Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Sabtu, September 29, 2012

ALLAH TAK HENTI-HENTINYA MENGHIMPUN UMAT-NYA


( Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXVI – 30 September 2012 )

Kata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami melihat seseorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah dia, karena dia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

“Siapa saja yang menyebabkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku ini berbuat dosa, lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Jika tanganmu menyebabkan engkau berbuat dosa, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan buntung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; [di tempat itu ulat-ulatnya tidak mati, dan api tidak terpadamkan.] Jika kakimu menyebabkan engkau berbuat dosa, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; [di tempat itu ulat-ulatnya tidak mati, dan api tidak terpadamkan.] Jika matamu menyebabkan engkau berdosa, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulatnya tidak mati dan api tidak terpadamkan. (Mrk 9:38-43,45,47-48)

Bacaan Pertama: Bil 11:25-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8,10,12-14; Bacaan Kedua: Yak 5:1-6

Janji untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (baik sekarang maupun dalam kekekalan) telah dibuat tersedia bagi semua orang, dari yang paling kecil sampai kepada yang paling besar, melalui kematian dan kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus. Kita, yang sempat terpisah dari Allah karena dosa-dosa kita, diundang untuk menjadi peserta dalam kasih intim yang disyeringkan antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah menghimpun sebuah umat kepada diri-Nya dan Ia sungguh merindukan umat itu. Dalam “Doa Syukur Agung III”, imam selebran berkata: “Sungguh kuduslah Engkau, ya Bapa. Segala ciptaan patut memuji Engkau. Sebab, dengan pengantaraan Putera-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, dan dengan daya kekuatan Roh Kudus, Engkau menghidupkan dan menguduskan segala sesuatu. Tak henti-hentinya Engkau menghimpun umat-Mu, sehingga dari terbitnya matahari sampai terbenamnya di seluruh bumi dipersembahkan kurban yang murni untuk memuliakan nama-Mu” (Tata Perayaan Ekaristi, hal 135).

Akan tetapi, untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus dibuat baru. Lewat/dengan kematian Yesus di kayu salib, kodrat lama kita yang penuh dosa telah dimatikan, namun kita harus membawa hidup kita ke jalan yang cocok dengan kebenaran itu. Kita harus memutuskan, apakah menerima undangan Allah untuk masuk ke dalam suatu relasi intim dengan Dia, atau akankah kita memilih untuk menolak hidup dengan Allah, dan malah sebaliknya menumpuk harta duniawi yang mudah rusak bagi diri kita sendiri?

Dengan menggunakan hiperbola Semitis untuk menunjukkan keseriusan kata-kata-Nya, Yesus mengajak kita agar mau kehilangan satu tangan, satu kaki, atau bahkan satu mata dalam hidup ini, daripada “dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulatnya tidak mati dan api tidak terpadamkan” (Mrk 9:47-48). Allah menginginkan agar semua orang hidup bersatu dengan diri-Nya. Pada malam sebelum wafat-Nya, Yesus berdoa: “Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu dengan sempurna, agar dunia tahu Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yoh 17:22-23).

Allah tidak menginginkan apa-apa untuk mencegah kita memasuki Kerajaan-Nya. Tanpa pencerahan dari Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita, kita tidak dapat mulai mengukur “semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9), Kita harus menaruh kepercayaan bahwa Allah mengetahui bahwa tidak ada sesuatu pun dalam dunia yang dapat memberikan kepada kita kepuasan yang tahan lama, kecuali berada bersama dengan-Nya dalam Kerajaan-Nya. Janganlah kita seperti tamu-tamu pada perjamuan kawin yang tidak dapat hadir pada hari besar itu karena mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing (Mat 22:1-14).

Allah menghimpun sebuah umat untuk diri-Nya. Semoga tidak ada sesuatupun yang menghalangi kita untuk memberi tanggapan kepada-Nya.

DOA: Bapa surgawi, Engkau tak henti-hentinya menghimpun umat kepada-Mu. Kami percaya bahwa Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia. Tolonglah kami agar dapat meninggalkan hidup kedosaan kami dan berpaling kepada-Mu sebagai murid-murid Putera-Mu, sehingga kami dapat menjadi anak-anak-Mu seperti yang Kauinginkan. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, September 28, 2012

PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG


( Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Sabtu, 29 September 2012 )

Kemudian timbullah peperangan di surga. Mikael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di surga. Naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
Lalu aku mendengar suara yang nyaring di surga berkata, “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara seiman kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai harus menghadapi maut. Karena itu, bersukacitalah, hai surga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu bahwa waktunya sudah singkat.” (Why 12:7-12)

Bacaan Pertama alternatif: Dan 7:9-10,13-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Apakah anda percaya akan keberadaan para malaikat? Gereja senantiasa menegaskan keberadaan mereka. Pada hari ini kita merayakan tiga malaikat agung, yaitu Mikael, Gabriel, dan Rafael. Katekismus Gereja Katolik mengajar kita bahwa para malaikat adalah makhluk-makhluk spiritual yang diciptakan dengan intelek dan kehendak, dan setiap malaikat adalah makhluk surgawi yang unik dan abadi (KGK, 327-336).

Fungsi-fungsi dari ketiga malaikat agung itu cocok dengan tiga tujuan utama pelayanan Yesus: mewartakan Kabar Baik, menyembuhkan sakit-penyakit, dan membebaskan orang-orang yang tertindas. Gabriel, yang namanya berarti “Allah adalah perkasa”, adalah pesuruh Allah yang utama, yang membawa Kabar Baik kepada umat-Nya. Dialah yang memberi kabar kepada Maria bahwa perawan dari Nazaret itu akan melahirkan sang Juruselamat (bacalah Luk 1:26-38). Rafael, yang namanya berarti “Allah menyembuhkan”, dikaitkan dengan dengan pelayanan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit (bacalah Tob 11:1-19) dan malaikat yang melindungi kita ketika melakukan perjalanan (lihat Tob 5:1 dsj.). Mikael, yang namanya berarti “dia yang seperti Allah”, membebaskan orang-orang dari penindasan lewat pertempurannya dengan Iblis (Why 12:7).

Sebagai tambahan informasi, dapat kita catat di sini, bahwa menurut tradisi Yahudi ada tujuh Malaikat Agung, yaitu Uriel, Rafael, Raguel, Mikael, Sariel, Gabriel dan Remiel (kalau ada waktu, silahkan membaca tentang hal itu di Encyclopaedia Britannica). Kalau kita membaca Kitab Tobit, maka ada tercatat Rafael memperkenalkan dirinya kepada Tobit dengan berkata: Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat di hadapan Tuhan yang mulia” (Tob 12:15; lihat juga Why 8:2).

Kedudukan manusia untuk sesaat lebih rendah daripada para malaikat (Ibr 2:7), namun kita “ditakdirkan” untuk diilahikan dalam Kristus dan diangkat di atas para malaikat itu (lihat Mzm 8:4-6). Dalam Kitab Wahyu kita dapat membaca bahwa Lucifer dan sepertiga dari keseluruhan jumlah malaikat di surga memberontak terhadap Allah (Why 12:3-9) karena kedengkian (lihat Keb 2:23-24) karena rencana Allah adalah agar kita menjadi “anak sulung di antara semua ciptaan-Nya” (Yak 1:18). Dengan demikian, apabila kita ingin melindungi diri kita sendiri, kita perlu mengingat, bahwa pertempuran rohani yang kita hadapi sehari-hari adalah sunguh-sungguh riil. Memang Yesus telah mengalahkan Iblis dan para malaikat jahat pengikutnya, namun mereka masi tetap bebas untuk menggoda dan menguji kita sampai saat kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaan.

Ditengah-tengah pertempuran rohani (spiritual) sehari-hari itu, marilah kita menyadari adanya pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Dengan menyadari keseriusan pertempuran ini dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kita, kita dapat mempersenjatai diri dengan jaminan, bahwa melalui Yesus, kita digabungkan ke dalam Tritunggal Mahakudus. Dalam Kristus, tidak ada apa/siapa pun yang dapat mengalahkan kita. Kita dapat memenangkan setiap serangan dari kuasa kegelapan. Para malaikat Allah selalu ada untuk melayani kebutuhan-kebutuhan kita (Ibr 1:14). Selagi kita merayakan pesta para malaikat agung pada hari ini, marilah kita melingkupi diri kita dengan kasih Yesus, mohon agar para malaikat-Nya menolong kita, dan berterima kasih penuh syukur kepada Allah untuk rahmat-Nya bagai kita yang begitu menakjubkan.

DOA: Bapa surgawi, aku memuji Engkau untuk kemuliaan dan keindahan para malaikat-Mu. Perkenankanlah mereka untuk membantu diriku dalam peziarahanku di dunia dan perjalananku kembali kepada-Mu. Aku menyambut mereka ke dalam kerja pelayananku, keluargaku, Gereja, dan dalam dunia. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, September 27, 2012

IA MEMBUAT SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA


( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Jumat, 28 September 2012 )

Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan B. Inosensius dr Bertio, Imam

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam-diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan brerjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (Pkh 3:1-11)

Mazmur Tanggapan: Mzm 144:1-4; Bacaan Injil: Luk 9:19-22

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pkh 3:1).

Penulis Kitab Pengkhotbah (Ecclesiastes; Qoheleth) memiliki kepekaan mendalam terhadap siklus ritmis dari kehidupan, dan meditasinya atas simetri dari musim-musim (masa-masa), membuat dia mempunyai rasa ketiadaan kepenuhan. Turun-naiknya siklus yang memperkenankan adanya “waktu untuk tertawa” dan “waktu untuk menangis”, “waktu untuk mengasihi” dan “waktu untuk membenci” mempresentasikan suatu sistem tertutup yang tidak dapat dipecahkan (Pkh 3:4,8). Pengamatannya atas hal-hal fisik menimbulkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan tujuan spiritual: Mengapa harus ada suatu masa yang tepat untuk perang, untuk membunuh atau untuk meninggal dunia? Apakah tidak ada lagi yang eksis selain peristiwa-peristiwa yang terjadi secara acak? Bilamana siklus itu tidak dapat dihindari, kalau ketidakadilan dan kejahatan terjadi tanpa pandang bulu, maka pesan apakah yang ingin disampaikan oleh hal-hal itu tentang alam semesta atau tentang Allah?

Sebagai seorang pencari iman, penulis Kitab Pengkhotbah tidak mau begitu saja menerima penjelasan-penjelasan yang tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang provokatif, dan ketulusan dan kejujuran dirinya masih menimbulkan suatu tanggapan yang simpatik berabad-abad setelah itu. Meditasinya atas waktu dan eksistensi masih saja mempesona para pembaca pada zaman modern. Saya masih ingat, bahwa sekian tahun lalu saya – sebagai dosen tamu – menggunakan bacaan ini ketika berbicara mengenai peranan perubahan dalam penyusunan strategi perusahaan, dalam mata kuliah “Strategi Bisnis” yang ditangani seorang rekan-dosen di FISIP-UI. Ada juga lagu-lagu (Ingatkah anda akan lagu tahun 1960’an: “For everything there is a season!”), dan novel-novel populer yang menggemakan kata-kata sang penulis, dan kita semua merasakan adanya tarikan kekekalan dalam hati kita (Pkh 3:11).

Secara intuitif sang penulis mengetahui seharusnya ada sesuatu yang lebih berkaitan dengan eksistensi daripada sekadar siklus tanpa-akhir dari “mencari” dan “kehilangan”. Ia mengerti bahwa masa-masa kehidupan yang bersifat variabel selalu berada di bawah pengendalian ilahi. Pengamat yang terus-terang ini menyimpulkan bahwa Allah melakukan hal ini agar semua harus berdiri penuh takjub di hadapan hadirat-Nya (Pkb 3:14).

Perbandingan menarik dapat kita buat antara meditasi sang penulis dengan kata-kata yang ditulis oleh Santo Paulus: “… aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam setiap keadaan dan dalam segala hal tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam keadaan kenyang, maupun dalam keadaan lapar, baik dalam keadaan berkelimpahan maupun dalam keadaan berkekurangan. Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:11-13). Seperti sang penulis, Paulus melihat adanya simetri kehidupan. Namun yang kelihatan sebagai siklus tertutup dari eksistensi makhluk hidup telah dicerai-beraikan oleh Allah yang menjadi manusia, Yesus Kristus. Paulus dapat “bersukacita senantiasa dalam Tuhan”, karena dia memiliki jaminan penuh berkat yang sekarang tersedia bagi semua orang yang percaya dalam Kristus (Flp 4:4).

DOA: Tuhan Allah, ajarlah kami agar dapat mengenali tangan-tangan-Mu dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kami. Buatlah kami kaya dengan hikmat-Mu selagi Engkau membimbing kami melalui berbagai pencobaan dan sukacita kami, dengan demikian membawa kami lebih dekat lagi kepada persatuan akhir dengan-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, September 26, 2012

MARILAH KITA BERBICARA MENGENAI KEBENARAN ALLAH DALAM KASIH DAN DI BAWAH BIMBINGAN ROH KUDUS


( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Vincentius a Paolo – Kamis, 27 September 2012 )

Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan bahwa Yohanes telah dibangkitkan dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata, “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa sebenarnya Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus. (Luk 9:7-9)

Bacaan Pertama: Pkh 1:2-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 90:3-6,12-14,17

Dalam Injil Lukas, bacaan singkat Injil hari ini terletak di antara cerita tentang Yesus mengutus kedua belas rasul-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah (Luk 9:1-6) dan kembalinya mereka setelah melaksanakan tugas perutusan itu (Luk 9:10-17). Bacaan ini mengajarkan kepada kita bahwa para murid Kristus akan menghadapi oposisi selagi mereka mewartakan sabda Allah, walaupun barangkali diiringi kebingungan seperti ketika orang-orang itu menilai Yohanes Pembaptis.

Yesus menghadapi oposisi dan demikian pula para pengikut-Nya. Yesus seringkali ditentang oleh para pemimpin Yahudi (Mat 12:14), bahkan oleh para pengikut-Nya sendiri (Mat 16:23). Yohanes Pembaptis menghadapi oposisi dari Herodus Antipas yang menyuruh menangkapnya, menjebloskannya ke dalam penjara dan kemudian memenggal kepalanya. Para murid Yesus juga menghadapi oposisi (lihat Kis 5:17-18), dan Gereja telah menghadapi oposisi dalam berbagai bentuknya sepanjang sejarahnya yang sudah berlangsung selama kurang-lebih 2.000 tahun.

Sabda Allah menyatakan posisi kita di hadapan Allah dan mendatangkan pemisahan ketika mengungkapkan kebutuhan kita untuk mengubah hidup kita dan berbalik kepada Allah. Pesan Salib mengambil tempat sentral dalam pengajaran Yesus dan merupakan alasan mengapa Dia melakukan karya pelayanan-Nya (Luk 9:22). Bahkan Petrus sendiri salah memahami keperluan akan penderitaan sengsara Yesus untuk menebus umat manusia (Mat 16:21-23).

Selagi Injil diwartakan pada masa para rasul, Gereja bertumbuh-kembang secara dramatis (lihat Kis 2:41,47) dan diberkati secara berlimpah. Gereja modern akan diperkuat apabila tetap teguh dalam mewartakan pesan Injil Yesus Kristus secara penuh, pesan yang tidak akan berubah dengan adanya perubahan zaman. Bilamana sabda Allah diwartakan, maka sabda Allah itu akan berbuah dan mencapai tujuan dari pekerjaan itu, seperti ada tertulis dalam Kitab Yesaya; “…… demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:11).

Injil tidak dapat diperlunak karena rasa takut akan adanya reaksi-reaksi yang tidak mengenakkan atau membuatnya menjadi lebih dapat diterima. Bilamana kita berbicara mengenai kebenaran Allah dalam kasih, dibimbing oleh Roh Kudus, orang-orang akan mengenal Yesus dan menemukan kehidupan di dalam Dia. Injil sebagai sabda Allah yang hidup dan aktif, menyatakan hikmat Allah yang tak terhingga dan kasih yang tak dapat diukur. Injil bukanlah sekadar suatu kode moral atau buku yang memuat panduan-panduan untuk bertindak-tanduk; Injil adalah kuasa dan kasih Allah yang membawa kehidupan baru.

Kita tidak perlu menjadi putus-asa manakala kita menghadapi oposisi terhadap Injil. Ketika Gereja mewartakan keutamaan Kristus, maka Gereja pun akan berkemenangan. Ingatlah, bahwa kita tidak sendiri dalam bekerja, karena Allah telah mengutus Roh Kudus untuk membimbing Gereja (Yoh 16:5-16).

DOA: Tuhan Yesus, melalui Roh Kudus-Mu, buatlah kami semua menjadi orang-orang yang berani dalam mewartakan Injil, agar dengan demikian orang-orang di mana-mana dapat mengenal dan mengalami kasih dan hidup-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, September 25, 2012

YESUS MENGUTUS KITA JUGA PADA HARI INI


( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Rabu, 26 September 2012 )

Ordo Fransiskan Sekular: Peringatan S. Elzear dan Delfina, Pasutri Ordo III

Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, kata-Nya kepada mereka, “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau kantong perbekalan, roti atau uang, atau dua helai baju. Apabila kamu masuk ke dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi desa-desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat. (Luk 9:1-6)

Bacaan Pertama: Ams 30:5-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:29,72,89,101,104,163

Selagi Yesus mulai bergerak menuju Yerusalem, Ia mengakhiri misi di Galilea dengan mengutus kedua belas murid-Nya untuk mewartakan Injil dan menyembuhkan penyakit-penyakit yang diderita dan juga untuk menguasai kuasa kegelapan. Apakah para murid sudah sepenuhnya siap dan memenuhi syarat (qualified) untuk itu?

Menarik bagi kita untuk mencatat bahwa bahkan dalam cerita pengutusan para murid ini, Yesus tetap berada di pusat. Yesus-lah yang memanggil kedua belas murid-Nya (Luk 9:1), seperti Ia pada awalnya telah memanggil masing-masing murid itu untuk datang dan mengikut-Nya. Dengan berjalannya waktu, Yesus telah menyatakan diri-Nya dan mensyeringkan hidup-Nya dengan mereka. Mereka ini bukanlah rasul-rasul yang mengangkat diri mereka sendiri, dan mereka pun bukanlah pribadi-pribadi yang memiliki kharisma dan kemampuan secara alamiah. Satu-satunya hal yang membedakan diri mereka dengan orang-orang lain adalah relasi mereka dengan Yesus.

Sebelum Ia mengutus mereka, Yesus memberikan kepada kedua belas murid-Nya itu kekuasaan dan otoritas atas semua roh jahat dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit (Luk 9:1). Semuanya datang dari dari Yesus. Para murid-Nya tidak pernah pergi ke sekolah teologi dan mereka pun belum mempunyai banyak pengalaman dalam melakukan penyembuhan penyakit dan pengusiran roh-roh jahat. Malah mereka kelihatannya mudah merasa takut dan tidak mempunyai iman yang diperlukan. Namun Yesus memberikan kekuasaan dan otoritas atas realitas-realitas fisik maupun spiritual! Dalam menggambarkan pengutusan Yesus ini, Lukas menggunakan kata Yunani apostello bagi para rasul itu, yang berarti “seorang yang diutus oleh orang lain” (Inggris: apostle). Para rasul tidak menawarkan diri mereka secara sukarela untuk misi yang dipercayakan kepada mereka. Inisiatif ada pada Yesus! Mereka sekadar diutus untuk memberi kesaksian siapa Yesus itu, dan untuk memberikan kesaksian tentang kuasa Allah melalui tindakan-tindakan mereka.

Ternyata tidak ada bedanya pada hari ini. Yesus yang sama, yang memanggil kedua belas murid-Nya sekitar 2.000 tahun lalu, pada hari ini juga memanggil kita masing-masing secara pribadi. Yesus yang sama ini memberikan kepada kita otoritas atas roh-roh jahat dan sakit-penyakit hari ini. Yesus yang sama ini mengutus kita untuk pergi mewartakan Injil Kerajaan Allah secara sederhana, menyembuhkan orang-orang yang sakit, baik fisik maupun spiritual, dan mengasihi tanpa syarat siapa saja yang dijumpai sebagaimana Yesus mengasihi. Kita tidak melangkah maju berdasarkan kemampuan, kesempurnaan kita, atau kuat-kuasa yang kita miliki, melainkan sekadar dalam nama dan kuasa Yesus Kristus. Sang Guru dan Tuhan kita itu telah memilih kita dan memperlengkapi kita agar dapat melakukan kehendak-Nya oleh kuasa Roh Kudus yang hidup di dalam diri kita.

DOA: Tuhan Yesus, tolonglah kami agar dapat mengenali panggilan-Mu, menerima kuat-kuasa dan otoritas-Mu, dan setia dalam mewartakan Kerajaan Allah seturut kehendak-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, perkenankanlah kami meneruskan anugerah kesembuhan dari-Mu kepada semua orang yang membutuhkannya. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, September 24, 2012

MENDENGARKAN SABDA ALLAH DAN MELAKUKANNYA [2]

( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Selasa, 25 September 2012 )

Kongregasi Bruder Santa Maria Tak Bernoda (MTB): Hari Jadi Kongregasi

Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mendekati Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya, “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:19-21).

Bacaan Pertama: Ams 3:27-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5

Dalam bagian Injil Lukas ini tercatat pengajaran Yesus tentang kemuridan/pemuridan. Mengikuti Yesus berarti mendengar sabda Allah dan berbuah (Luk 8:4-15). Murid Yesus yang sejati harus memiliki terang yang bercahaya dan tidak boleh tersembunyi (Luk 8:16). Para murid Yesus dapat mempunyai iman kepada Yesus dan tidak perlu takut terhadap angin ribut dalam kehidupan mereka (Luk 8:22-25). Sekali lagi, Yesus mengusir roh jahat dari seorang laki-laki di Gerasa dan atas dasar perintah Yesus sendiri, orang itu pun dengan penuh sukacita pergi ke seluruh kota dan memberitahukan segala sesuatu yang telah diperbuat Yesus atas dirinya (Luk 8:39).

Sekarang, marilah kita membayangkan sejenak apa yang terjadi seturut bacaan Injil hari ini. Banyak orang berkumpul di sekeliling Yesus untuk mendengar apa yang akan/sedang dikatakan oleh rabi dari Nazaret ini, walaupun mereka tidak selalu memahami perumpamaan-perumpamaan-Nya. Kemudian, muncullah Ibu Maria dan saudara-saudara Yesus, dan karena padatnya orang-orang yang berkumpul di situ, mereka tidak dapat mendekati Yesus. Jadi, tidak mengherankanlah apabila ada orang yang memberitahukan kepada Yesus: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau” (Luk 8:20). Jawab Yesus: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:21).

Apakah kiranya yang dimaksudkan Yesus dengan jawaban-Nya itu? Apakah ini berarti bahwa Yesus tidak merasa peduli pada ibu dan keluarga-Nya? Tentu saja tidak! Siapa yang lebih baik dalam memahami kata-kata Yesus itu selain Maria, yang memiliki hasrat tetap untuk melakukan kehendak Bapa surgawi (Luk 1:38)? Lukas tidak mencatat apa yang dilakukan oleh Yesus selanjutnya, namun akal sehat kita mengatakan bahwa tentulah Dia menyambut ibu dan saudara-saudara-Nya, kalau pun tidak langsung ketika mengajar orang banyak itu. Bagi Yesus, menempatkan orang-orang lain sebagai lebih penting daripada keluarga-Nya sendiri sebenarnya bertentangan dengan yang kita ketahui sebagai benar tentang Allah dan juga melawan seluruh ajaran tentang keluarga yang terdapat dalam Kitab Suci (Bacalah “Sepuluh Perintah Allah”, khususnya Kel 20:12).

Dalam tanggapan-Nya, Yesus menyatakan bahwa “mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” akan menjadi dekat dengan Yesus seperti para anggota keluarga-Nya sendiri. Ini adalah sebuah janji pengharapan dan sukacita. Kita sendiri dapat mempunyai keintiman yang sama dengan Yesus, kedekatan yang sama, dan relasi kasih yang sama seperti yang dimiliki-Nya dengan ibu dan semua anggota keluarga-Nya. Kita bukan hanya akan menjadi dekat dengan Yesus, melainkan juga – seperti halnya dengan setiap keluarga – kita pun mulai kelihatan seperti Dia. Kita akan mengambil oper karakter-Nya dan mulai berpikir dan bertindak seperti Yesus. Ini adalah janji bagi kita yang berdiam dalam sabda Allah dan senantiasa berupaya untuk mewujudkan sabda-Nya menjadi tindakan nyata.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau menjanjikan kepada kami suatu relasi yang intim dan penuh kasih dengan diri-Mu. Tolonglah kami agar dapat mengalami kasih-Mu selagi kami menjalani hari-hari kehidupan kami untuk melakukan kehendak Allah. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, September 23, 2012

SIAPA YANG MEMPUNYAI, KEPADANYA AKAN DIBERI


( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Senin, 24 September 2012 )

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki pelita, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, bahkan apa yang dianggapnya ada padanya, akan diambil juga.” (Luk 8:16-18)

Bacaan Pertama: Ams 3:27-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5

“Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, bahkan apa yang dianggapnya ada padanya, akan diambil juga” (Luk 8:18).

Kadang-kadang kata-kata yang diucapkan oleh Yesus memang dapat membuat orang bingung. Sekilas lintas kata-kata Yesus di atas ini dapat membuat kita merasa bahwa Dia bersikap kritis terhadap mereka yang serba berkekurangan – walaupun bukan karena kesalahan mereka. Namun apabila kita merenungkannya dengan lebih mendalam, maka kita pun disadarkan bahwa dalam hal ini Yesus berbicara mengenai apa yang telah diberikan-Nya kepada para pendengar-Nya: sabda pewartaan-Nya. Pembedaan yang dibuat Yesus adalah dalam hal bagaimana sabda-Nya itu diterima oleh para pendengar-Nya. Yesus memuji orang-orang yang menerima sabda-Nya dengan penuh syukur dan iman, karena mereka secara sukarela menerapkan dalam kehidupan mereka apa yang mereka terima dari Yesua dan kemudian menghasilkan buah (lihat Luk 8:15).

Yesus mendorong para pengikut-Nya untuk menaruh perhatian pada sabda-Nya dan Ia berjanji: “Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan” (Luk 8:17). Setiap rahasia Kerajaan Allah pada akhirnya akan dinyatakan. Setiap misteri yang penuh teka-teki bagi kita – misalnya mengapa Yesus harus mati pada kayu salib, mengapa Allah memperkenankan adanya penderitaan, mengapa beberapa anggota keluarga kita lebih terbuka terhadap Allah daripada para anggota keluarga yang lain dlsb. – akan terungkap, dan kita akan melihat hal-hal tersebut dengan kejelasan yang melampaui batasan-batasan intelek manusia.

Bagaimana kita dapat menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini? Melalui meditasi yang dilakukan dalam suasana doa dan studi atas sabda Allah. Semakin banyak kita melibatkan diri dalam mempelajari hikmat Allah, semakin terbentuk pula pikiran kita seturut pikiran Allah. Kita akan mulai berpikir seperti Allah berpikir, dan kita akan mengenal serta mengalami damai-sejahtera yang datang dari permenungan kita atas “dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah” (Rm 11:33). Dengan demikian, bersama Santo Paulus kita akan mampu memproklamasikan: “Kami memiliki pikiran Kristus” (1Kor 2:16).

Yesus berjanji bahwa apabila kita berpegang teguh pada apa yang telah kita terima, maka hal itu akan bertumbuh dan berbuah dalam diri kita. Selagi kita diberi makan oleh sabda Allah, terang dari hikmat-Nya akan memancar keluar dari diri kita, menembus kegelapan dunia. Kesaksian hidup kita akan menarik orang-orang lain kepada kita, dan kita akan mampu mensyeringkan hikmat yang telah kita terima dari Allah dengan mereka. Marilah kita memperkenankan sabda Allah dalam Kitab Suci untuk membentuk diri kita sehingga kita dapat menjadi duta-duta Yesus untuk dunia.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menaruh terang-Mu di dalam diri kami melalui sabda-Mu. Semoga terang-Mu dalam diri kami memancar keluar kepada semua orang yang kami temui. Datanglah, ya Tuhan, dan taklukkanlah kegelapan dengan terang kebenaran-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Sabtu, September 22, 2012

ALLAH MEMANGGIL KITA SEMUA KEPADA SUATU HIDUP PELAYANAN


( Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXV – 23 September 2012 )

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Lalu Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Siapa yang menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (Mrk 9:30-37)

Bacaan Pertama: Keb 2:12,17-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 54:3-6,8; Bacaan Kedua: Yak 3:16-4:3

Tentu saja kita semua harus menjadi semakin dewasa untuk hidup dalam dunia ini, akan tetapi pada saat yang sama Yesus menasihati kita untuk menjadi seperti anak kecil. Misalnya, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berbicara tentang berkat-berkat yang diperoleh seseorang apabila dia menerima seorang anak dalam nama-Nya. Di bagian lain dari Injil Yesus berbicara mengenai para murid untuk menjadi seperti anak-anak kecil (Mrk 10:13-16). Jadi, tidak hanya anak-anak belajar menjadi orang-orang Kristiani yang baik dengan meneladan hidup kita, kita pun dapat belajar banyak dengan mengamati kehidupan anak-anak kecil.

Pada awal bacaan tercatat para rasul mendiskusikan antara mereka sendiri sebuah topik, yaitu siapakah di antara mereka yang paling besar. Bukannya bertindak-tanduk seperti anak kecil (dalam arti childlike) dan inosens, mereka malah menjadi orang-orang yang hanya mencari kepentingan sendiri dan kekanak-kanakan (childish).

Akar dari tindakan-tindakan para rasul itu adalah kesombongan, dan obatnya – seperti biasanya – adalah kerendahan-hati. Dan di sini Yesus menunjukkan jalan kepada kerendahan-hati itu dengan menyatakan: “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35). Tujuan dari kehidupan Kristiani bukanlah untuk mencari posisi superior di antara posisi-posisi yang berprestise, melainkan untuk menghargai tempat yang paling rendah di tengah para miskin, mereka yang kesepian, dan mereka yang sakit. Ini bukanlah panggilan kepada kebesaran atau kemuliaan di mata manusia, melainkan panggilan kepada kebaikan, untuk membasuh kaki orang-orang lain dalam keprihatinan dan bela-rasa kita terhadap mereka (bdk. Yoh 13:15).

Dalam bahasa Yunani alkitabiah, kata untuk hamba/pelayan adalah diakonos, sepatah kata yang menjadi akar kata dari kata kita “diakon”. Dalam Perjanjian Baru “diakon” memiliki arti yang berlapis-lapis: dari “melayani meja” sampai kepada melayani di bidang-bidang lain (Kis 6:2-4). Apa pun situasinya, Yesus sering berbicara tentang melayani orang-orang lain dan menghubungkan pelayanan ini dengan kasih kepada Allah. Yesus mengajar bahwa bilamana kita melayani orang lain, kita sebenarnya melayani diri-Nya (Mat 25:40). Lagi dan lagi, Yesus menekankan bahwa pelayanan – sampai tingkat tertentu – berada di atas otoritas, dan bahwa di mata-Nya, siapa saja yang mempunyai otoritas dalam Gereja haruslah menjadi seorang pelayan, bukan penguasa (Luk 22:25-27).

Allah memanggil kita semua kepada suatu hidup pelayanan yang hanya mencari pertumbuhan dari Kerajaan-Nya. Dan bagian terbaik dari panggilan ini adalah, bahwa setiap saat Ia senantiasa ada bersama kita, melayani kita melalui tindakan-tindakan kasih, dorongan serta pemberian semangat dan belas-kasih yang tak terhitung banyaknya.

DOA: Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Bentuklah hatiku agar aku menemukan sukacita dalam melayani orang-orang lain, seperti juga Engkau sangat bersukacita dalam memperhatikan diriku. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, September 20, 2012

BERBUAH SERATUS KALI LIPAT


( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Sabtu, 22 September 2012 )

Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan S. Ignatius dari Santhi, Imam

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15)

Bacaan Pertama: 1Tim 6:13-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5

Tidak ada rahasia bahwa Bapa surgawi, Allah yang Mahapemurah, sangat senang memberikan kepada kita ganjaran sebanyak seratus kali lipat atas upaya kita mendekat kepada-Nya dan kerajaan-Nya. Ingatlah cerita tentang janda si Sarfat yang dalam kekurangannya memberikan hospitalitas kepada nabi Elia. Karena kemurahan hatinya dalam memberikan segenggam tepung terakhir yang ada dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli untuk dijadikan roti bagi Elia, Allah menjamin, bahwa baik keluarga sang janda dan Elia mempunyai cukup makanan untuk waktu yang lama, tanpa tempayannya kehabisan tepung atau buli-bulinya kehabisan minyak (lihat 1Raj 17:16).

Baiklah kita mengingat juga bagaimana Yesus melakukan mukjizat pergandaan lima roti dan dua ikan menjadi makanan untuk lebih dari lima ribu orang (Mk 6:41-44). Atau, baiklah kita mengingat janji Yesus bahwa Allah dapat melakukan tanda-tanda heran yang besar apabila kita mempunyai kepada-Nya hanya sebesar sebutir biji mustar (Mat 17:20). Berkali-kali Yesus berjanji bahwa apabila kita mendengar firman/sabda Allah, dan menyimpannya dalam hati yang baik, maka berkat ketekunan yang sabar, kita dapat mengharapkan buah berlimpah” (lihat Luk 8:8,15). Allah dapat menghasilkan begitu banyak dari hal yang begitu kecil/sedikit!

Renungkanlah bagaimana Allah mampu untuk menggunakan waktu-waktu doa kita. Yang kita lakukan adalah upaya kecil untuk menyisihkan waktu yang sedikit guna menghadap hadirat-Nya; dan sebagai ganjaran Allah mencurahkan berkat-berkat-Nya yang jauh lebih besar daripada yang pernah kita mimpikan sebagai suatu kemungkinan.

Barangkali tidak ada apapun yang menunjukkan kemurahan hati Allah sebanyak seratus kali lipat itu secara lebih sempurna daripada Misa Kudus. Allah Bapa tidak hanya memilih untuk mengutus Yesus ke atas bumi untuk hidup, wafat, dan bangkit bagi kita. Dalam Ekaristi, Dia memberikan kesempatan kepada kita secara harian untuk datang ke sebuah perjamuan di mana Yesus membuat diri-Nya hadir dan dapat diakses oleh kita. Yang perlu kita bawa ke pesta perjamuan ini hanyalah suatu semangat pertobatan dan penuh syukur – bersama-sama dengan harapan-harapan kita, beban-beban yang sedang kita pikul, dan kebutuhan-kebutuhan – dan Ia memenuhi diri kita dengan karunia tubuh dan darah-Nya.

Dalam pertukaran ilahi yang terjadi pada Ekaristi, kita mampu untuk masuk ke dalam keintiman mendalam dengan Pencipta kita dan Penebusd kita. Bersatu dengan Dia lewat sebuah persembahan hidup kita, maka kitapun diperbaharui, disegarkan kembali, diperkuat kembali, dan dibuat jutuh. Sesungguhnya kemurahan hati Allah itu tak terukur besarnya.

DOA: Allah yang Maharahim, setiap hari Engkau berupaya untuk mencurahkan kepada kami segala kekayaan Kerajaan-Mu. Bapa, mampukanlah kami untuk semakin menyerahkan diri kepada Roh Kudus-Mu sehingga dengan demikian kami dapat menjadi penerima dan saluran kemurahan hatiMu yang tiada bandingnya. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS BERKATA KEPADA MATIUS: “IKUTLAH AKU!”


( Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Matius, Rasul & Penulis Injil – Jumat, 21 September 2012 )

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di tempat pemungutan cukai, lalu Ia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” Matius pun bangkit dan mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi, pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:9-13)

Bacaan Pertama: Ef 4:1-7,11-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5

Sejak pertama kali bertemu dengan Yesus selagi dia sedang bekerja di tempat pemungutan cukai, Matius memberi tanggapan penuh sukacita terhadap undangan Yesus kepadanya untuk berbalik dari cara hidupnya yang lama dan kemudian menggunakan seluruh sisa hidupnya sebagai seorang murid Kristus, misionaris dan penginjil. Ada tradisi yang mengatakan bahwa Matius mewartakan Injil di tengah-tengah orang-orang Yahudi untuk selama 15 tahun setelah kebangkitan Kristus, lalu melanjutkan pelayanan evangelisasinya di Persia, Makedonia dan Syria.

Cerita tentang panggilan Matius seharusnya memberikan kepada kita dorongan yang kuat. Yesus tidak datang untuk mencari orang-orang yang telah sempurna. Dia datang mencari yang hilang …… orang berdosa! Ingatlah bagaimana orang-orang Farisi menggerutu ketika Yesus duduk pada meja makan bersama Matius dkk. Orang-orang Farisi itu mengatakan, bahwa tidak pantaslah bagi seorang rabi berhubungan dengan para pemungut cukai dan pendosa. Namun Yesus menandaskan bahwa justru orang-orang berdosalah yang mau diundangnya ke dalam kerajaan-Nya. Dalam hal ini Yesus mengutip sebuah ayat Perjanjian Lama (Mat 9:13; bdk. Hos 6:6; Mat 12:7).

Maka, jangan pikir bahwa kita harus suci-suci dulu sebelum menyerahkan hidup kita kepada Yesus. Matius adalah contohnya. Kita dapat menyerahkan hidup kita kepada Kristus sekarang juga. Tidak ada masalah bagi Yesus Kristus untuk menerima kita (anda dan saya) sebagai milik-Nya. Juga janganlah kita merasa risau kalau merasakan diri kita tidak memiliki karunia atau talenta yang khusus. Yesus akan memberikan kepda kita segala rahmat yang kita butuhkan untuk hidup pelayanan kita bagi Dia.

Yesus mungkin saja tidak memanggil kita untuk menjadi seorang penginjil purnawaktu seperti yang dibuat-Nya atas diri Matius – atau mungkin juga memanggil kita untuk menjadi seorang full-timer sebagai seorang penginjil. Apa pun panggilan-Nya kepada kita, panggilan itu tentunya menyangkut peranan kita masing-masing sebagai seorang saksi-Nya dalam keluarga, para sahabat kita, para kerabat kerja kita, untuk menolong mereka menerima Yesus dalam hidup mereka. Marilah kita mengingat, bahwa justru dalam tindakan sehari-hari kita yang penuh ketaatan – menghadiri Misa Harian, membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci untuk beberapa menit lamanya setiap hari, melakukan pemeriksaan batin dan mohon pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita – maka kita sebenarnya mengatakan “ya” terhadap panggilan Yesus. Oleh karena itu, marilah kita mulai dengan langkah-langkah kecil ini, dan kita pun akan menemukan kuat-kuasa Allah bekerja melalui diri kita dengan cara-cara yang tidak pernah kita harapkan atau bayangkan sebelumnya.

Selagi anda menanggapi panggilan Yesus untuk menjalani suatu kehidupan yang baru, ingatlah bahwa Yesus ada di samping anda di setiap langkah yang anda buat. Oleh karena itu, janganlah menunda-nunda untuk mengatakan “ya” kepada-Nya. Jika anda mengatakan “ya” kepada-Nya, maka “ya” anda itu akan membuat diri anda seorang pencinta yang penuh gairah kepada Tuhan dan terang yang sungguh memancarkan cahaya di tengah dunia ini.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena engkau memanggilku keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Mu. Aku ingin hidup bagi-Mu. Tolonglah aku menemukan seorang pribadi pada hari ini, kepada siapa aku dapat syering kasih-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, September 19, 2012

IMANMU TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU, PERGILAH DENGAN DAMAI!


( Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan S. Andreas Kim Taegon, Imam dan Paulus Chong Hasang, dkk., Martir-martir Korea – Kamis, 20 September 2012 )

Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan dengannya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah botol pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan airmatanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya, “Jika Ia ini nabi, tentu ia tahu bahwa perempuan itu seorang berdosa.” Lalu Yesus berkata kepadanya, “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon, “Katakanlah, Guru.”
“Ada dua orang yang berhutang kepada seorang yang membungakan uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan lebih mengasihi dia?” Jawab Simon, “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya, “Betul pendapatmu itu.” Sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon, “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasuhi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tidak henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Karena itu, Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak mengasihi. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia mengasihi.” Lalu Ia berkata kepada perempuan itu, “Dosamu telah diampuni.” Orang-orang yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka, “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa-dosa?” Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai!” (Luk 7:36-50)

Bacaan Pertama: 1Kor 15:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1-2,16-17,28

Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya, “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu bahwa perempuan itu seorang berdosa” (Luk 7:39). Pertanyaan saya sehubungan dengan pikiran Simon orang Farisi seperti diungkapkan dalam ayat di atas adalah, “Koq Simon tahu ya, bahwa perempuan itu seorang pendosa, seorang WTS?” Namun marilah kita tinggalkan pertanyaan saya itu.

Kita memang tidak dapat menyangkal bahwa cerita tentang seorang perempuan berdosa ini adalah salah satu cerita yang paling populer dari cerita-cerita yang terdapat dalam keempat kitab Injil. Bayangkan sebuah botol pualam yang tidak murah dan dari dalamnya mengalirlah minyak narwastu yang sangat mahal yang digunakan untuk meminyaki kaki Yesus. Sebelum itu kaki Yesus dibasahi dengan airmata seorang perempuan yang mestinya cantik-menawan dan diseka dengan rambutnya sendiri. Sebuah pemandangan yang sungguh luar biasa, sebuah adegan yang menyentuh hati siapa saja yang telah melakukan pertobatan dan mengalami pengampunan-Nya, namun merupakan sebuah adegan yang menjijikan bagi mereka yang masih hidup dalam kemunafikan. Ide tentang seorang WTS yang berderai air mata pertobatan, sukacita, dan kasih karena telah mengalami perjumpaan dengan Yesus terasa begitu “abadi” karena masih memiliki kuat-kuasa untuk menggerakkan hati kita, bahkan pada hari ini, dua ribu tahun setelah untuk pertama kalinya cerita ini dicatat.

Tindakan-tindakan perempuan ini begitu memaksa kita untuk merenungkan pengungkapan cintakasih yang luarbiasa, berani, bahkan kelihatan tolol, sehingga kita pun mulai berpikir apakah kita dapat menemukan satu contoh lain yang serupa. Pada titik inilah kita merasa seakan tidak ada apapun yang dapat dibandingkan, ketika kita memperoleh kasih Yesus sendiri bagi kita masing-masing. Apa yang dilakukan oleh perempuan ini begitu dramatis, namun tidak dapat dibandingkan dengan kasih Yesus bagi kita yang begitu berlimpah. Yesus begitu mengasihi kita sehingga Dia bersedia secara sukarela memberikan nyawa-Nya sendiri, keseluruhan diri-Nya, tidak hanya bagi orang-orang yang banyak mengasihi – seperti perempuan berdosa dalam cerita Injil hari ini – melainkan juga bagi mereka yang memiliki hati dan pikiran sempit seperti Pak Simon orang Farisi itu.

Bagaimana kita dapat mencirikan cinta kasih sebagaimana yang diperagakan oleh perempuan berdosa tersebut? Bagaimana kita dapat menemukan kata-kata yang “pas” untuk mengungkapkan hasrat menggairahkan dari Yesus bagi kita masing-masing? Santo Alfonsus Liguori pernah menulis seperti berikut: “Allah mengasihi kita sejak kita belum eksis. Ia mengasihi kita lebih dahulu. Allah tidak menyelamatkan Putera-Nya yang tunggal justru agar dengan demikian Ia dapat menyelamatkan kita. Bagaimana Dia dapat gagal memberikan kepada kita dan Putera-Nya semua hal yang baik?”

Bukankah kita semua ingin mendengar Yesus berkata kepada kita bahwa dosa-dosa kita telah diampuni? Bukankah kita semua ingin Ia mengatakan kepada kita, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai”? Sekarang, marilah kita membayangkan Yesus sedang memandangi kita. Bayangkan kasih dan bela-rasa yang di wajah-Nya. Siapakah Yesus ini? Dialah Pribadi satu-satunya yang mengetahui dan mengenal kita luar-dalam. Dialah satu-satunya Pribadi yang mengetahui secara menyeluruh segala perjuangan kita, dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita. Dia turut ambil bagian dalam pengharapan dan sukacita kita, kerinduan kita dan mimpi kita. Dia mengampuni semua dosa kita. Kasih-Nya – personal dan intim – secara berkesinambungan mengalir ke luar dari hati-Nya ke dalam hati kita masing-masing. Seandainya kita tega meninggalkan ‘seorang’ Allah seperti ini, …… apa kata dunia?

DOA: Tuhan Yesus, Engkau mengasihi jiwaku dan memberikan “hidup baru” kepadaku. Aku sungguh mengasihi Engkau, ya Tuhan! Oleh Roh Kudus-Mu, aku menjadi bebas untuk hidup dalam damai-sejahtera dan kasih yang dipenuhi dengan sukacita. Terima kasih, Tuhan Yesus. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja,OFS

Jumaat, September 07, 2012

MARIA PENUH RAHMAT


( Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Kelahiran SP Maria – Sabtu, 8 September 2012 )

Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham. Abraham mempunyai anak, Ishak; Ishak memunyai anak, Yakub; Yakub mempunyai anak, Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda mempunyai anak, Peres dan Zerah dari Tamar, Peres mempunyai anak, Hezron; Hezron mempunyai anak, Ram; Ram mempunyai anak, Aminadab; Aminadab mempunyai anak, Nahason; Nahason mempunyai anak, Salmon; Salmon mempunyai anak, Boas dari Rahab, Boas mempunyai anak, Obed dari Rut, Obed mempunyai anak, Isai; Isai mempunyai anak, Raja Daud. Daud mempunyai anak, Salomo dari istri Uria, Salomo mempunyai anak Rehabeam; Rehabeam mempunyai anak, Abia; Abia mempunyai anak, Asa; Asa mempunyai anak, Yosafat; Yosafat mempunyai anak, Yoram; Yoram mempunyai anak, Uzia; Usia mempunyai anak, Yotam; Yotam mempunyai anak, Ahas; Ahas mempunyai anak, Hizkia; Hiskia mempunyai anak, Manasye; Manasye mempunyai anak, Amon; Amon mempunyai anak, Yosia; Yosia mempunyai anak, Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembungan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya mempunyai anak, Sealtiel; Sealtiel mempunyai anak Zerubabel; Zerubabel mempunyai anak, Abihud; Abihud mempunyai anak, Elyakim; Elyakim mempunyai anak, Azor; Azor mempunyai anak, Zadok; Zadok mempunyai anak, Akhim; Akhim mempunyai anak, Eliud; Eliud mempunyai anak, Eleazar; Eleazar mempunyai anak, Matan; Matan mempunyai anak, Yakub; Yakub mempunyai anak, Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah menyertai kita.) (Mat 1:1-16,18-23)

Bacaan Pertama: Mi 5:1-4a atau Rm 8:28-30; Mazmur Tanggapan: Mzm 13:6

Matius mengawali Injilnya dengan “Daftar Nenek Moyang Yesus Kristus” (Mat 1:1-16). Daftar nenek moyang atau silsilah Yesus Kristus ini mengingatkan kita kepada rencana Allah bagi kedatangan Putera-Nya, dan merupakan sesuatu hal yang memerlukan persiapan yang sungguh lama. Generasi lepas generasi, Allah bergerak maju menuju pemenuhan tujuan-Nya untuk menarik kita kembali kepada hidup-Nya sendiri. Mengapa silsilah ini dipakai sebagai bacaan pada Misa Kudus “Pesta Kelahiran SP Maria”? Karena silsilah itu menunjukkan bagaimana Maria “pas” untuk masuk ke dalam rencana ilahi: sebagai istri Yusuf (keturunan Daud) dan sebagai pribadi yang dinaungi Roh Kudus. Jadi, kelahiran Maria dan peranannya dipandang dari perspektif sejarah penyelamatan.

Sejak awal Allah telah menugaskan tanggung-jawab yang paling mendalam dan intim untuk memenuhi rencana-Nya, kepada Maria, sang perawan dari Nazaret. Dari sejak sediakala, Allah telah memikirkan untuk membawa Maria ke dalam eksistensi dan mempercayakan kepadanya Putera-Nya sendiri yang kekal untuk diperkandung, dilahirkan, dan dibesarkan.

Peranan yang diberikan Allah kepada Maria begitu mendalam sehingga tidak mudah untuk mengkontemplasikannya. Rahmat yang dicurahkan-Nya atas diri Maria jauh melampaui rahmat yang diberikan-Nya kepada orang-orang lain. Dalam doa “Salam Maria”, kita mengatakannya “penuh rahmat” (‘engkau yang dikaruniai’ [Luk 1:28 Perjanjian Baru TB II; Yunani: kekharitomené). Akan tetapi, jika kita berpikir bahwa Maria berada sedemikian jauh di atas kita dan pengalamannya tidak berhubungan sama sekali dengan pengalaman kita-manusia, maka salahlah kita. Mengapa? Karena walaupun Maria memperoleh segala privilese sebagai ibunda sang Penebus, Maria tetap salah seorang dari kita. Kita dapat mengatakan, bahwa Maria adalah yang terbaik di antara kita, namun tetap saja dia adalah salah seorang dari kita.

Pola yang dipakai Allah dalam berurusan dengan Maria adalah pola yang digunakan-Nya dalam berurusan dengan kita. Allah mempunyai sebuah rencana bagi hidup Maria, dan Ia mempunyai rencana-rencana bagi hidup kita juga. Pada pusat rencana-Nya bagi Maria adalah niat-Nya agar Putera-Nya akan hidup dalam dirinya, dan dia akan mengandung dan melahirkan-Nya ke dalam dunia. Pada hakekatnya, itulah rencana-Nya bagi kita juga.

Setiap pribadi adalah unik dan merupakan karunia Allah yang tidak dapat diulang. Ingat tidak ada anak kembar yang sama seratus persen. Sejalan dengan keunikan kita masing-masing, Allah memberikan kepada kita masing-masing suatu panggilan dan misi khusus. Allah membuat rencana-Nya diketahui oleh kita dengan berbagai cara: melalui keadaan/situasi yang kita hadapi, melalui keluarga dan kawan-kawan, melalui talenta-talenta yang kita miliki dan kesempatan-kesempatan. Allah tidak memaksa kita untuk menerima rencana-Nya bagi kehidupan kita. Sebagaimana yang dilakukan-Nya dengan Maria, Allah mengundang kita untuk menerima panggilan-Nya dan mengikut Dia. Sebagaimana Allah menginginkan Maria menanggapi-Nya dan melaksanakan misi unik yang diberikan-Nya kepada sang perawan, demikian pula Dia ingin agar kita menerima misi kita yang unik pula dan melaksanakannya dengan segenap kekuatan yang kita miliki. Semoga kita semua menanggapi undangan Allah dengan pengharapan dan rasa percaya yang sama seperti yang dimiliki Maria.

DOA: Bapa surgawi, di sini aku. Nyatakanlah secara lebih jelas lagi rencana-Mu bagi diriku. Kuatkanlah aku dalam Roh Kudus-Mu sehingga aku dapat memenuhi panggilan dan misi yang Engkau telah siapkan bagi diriku, sebagaimana telah dicontohkan oleh Bunda Maria. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, September 06, 2012

KAIN BARU DAN BAJU YANG TUA; ANGGUR BARU DAN KANTONG KULIT YANG TUA

Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII 
– Jumat, 7 September 2012 )

Orang-orang Farisi itu berkata lagi kepada Yesus, “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa pada waktu mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Ia menyampaikan juga suatu perumpamaan kepada mereka, “Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.” (Luk 5:33-39)

Bacaan Pertama: 1Kor 4:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-6,27-28,39-40

Dalam masyarakat Israel kuno, berpuasa yang disertai doa dan pemberian sedekah merupakan karakteristik dari orang-orang yang paling saleh (lihat Dan 9:3). Sejarawan Romawi Tacitus menulis bahwa puasa adalah tanda dari orang-orang Yahudi (Histories, 4). Para pengikut Yohanes Pembaptis jelas mengikuti aturan puasa ini, demikian pula orang-orang Farisi (Luk 5:33). Orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus, mengapa para murid-Nya tidak berpuasa?

Jawaban Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai sang mempelai laki-laki, sebuah lambang yang mengandung makna teramat signifikan bagi umat Israel, baik dilihat dari sudut alkitabiah maupun budaya. Tulisan-tulisan profetis dalam Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama) sering membuat acuan kepada persatuan Allah dengan umat-Nya sebagai hubungan perkawinan (lihat Hos 2:19-20 dan Yes 54:5-8). Orang-orang Yahudi menghargai benar seorang mempelai laki-laki karena Yudaisme bertumpu pada kehidupan keluarga yang kokoh, di mana seorang bapa keluarga berfungsi sebagai instruktur pelajaran agama yang utama dalam keluarga. Delapan abad setelah kehidupan Yesus, seorang rabi Yahudi terkenal, Rabi Eliezer, menyatakan bahwa seorang mempelai laki-laki harus diperlakukan sebagai seorang raja. Pada masa Yesus dari Nazaret hidup di muka bumi ini dan mewartakan kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan dari tempat yang satu ke tempat yang lain, Ia sebenarnya memainkan peranan terutama sebagai seorang guru agama dan membawa sukacita kepada keluarga-Nya yang terdiri dari para murid. Sukacita ini akan berkelanjutan sampai sang mempelai laki-laki meninggalkan mereka, suatu acuan pada perpisahan Yesus secara fisik karena kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga (Luk 5:35).

Kemudian Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan menyampaikan dua buah perumpamaan: “Menambal baju yang tua dengan kain dari baju yang baru” dan “menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua” (Luk 5:36-38). Dua perumpamaan ini menunjukkan nilai dan kelengkapan dari ajaran Yesus, bahkan sementara Dia mengakui nilai luhur dari karya Allah di Israel. Ajaran Yesus tidak boleh direduksi sebagai kain tambalan baru pada baju yang lama, dan baju yang lama itu (Israel) pun tidak boleh dibuang begitu saja. Demikian pula ajaran Yesus tidak boleh ditempatkan dalam batasan/kendala kantong anggur yang lama. Dan sementara orang-orang lebih menyukai anggur yang lama (Luk 5:39), mereka tidak boleh memandang anggur yang baru sebagai sesuatu yang dapat diabaikan begitu saja.

Apabila kita mengakui karya Allah di Israel dan dalam diri Yesus, maka kita memperoleh pandangan sekilas tentang misteri yang ada dalam relasi antara Israel dan Gereja. Dalam ceramahnya di depan komunitas Yahudi di Mainz, Jerman pada tahun 1980, Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa Allah tidak pernah membatalkan Perjanjian Lama (Rm 11:29). Kemudian pada tahun 1986, pada waktu memberi ceramah di depan komunitas Yahudi di Australia, Paus Yohanes Paulus II mengatakan: “Adalah ajaran Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama) dan Kitab Suci Kristiani, bahwa orang-orang Yahudi adalah kekasih Allah, yang telah memanggil mereka dengan panggilan yang tak dapat diubah.”

DOA: Allah, Bapa yang Mahapengasih, dari abad ke abad Engkau menghimpun sebuah umat bagi diri-Mu. Dengan demikian, walaupun kami sangat bergembira penuh syukur atas karya penyelamatan-Mu melalui Yesus Kristus, ingatkanlah kami selalu bahwa karya penyelamatan-Mu itu dimulai dalam dan melalui umat Israel yang sangat Kaukasihi. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS