semakin mendalam dalam pemahaman kita akan Yesus dan dalam kemampuan kita untuk mentaati sabda-Nya. Ini adalah alasan utama mengapa Yesus telah memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya – yakni untuk mengajar kita dan memberdayakan kita.
a3045735eb67c4ee5c97c4b5c0c8a7ec
Bapak Serafik kita, Santo Fransiskus dari Assisi, dalam “Surat Pertama kepada Kaum Beriman”, menulis: O betapa bahagia dan terberkatilah mereka itu, pria maupun wanita, apabila hal-hal itu [1] mereka lakukan dengan tekun; karena Roh Tuhan akan tinggal pada mereka dan Tuhan akan memasang tempat tinggal dan kediaman-Nya pada mereka; maka mereka menjadi anak-anak Bapa Surgawi yang karya-Nya mereka laksanakan; dan menjadi mempelai, saudara dan ibu Tuhan kita Yesus Kristus. Kita menjadi mempelai bila jiwa yang setia disatukan dengan Tuhan kita Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Kita menjadi saudara bagi-Nya bila kita melaksanakan kehendak Bapa yang ada di surga. Kita menjadi ibu bila kita mengandung Dia di dalam hati dan tubuh kita karena kasih ilahi dan karena suara hati yang murni dan jernih. Kita melahirkan Dia melalui karya yang suci, yang harus bercahaya bagi orang lain sebagai contoh” (1SurBerim 5-10).

[1] 1. mencintai Tuhan; 2. mencintai sesama; 3.membenci tubuh dengan cacat-cela dan dosa-dosanya; 4. menyambut tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus; 5. menghasilkan buah-buah pertobatan yang pantas (1SurBerim 1-4).
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah memberikan kepada kami iman yang hidup dalam Putera-Mu, Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah iman-kepercayaan kami menjadi lebih mendalam lagi. Ajarlah kami lebih banyak lagi mengenai Yesus sehingga kami dapat mengasihi-Nya dengan lebih mendalam lagi. Amin.
Sumber :