Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Rabu, November 30, 2011

MENJADI SAKSI-SAKSI HIDUP DARI KUASA DAN RAHMAT ALLAH

( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan B. Dionisius dan Redemptus, Biarawan Martir Indonesia, Kamis 1-12-11 )

Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: “Pada kita ada kota yang kuat, untuk


Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,19-21,25-27; Bacaan Injil: Mat 7:21,24-27
keselamatan kita TUHAN (YHWH) telah memasang tembok dan benteng. Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia! Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada YHWH selama-lamanya, sebab YHWH ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu. Kaki orang-orang sengsara, telapak kaki orang-orang lemah akan menginjak-injaknya.” ( Yes 26:1-6 )

Dalam visinya tentang zaman mesianis, Yesaya melihat sebuah kerajaan yang dihuni oleh “bangsa-bangsa yang benar, yang tetap setia pada iman” – orang-orang miskin dan membutuhkan – sementara yang angkuh dan ditinggikan direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu (lihat Yes 26:2-6). Banyak sekali ayat-ayat dalam Kitab Suci yang berbicara mengenai kasih Allah terhadap orang-orang lemah dan rendah hati dan penghakiman-Nya atas orang-orang yang angkuh-sombong, seperti yang ditulis oleh sang pemazmur: “YHWH itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh” (Mzm 138:6). Seperti yang dikatakan Maria dalam kidungnya: “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” (Luk 1:53). Juga seperti yang disabdakan-Nya sendiri: “Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:12).

Allah lebih menyukai orang-orang yang rendah hati, bukannya karena mereka lebih baik, melainkan karena mereka lebih terbuka kepada-Nya. Disposisi hati mereka memperkenankan Allah bekerja dalam diri mereka sebagaimana Dia ingin bekerja dalam diri setiap orang – baik yang angkuh-sombong maupun yang rendah hati. Karena mereka mengetahui bahwa kasih Allah merupakan suatu anugerah yang diberikan secara bebas-gratis, maka orang-orang rendah hati ini tidak merasa terdorong untuk memperoleh kasih Allah melalui capaian-capaian besar berdasarkan upaya mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sepenuhnya menggantungkan diri pada
Allah untuk segala kebutuhan mereka (dan kebutuhan-kebutuhan itu dipenuhi), dengan demikian secara alamiah mereka pun menjadi saksi-saksi hidup dari kuasa dan rahmat Allah.
Sebuah contoh kerendahan hati (kedinaan) sedemikian adalah Santa Jeanne Jugan [1792-1879] yang melakukan pelayanan kasih terhadap orang-orang miskin dan lansia di Perancis pada masa pasca revolusi. Digerakkan oleh Roh Kudus, Jeanne mendirikan komunitas “Suster-suster Kecil dari Orang Miskin”. Jeanne sering berkata kepada para susternya: “Perkenankanlah dirimu dibentuk oleh ‘Roh kekecilan’ …… Kita tidak memiliki apa pun dan menantikan semuanya dari Allah.” Jeanne memahami bahwa nilai dirinya tidak tergantung kepada seberapa berhasil pekerjaannya, melainkan hanya karena melakukan apa yang diminta Allah dari dirinya.

Sementara komunitas suster-suster kecilnya semakin bertumbuh-kembang dan popular, seorang imam dengan ambisi berlebihan yang berafiliasi dengan mereka mulai mengambil semakin banyak kredit atas karya kasih Jeanne dan para susternya. Pada akhirnya si imam itu berhasil mendesak Jeanne untuk “pensiun dini”, sedangkan dia sendiri bertumbuh menjadi semakin populer. Selama masa susah ini Jeanne tidak pernah protes di muka publik. Ia tahu sekali, bahwa “Suster-suster kecil dari Orang Miskin” adalah karya Allah sendiri – bukan karyanya – sehingga dengan demikian Jeanne mampu menyerahkannya dan melanjutkan pemusatan perhatiannya pada tujuan tertinggi, yaitu mengasihi Tuhan Allah dalam segala situasi. Jeanne Jugan dibeatifikasikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 3 Oktober 1982 dan dikanonisasikan sebagai seorang Santa oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2009.

DOA: Bapa surgawi, rahmat-Mu cukuplah bagiku dalam segala situasi yang kuhadapi dalam hidup ini. Ajarlah aku untuk tetap berdiri tegak dalam segala kelemahanku dan bergembira untuk rahmat berlimpah dari-Mu yang ada dalam diriku. Bapa, aku sungguh rindu untuk bertemu dengan-Mu – muka ketemu muka – dan melihat sendiri segala kebesaran-Mu. Tolonglah aku agar tetap setia pada hal-hal yang akan membawaku lebih dekat lagi kepada-Mu, sehingga pengenalan dan kasihku kepada-Mu menjadi semakin dalam pula. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, November 29, 2011

ANDREAS DIPANGGIL MENJADI MURID YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Andreas, Rasul, Rabu, 30-11-11)

Ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya dua orang bersaudara yang lain lagi, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu ayahnya, lalu mengikuti Dia. (Mat 4:18-22)

Bacaan Pertama: Rm 10:9-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5

Santo Andreas adalah salah seorang murid Yesus yang pertama. Sebagai seorang murid dari Yohanes Pembaptis yang dekat dengan gurunya, Andreas sungguh serius dalam memandang hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Pengabdiannya yang sedemikian menunjukkan bahwa untuk waktu yang lama dia barangkali telah memiliki hasrat mendalam untuk mengenal Allah secara pribadi. Kita dapat membayangkan betapa penuh sukacita yang dialami Andreas ketika dia berjumpa dengan Yesus untuk pertama kalinya.

Ketika Yesus menyaksikan Andreas bersama saudaranya – Simon Petrus – menebarkan jala di danau Galilea, Ia mengundang mereka menjadi “penjala manusia”, artinya menarik orang-orang ke dalam kerajaan dengan menggunakan jala Injil (lihat Mat 4:19). Andreas langsung saja menunjukkan ketaatannya, dengan senang hati dia menukar keuntungan materiil dengan ganjaran spiritual. Kisah panggilan Andreas di atas memang agak berbeda dengan penuturan yang terdapat dalam Injil Yohanes, namun perbedaan tersebut tidaklah bersifat hakiki. Injil Yohanes mengungkapkan bahwa Andreas adalah satu dari dua orang murid Yohanes Pembaptis yang mengikut Yesus, menjadi dua orang murid pertama yang menanggapi panggilan Yesus. Kedua murid itu berdiam bersama-sama dengan Yesus pada hari pertama perjumpamaan mereka. Keyakinan Andreas kepada diri Yesus bertumbuh dengan cepat. Hal ini dapat kita rasakan ketika dia bertemu dengan Simon, saudaranya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)”, lalu Andreas membawa saudaranya itu kepada Yesus (lihat Yoh 1:35-42). Jadi, kelihatannya Andreas lah yang memperkenalkan Simon Petrus, Yakobus, Yohanes (entah berapa banyak lagi) kepada Yesus.

Pada waktu Yesus memanggil para murid-Nya, Ia memilih orang-orang biasa seperti Andreas, orang-orang yang tidak memiliki kekayaan berlebih, tidak memiliki status, latar belakang pendidikan, apalagi status sosial. Yesus tidak memilih karya-karya mereka atau berbagai karunia atau talenta yang mereka miliki. Yesus memilih hati mereka! Yesus tidak memilih para murid-Nya siapa dan apa mereka dulunya, melainkan akan menjadi apa mereka di bawah pengarahan dan kuasa-Nya. Hal yang sama berlaku untuk kita. Yesus terus memanggil setiap dan masing-masing kita untuk masuk ke dalam suatu relasi yang intim dengan diri-Nya dan Ia mengundang kita untuk ke dalam jalan kekudusan-Nya. Yesus ingin mentransformasikan diri kita melalui kuasa Roh Kudus agar kita dapat meniru Andreas dan orang-orang sepanjang segala masa yang dengan penuh dedikasi mengikuti jejak-Nya. Mereka yang memberikan segalanya demi cintakasih mereka kepada Kristus. Banyak dari orang kudus ini hidup tersembunyi dan sehari-harinya membuat mukjizat-mukjizat lewat cintakasih mereka yang penuh pengorbanan. Yesus mengundang kita untuk menjadi seperti mereka, selagi kita mengikuti-nya semakin dekat dan dekat lagi.

Apakah ada biayanya dalam upaya kita mengikuti jejak Tuhan Yesus? Kalau ada, berapa besar biayanya? Santo Gregorius Agung pernah berkata: “Kerajaan Surga tidak mempunyai tanda harga. Nilai atau harganya adalah sebanyak apa yang anda miliki. Bagi Zakheus harganya adalah separuh dari harta miliknya, karena separuhnya lagi yang telah diperolehnya lewat praktek “haram” yang tidak adil akan diganti olehnya empat kali lipat. Bagi Simon dan Andreas harganya adalah jala-jala dan perahu yang mereka tinggalkan; bagi si janda miskin dua keping uang tembaga, bagi orang lain mungkin segelas air putih.” Bagaimana dengan kita masing-masing? Mungkin kehilangan posisi top management, mungkin ejekan, cercaan dan caci-maki dari orang-orang yang mengenal anda.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu untuk kasih-Mu yang tanpa batas kepadaku. Penuhilah hatiku dengan rasa syukur dan sukacita karena menjadi murid-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, November 28, 2011

GAMBARAN SEBUAH DUNIA YANG DAMAI DAN ADIL
( Bacaan Pertama, Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven, Selasa 29-11-11 )

Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN (YHWH) akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan YHWH; ya, kesenangannya ialah takut akan YHWH. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.
Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular berludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan YHWH, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia ( Yes 11:1-10 )

Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2,7-8,12-13,17; Bacaan Injil: Luk 10:21-24

Penggambaran Yesaya tentang pemerintahan raja yang dijanjikan dari garis keturunan Isai mempunyaiappeal terhadap suatu kerinduan mendalam dalam hati manusia – kerinduan akan terciptanya perdamaian dan keadilan selama-lamanya. Sang Nabi di sini berbicara mengenai seorang Penguasa, yang dipenuhi dengan Roh Allah, yang membuat keputusan-keputusan yang adil. Yang ditransformasikan di bawah pemerintahannya bukan saja hubungan kemanusiaan (human relationships), melainkan juga dunia alamiah (natural world); hukum konflik dan kekerasan – yang biasanya kita anggap sebagai sesuatu yang biasa – akan diputar-balikkan. “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya” (Yes 11:6).
Akan tetapi, bagaimana sebuah dunia seperti digambarkan itu dapat menjadi suatu kenyataan? Begitu banyak upaya untuk mencapai perdamaian dan keadilan (ingatlah istilah kerannya: peace and justice) hampir selalu kandas dan kiranya berakhir dalam kekecewaan dan kegagalan. Apakah yang dapat membuat perbedaan? Yesaya mendeklarasikan bahwa keharmonisan penuh hanya akan terjadi bilamana “seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan YHWH, seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yes 11:9). Pengenalan akan akan TUHAN – persekutuan yang erat dengan Dia – adalah hal yang memampukan kita untuk hidup damai-sejahtera, seturut rencana Allah sendiri. Sebaliknya ketiadaan pengenalan akan Allah hanya akan menggiring manusia kepada dosa, alienasi, dan penghancuran (lihat Hos 4:1-6).
Yesus datang untuk memberikan kepada kita pengenalan akan Allah: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18). “Pengenalan akan Allah” yang diberikan oleh Yesus bukanlah sekadar informasi. Ini adalah pernyataan (perwahyuan) yang intim-batiniah, tentang kasih Allah yang menggerakkan kita untuk mengasihi-Nya dan mengikuti jejak-Nya. Yesus membuat relasi ini menjadi mungkin pada saat Ia wafat di atas kayu salib dan mengalahkan dosa dan maut bagi kita. Sekarang, melalui Roh Kudus-Nya yang telah dicurahkan-Nya ke atas Gereja, hati manusia dapat disentuh dan distransformasiksn oleh kasih Allah. Kita dapat sampai mengenal Allah dengan semakin intim dan mulai mengalami – bahkan sekarang juga – damai sejahtera dan tatanan yang ada dalam visi Yesaya. Sukacita kita adalah dalam mengenal bahwa hidup kita berada di tangan-tangan Bapa surgawi yang sangat mengasihi kita semua.
DOA: Roh Kudus Allah, penuhilah hati kami masing-masing dengan pengenalan akan Allah, agar kami dapat menjadi saksi-saksi Kristus yang tangguh. Biarlah orang-orang melihat dalam diri kami keadilan dan damai sejahtera yang mereka rindukan, sehingga mereka pun tertarik untuk mencari Engkau, mengenal Engkau dan mengasihi Engkau. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, November 27, 2011

IMAN SEBESAR INI TIDAK PERNAH AKU JUMPAI PADA SEORANG PUN DI ANTARA ORANG ISRAEL

( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven, Senin 28-11-11 )

OFM dan OFMConv.: Peringatan S. Yakobus dari Marka

Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya, “Tuhan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Mendengar hal itu, Yesus pun heran dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari timur dan barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga. ( Mat 8:5-11 )


Bacaan Pertama: Yes 2:1-5 atau Yes 4:2-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-9

“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel” (Mat 8:10).

Apa yang hebat dalam iman sang perwira sehingga membuat Yesus tergerak untuk sangat menghargainya? Di atas segalanya, perwira Romawi ini menunjukkan suatu iman yang didasarkan raja percaya pada seorang pribadi yang bernama Yesus dari Nazaret. Tidak terbatas pada tataran intelektual belaka, misalnya sehubungan dengan doktrin-doktrin tertentu, melainkan mencari suatu relasi pribadi dengan Yesus. Tentunya sang perwira dengan akal budinya telah mengambil kesimpulan bahwa Yesus memiliki otoritas untuk menyembuhkan, akan tetapi imannyalah yang menggerakkan dirinya untuk melakukan pendekatan kepada Yesus dengan permintaan/permohonannya yang berani itu.

Iman kita pun harus melampaui tataran intelektual agar dapat mencapai suatu relasi pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Apabila iman kita itu sekadar berdasarkan doktrin-doktrin keagamaan, maka kita luput sesuatu yang sangat diperlukan dan mempunyai daya sebagai pemberi kehidupan. Hanya apabila kita melangkah keluar sampai mengenal Yesus secara pribadi, maka kehidupan kita dapat ditransformasikan. Sebenarnya sang perwira dapat saja tinggal di rumah dengan hambanya dan berpikir bahwa Allah dapat menyembuhkan hambanya itu – dengan atau tanpa intervensi Yesus dari pihak Yesus. Namun, apakah yang terjadi? Sang perwira sendiri datang menghadap Yesus dan secara pribadi mohon pertolongan-Nya (bdk. Luk 7:1-10 yang ceritanya agak berbeda). Iman yang murni sepenuhnya berdasarkan logika disertai dengan sikap “ja-im” tidaklah cukup bagi sang perwira. Ingatlah bahwa sang perwira adalah seorang centurion (komandan kompi) dari pasukan pendudukan yang sangat berkuasa. Inilah yang harus kita teladani dari sang perwira!

Sementara kita mengawali masa Adven ini, kita sungguh mempunyai suatu kesempatan riil untuk bertemu dengan Yesus dalam doa-doa kita, Kitab Suci dan sakramen-sakramen. Kontak regular dengan Yesus seperti ini dapat memperdalam iman kita dan mengembangkan dalam diri kita suatu relasi yang hidup dengan Yesus sendiri. Bilamana kita merasakan kekosongan, Yesus akan mengisinya. Bilamana rasa percaya kita lemah, Ia dapat menguatkan diri kita. Bilamana kita berpuas-puas diri, Yesus dapat memberikan kepada kita kerinduan mendalam akan kehidupan-Nya. Bilamana kita sedang berjuang untuk melangkah melampaui Kekristenan kita yang sekadar intelektual, maka Yesus akan meningkatkan iman kita riil dan berwujud.

“Mari, kita naik ke gunung TUHAN (YHWH), ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya” (Yes 2:3). Marilah kita menyediakan waktu yang cukup setiap hari untuk mencari kehadiran Tuhan Yesus. Semoga Yesus menghembuskan kehidupan ke dalam iman kita dan memberikan kepada kita segala rasa keyakinan akan diri-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, aku sungguh merindukan suatu perjumpaan pribadi yang mendalam dengan Engkau pada masa Adven ini. Aku mau bergerak maju mengatasi segala kelemahan yang ada dalam imanku untuk mengalami kehadiran-Mu yang riil dan menakjubkan. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu bentuklah aku sehingga dapat mengenal-Mu dengan lebih baik. Aku percaya, ya Tuhan, tolonglah aku yang terkadang tidak percaya! Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, November 25, 2011

Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN I, 27 November 2011
Bacaan Pertama: Yes 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3,15-16,18-19; Bacaan Kedua: 1Kor 1:3-9

HATI-HATILAH DAN BERJAGA-JAGALAH!

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bila saatnya tiba. Keadaannya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penjaga pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah! ( Mrk 13:33-37 )

“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang” (Mrk 13:35).

Masa Adven adalah suatu masa sangat istimewa bagi umat Kristiani. Pada awal masa Adven ini, Gereja berseru kepada umatnya untuk menantikan dengan antisipasi besar kedatangan kembali Yesus Kristus yang ingin menarik kita kepada hati-Nya. Masa Adven sejatinya adalah masa penantian dan berjaga-jaga, masa pencurahan rahmat secara berlimpah dari takhta Allah.
Sebagaimana seorang penjaga pintu tidak dapat berjaga-jaga sendirian untuk selamanya, maka demikian pula halnya dengan kita: kita membutuhkan pertolongan agar dapat terus berjaga-jaga menantikan kedatangan kembali Yesus Kristus. Untuk kedatangan kembali Yesus, kita harus berjaga-jaga bersama-sama, sebagai satu tubuh. Kiranya sangat menyenangkan hati Bapa ketika Ia melihat kita semua memusatkan perhatian untuk menjadi semakin dekat dengan Putera-Nya dan mempersiapkan hati kita untuk menyambut-Nya pada hari Natal!

Sepanjang sejarah, Allah terus-menerus mendatangi dan menyapa umat-Nya, mula-mula diungkapkan dalam sabda-Nya dan Perjanjian-Nya, dan akhirnya dalam wujud kelahiran Putera-Nya terkasih. Karena kasih Allah yang sedemikian besar, Yesus datang masuk ke tengah dunia untuk memberikan hidup-Nya sendiri di atas kayu salib bagi kita semua. Sekarang, sudah dibangkitkan dalam kemuliaan, Yesus Kristus mengundang kita agar membuka hati kita bagi Roh Kudus-Nya sehingga dipenuhi dengan pengharapan dan sukacita akan kedatangan-Nya kembali kelak.
Apa artinya semua ini? Yang pertama dan utama, hal ini berarti bahwa kita semua sangat, sangat, sangat dikasihi oleh Bapa di surga. Allah menciptakan kita untuk menjadi umat-Nya, untuk berjalan bersama Dia, dan untuk dipenuhi hidup dan kasih-Nya. Setelah Adam dan Hawa menolak Allah, Ia menyerahkan Putera-Nya yang tunggal agar merestorasi kita, agar tercipta rekonsiliasi dengan diri-Nya. Sekarang, melalui Yesus, kita telah menerima Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita, hal mana memampukan kita untuk mengikuti jejak Kristus. Allah selalu dekat dengan diri kita masing-masing. Ia telah mempersiapkan sebuah tempat bagi kita di surga sehingga kita dapat tinggal bersama-Nya selama-lamanya.
Masa Adven ini akan jauh berbeda apabila kita mengenal lebih mendalam lagi kasih Allah bagi kita semua! Kita akan mengalami kebebasan untuk hidup dengan suatu cara yang menarik kita untuk lebih dekat lagi dengan Allah; kita akan memiliki hasrat yang lebih besar untuk melakukan kehendak-Nya. Aman dalam kasih Bapa surgawi, kita dapat menghadap-Nya dengan penuh kepercayaan guna menerima hikmat-kebijaksanaan dalam menghadapi situasi sehari-hari. Apabila kita semakin dalam mengalami amannya berada di bawah perlindungan Bapa surgawi, maka kita pun diperlengkapi dengan keberanian, pengharapan dan kekuatan pada saat-saat kita menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan kita. Kita juga akan mengasihi orang-orang di sekeliling kita dengan kasih Allah yang ada dalam diri kita.
Pada masa Adven ini, marilah kita mempersiapkan hati kita dengan menyambut Yesus ke dalam kehidupan kita setiap kali kita memulai hari kita. Marilah kita mohon kepada-Nya agar membuka mata (hati) kita untuk memampukan kita melihat betapa dekat Dia sebenarnya dengan kita dan betapa berharga kita semua bagi diri-Nya. Dalam masa yang sangat istimewa ini, sangat pantaslah bagi kita menyediakan waktu lebih banyak lagi untuk pembacaan dan permenungan sabda Allah yang ada dalam Kitab Suci, untuk melihat betapa besar kasih-Nya kepada kita. Semoga setiap hari kita dapat mengalami sukacita dalam menanti-nantikan kedatangan kembali Tuhan dan Juruselamat kita.
DOA: Datanglah, ya Tuhan Yesus! Kejutkanlah diriku dengan berbagai anugerah-Mu dalam masa Adven ini. Buatlah aku mampu mengenali dan mengalami kehadiran-Mu dalam diri saudari-saudara yang kulayani, dalam Kitab Suci sebagaimana dialami oleh Fransiskus dari Assisi, dalam kegiatan-kegiatanku mempersiapkan hari Natal, dalam Sakramen Rekonsiliasi, dan teristimewa dalam Perayaan Ekaristi. Biarlah aku mengongsikan anugerah-anugerah ini dengan saudari-saudaraku yang lain – termasuk mereka yang beriman lain, sehingga mereka semua pun dapat mengenal Engkau, Tuhan dan Juruselamat semua orang. Amin.
Cilandak, 16 November 2011 [Peringatan S. Gertrudis, Perawan]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS