Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Ahad, Mei 26, 2013

YESUS MEMANDANG ANDA DAN SAYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Senin, 27 Mei 2013)

Pada waktu Yesus meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seseorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus, “Mengapa kaukatakan Aku baik?” Tak seorang pun yang baik selain Allah saja. Engkau tentu mengetahui perintah-perintah ini: Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, jangan menipu orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!” Lalu kata orang itu kepada-Nya, “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya, “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu mukanya muram, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka, “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus berkata lagi, “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin tercengang dan berkata seorang kepada yang lain, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu mungkin bagi Allah.” (Mrk 10:17-27)

Bacaan Pertama: Sir 17:24-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 32:1-2,5-7

Petikan bacaan Injil hari ini adalah sekitar “kemuridan” …… discipleship adalah kata kerennya. Seorang imam Fransiskan Kapusin dari Irlandia, Fr. Silvester O’Flynn OFMCap., dalam bukunya yang berjudul THE GOOD NEWS OF MARK’S YEAR, (Dublin, Ireland: The Columbia Press in association with Cathedral Books, 1990) kali ini melihatnya dari kacamata yang tidak biasa-biasanya, artinya agak berbeda. Yang disoroti olehnya adalah pandangan mata Yesus. Dalam permenungan kali ini saya mengambil beberapa pokok dari tulisan Pater Sylvester ini.

Pandangan Yesus yang pertama adalah kepada orang muda yang kaya itu. Markus menulis: “Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya” (Mrk 10:21). “Menaruh kasih kepadanya” …… ini hanya ada dalam Injil Markus; Matius dan Lukas dalam cerita padanannya sama sekali tidak memuat tiga kata ini. Pandangan Yesus kepada orang ini memiliki kuat-kuasa dan suatu daya tarik yang penuh kehangatan. Seakan Yesus membuka tangan-tangan-Nya lebar-lebar guna memeluknya seperti Dia menyambut anak-anak kecil (lihat Mrk 10:16).

Pandangan Yesus yang kedua ditujukan kepada para murid-Nya. Markus mencatat: “Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata …” (Mrk 10:23). Ini adalah pandangan Yesus sang Guru yang membuat eye-contact, “mata- ketemu-mata” dengan orang-orang lain sebelum menyampaikan pesan-Nya kepada mereka.

Pandangan ketiga dari Yesus lebih dalam lagi. Markus mencatat: “Yesus memandang mereka dan berkata …” (Mrk 10:27). Pandangan Yesus kali ini menembus hati para murid-Nya. Dia menyampaikan kasih Allah kepada mereka: menawarkan kemungkinan-kemungkinan ilahi guna mengatasi kelemahan manusiawi: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu mungkin bagi Allah” (Mrk 10:27). Sebuah pesan yang menguatkan serta sungguh menyemangati kita semua, seperti yang dikatakan oleh Malaikat Agung Gabriel kepada sang Perawan dari Nazaret: “… bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk 1:38).

Nah, marilah sekarang kita masuk ke dalam suasana doa, menempatkan diri kita dalam cerita Injil di atas dan membiarkan imajinasi kita berkembang berdasarkan sabda Yesus yang terdapat dalam bacaan itu. Marilah kita memperkenankan Yesus memandang kita (anda dan saya) satu-persatu. Jauhkanlah rasa takut kita. Barangkali sudah terlalu lama kita menghindari pandangan mata-Nya. Kita merasa “aman” jika kita tetap berada agak jauh, … di tengah kerumunan orang banyak. “Aman”, namun ada kekurangannya. Sekarang, Yesus memandang kita. Dia menginginkan kita. Dia menginginkan sepasang mata kita yang tertuju kepada diri-Nya, juga hati kita yang terbuka lebar-lebar bagi-Nya.

Mungkin saja kita masih mau menolak untuk memandang diri-Nya. Kita seakan berkata: “Tuhan Yesus, tunggu sampai aku layak dan pantas. Tunggu sampai aku mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada-Mu.” Namun sebenarnya kita sudah mempunyai apa yang dapat diberikan kepada Yesus. Sesuatu yang memang diinginkan oleh-Nya. Dia menginginkan mata kita masing-masing, walaupun karena cacat kita hanya memiliki satu biji mata saja. Kalau kedua mata kita buta, marilah kita pandang Yesus dengan mata hati kita. Marilah kita memandang Yesus dan memperkenankan-Nya memandang diri kita. Oh, kan aku seorang pendosa. Aku tidak dapat memandang-Nya “mata-ketemu-mata” tanpa merasa seperti seorang yang sedang telanjang, ah membuat diriku serba salah, malu. …… Embarrased!

Akan tetapi, sepasang mata Yesus penuh dengan kasih. Kasih kepada kita masing-masing secara pribadi. Pandangan mata-Nya dengan tetap terus berlanjut sampai menyentuh kita. Kita tidak perlu takut akan sentuhan kasih-Nya. Yesus memang senantiasa mencari kita. Oleh karena itu mengapa kita harus melarikan diri daripada-Nya? Apakah karena kita terlalu sibuk? Terlalu kaya? Ataukah memang takut akan Allah dalam artiannya yang salah, yaitu takut untuk dikasihi oleh-Nya. Mengapa? Mengapa?

Saudari dan Saudaraku yang sungguh dikasihi Kristus, apabila kita sudah berada pada tahapan ini, dan kita tetap ingin berbalik meninggalkan Yesus, maka ujung-ujungnya semua itu hanyalah meninggalkan kesedihan dalam diri kita. Oleh karena itu, kita harus tetap bertahan. Marilah kita mengambil waktu yang cukup untuk melakukan permenungan pribadi agar kita dapat mengetahui, mengenal dan mengalami bahwa kita ini sesungguhnya dikasihi oleh Yesus. Marilah kita memandang kehangatan pandangan-Nya. Pandangan dari sepasang mata Yesus terus saja menawarkan karunia (anugerah/pemberian gratis) dari Bapa surgawi. Hati manusiawi kita akan ditransformasikan oleh karunia Allah tersebut. Sementara itu marilah kita merasakan bangkitnya keberanian dalam diri kita. Kelemahan manusia tidak akan menahan-nahan kita lagi. Kemungkinan-kemungkinan besar mulai terbayang, semua hal yang kita rindukan sejak dahulu. Semua hal yang dahulu kita tidak miliki. Bahkan juga kekayaan dalam surga, hidup kekal! Memang segalanya mungkin bagi Allah!

DOA: Bapa surgawi, Engkau adalah Allah dan bagi-Mu segalanya adalah mungkin. Undanglah kami untuk mengikuti jejak Yesus Kristus dalam jalan kami menuju kepenuhan hidup. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Sabtu, Mei 25, 2013

TRITUNGGAL MAHAKUDUS ADALAH KEBENARAN YANG HIDUP

(Bacaan Injil Misa, HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS – Minggu, 26 Mei 2013)
Kongregasi OSF: Pelindung Provinsi Indonesia

Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari Aku. Segala sesuatu yang Bapa miliki adalah milik-Ku; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang akan diterima-Nya dari Aku.” (Yoh 16:12-15)

Bacaan Pertama: Ams 8:22-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 8: 4-9; Bacaan Kedua: Rm 5:1-5

Yesus memberikan kepada para murid-Nya (termasuk kita pada abad ke-21 ini) suatu gambaran sekilas lintas ke dalam relasi antara Pribadi-Pribadi dalam Tritunggal Mahakudus ketika Dia mengatakan: “Segala sesuatu yang Bapa miliki adalah milik-Ku” dan ketika Dia menggambarkan Roh Kudus (Roh Kebenaran) sebagai Dia yang akan menyatakan semua yang benar dan mulia tentang Allah kepada hati kita (Yoh 16:15). Keindahan Allah yang Mahakasih adalah bahwa Dia syering setiap hal dengan kita. Tidak ada yang ditahan-tahan oleh-Nya, malah dengan penuh bahagia Dia mengundang orang-orang berdosa untuk ikut ambil bagian dalam kesempurnaan hidup ilahi.

Kitab Suci menceritakan kepada kita bahwa Bapa dan Putera memberikan kepada kita Roh Kudus untuk membimbing kita ke dalam segala kebenaran dengan menyatakan misteri-misteri Injil kepada hati kita. Jadi, Tritunggal Mahakudus adalah suatu misteri yang kita masing-masing harus mengalaminya. Inilah kebenaran yang diungkapkan dengan indah oleh Paulus pada akhir sepucuk suratnya: “Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2Kor 13:13).

Seorang pengkhotbah besar pernah berkata bahwa misteri yang riil dari Tritunggal Mahakudus bukanlah pertanyaan tentang bagaimana dapat ada tiga Pribadi dalam satu Allah, melainkan pertanyaan bagaimana Allah yang sempurna dan mandiri dapat begitu mengasihi kita. Kasih yang sungguh menakjubkan, bahwa Bapa akan mengorbankan Putera-Nya untuk memulihkan warisan kita sebagai anak-anak Allah! Kasih yang sungguh menakjubkan, bahwa Roh Kudus akan datang untuk hidup dalam diri kita sebagai Penghibur dan Guru! Kita telah menerima penebusan dan belas-kasih dari Allah yang Mahakuasa! Sekarang kita dapat hidup sebagaimana dimaksudkan bagi kita sebelum dunia dijadikan.

Pada hari ini kita tidak merayakan suatu kebenaran abstrak, melainkan suatu kebenaran yang hidup. Allah ingin agar kita mengalami kasih-Nya, untuk disembuhkan oleh kemenangan Yesus atas kejahatan (si Jahat), dan untuk ditransformasikan oleh pernyataan kebenaran-Nya melalui Roh Kudus. Kita mempunyai “seorang” Allah yang mempribadi, yang memperhatikan setiap detil hidup kita. Oleh karena itu marilah kita meningkatkan ekspektasi kita guna mengalami kehadiran-Nya dan kuasa-Nya pada hari ini. Kita harus menjaga agar hati dan mata kita tetap terbuka. Allah akan menyatakan diri-Nya kepada kita, mungkin saja dalam cara-cara yang kita tidak pernah harap-harapkan.

DOA: Allah Yang Mahakuasa, kekal, adil dan berbelaskasihan, perkenankanlah kami yang malang ini, demi Engkau sendiri, melakukan apa yang setahu kami Engkau kehendaki, dan selalu menghendaki apa yang berkenan kepada-Mu, agar setelah batin kami dimurnikan dan diterangi serta dikobarkan oleh api Roh Kudus, kami mampu mengikuti jejak Putera-Mu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, dan berkat rahmat-Mu semata-mata sampai kepada-Mu, Yang Mahatinggi, Engkau yang dalam tritunggal yang sempurna dan dalam keesaan yang sederhana, hidup dan memerintah serta dimuliakan, Allah yang Mahakuasa sepanjang segala masa. Amin. [S. Fransiskus dari Assisi, SurOr 50-52]


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, Mei 23, 2013

YESUS TIDAK AKAN TINGGAL DIAM

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Jumat, 24 Mei 2013)

Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan dan orang banyak datang lagi berkerumun di sekeliling Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka lagi. Lalu datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya, “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya?” Tetapi jawab-Nya kepada mereka, “Apa perintah Musa kepada kamu?” Jawab mereka, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Justru karena kekerasan hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Padahal pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan dua lagi, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya lagi kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka, “Siapa saja yang menceraikan istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, Ia berzina terhadap istrinya itu. Jika si istri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laiki lain, ia berzina.” (Mrk 10:1-12)

Bacaan Pertama: Sir 6:5-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:12,16,18,27,34-35

“Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mrk 10:9).

Seperti bacaan Injil kemarin (Mrk 9:41-50), kata-kata Yesus dalam Injil hari ini juga terdengar begitu mutlak tanpa kompromi. Kata-kata Yesus ini juga terdengar sangat keras, teristimewa bagi kita yang telah mengalami serta melalui proses perceraian, atau apabila seorang anggota keluarga kita dan/atau seorang sahabat kita menderita karena kegagalan dalam perkawinannya. Di satu sisi, kita dapat mengatakan bahwa Yesus dapat menyembuhkan bahkan perkawinan yang paling sulit sekali pun. Di sisi lain, pengalaman mengatakan kepada kita bahwa perceraian adalah suatu realitas traumatis yang dapat meninggalkan luka mendalam dan relatif lama untuk sembuh.

Pikirkanlah tentang luka yang diderita/dirasakan oleh pasangan-pasangan yang bercerai, Suatu relasi yang diawali dengan cita-cita setinggi langit, sukacita, dan optimisme telah merosot menjadi ketidakpercayaan satu sama lain, kemarahan, penolakan, dan self-pity. Yang dahulu “satu daging” telah dirobek-robek. Bagaimana mungkin Yesus dapat duduk tanpa belas kasih menyaksikan mereka yang mengalami trauma perceraian? Yesus tidak akan tinggal diam! Allah tidak mengutus Putera-Nya ke dalam dunia untuk menghakimi/menghukum melainkan untuk menyelamatkan (Yoh 3:17). Yesus tidak ingin menghancurkan orang sekadar dengan menyatakan kesalahan mereka. Dia ingin bertemu dengan kita semua di mana saja kita berada dalam perjalanan hidup kita dan menawarkan kepada kita kesembuhan dan pemulihan.

Jika status kita (anda dan saya) adalah “bercerai”, maka kita harus menyadari bahwa Yesus tetap mengasihi diri kita … tidak sedikit pun berkurang dari sebelumnya. Dia bahkan menderita bersama kita. Renungkanlah perjumpamaan-Nya dengan perempuan Samaria di sumur Yakub di Sikhar (Yoh 4:1-42). Yesus tidak menghukum atau menuduh perempuan itu, walaupun ia telah kawin lima kali dan saat itu sedang “kumpul-kebo” dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya. Sebaliknya, Yesus menggiringnya ke dalam pertobatan, menyembuhkannya, dan mengutusnya kembali ke desanya untuk bercerita tentang Yesus kepada orang-orang lain (katakanlah: melakukan evangelisasi).

Apakah status kita menikah, bercerai atau bujangan, kita semua perlu mengenal dan mengalami penyembuhan ilahi. Allah ingin membalut luka-luka dalam setiap perkawinan dan juga luka-luka dari pribadi-pribadi yang terkena dampak dari perceraian. Ia ingin mendamaikan kita, mentransformir kita, dan menggunakan kita untuk memproklamasikan Kerajaan-Nya – apa pun yang telah perbuat di masa lampau. Marilah kita tanpa rasa takut pergi menghadap Dia, apa pun status kita. Perkenankanlah Dia memeluk kita dan sambil meletakkan tangan-Nya di atas kita Ia memberkati kita (bdk. Mrk 10:16).

DOA: Tuhan Yesus, curahkanlah rahmat-Mu atas setiap keluarga yang telah mengalami pedihnya perceraian. Sembuhkanlah mereka dan pulihkanlah pengharapan mereka. Biarlah kasih-Mu mengalir ke dalam diri kami semua dan kemudian mengalir ke luar dari diri kami kepada orang-orang yang kami jumpai, sehingga kami benar-benar menjadi saksi-saksi-Mu bagi orang-orang di sekeliling kami. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, Mei 22, 2013

CARA-CARA PRAKTIS MELAWAN DOSA


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Kamis, 23 Mei 2013)


Sesunguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

“Siapa saja yang menyebabkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku ini berbuat dosa, lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Jika tanganmu menyebabkan engkau berbuat dosa, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan buntung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; [di tempat itu ulat-ulatnya tidak mati, dan api tidak terpadamkan.] Jika kakimu menyebabkan engkau berbuat dosa, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; [di tempat itu ulat-ulatnya tidak mati, dan api tidak terpadamkan.] Jika matamu menyebabkan engkau berdosa, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulatnya tidak mati dan api tidak terpadamkan.

Karena setiap orang akan digarami dengan api.

Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?

Hendaklah kamu senantiasa mempunyai garam dalam dirimu dan hidup berdamai seorang dengan yang lain.” (Mrk 9:41-50)

Bacaan Pertama: Sir 5:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6

Apakah Yesus memaksudkan kita secara harfiah harus memotong satu tangan kita atau mencungkil satu mata kita untuk menghindari kedosaan? Yang jelas, berbagai bacaan dalam Perjanjian Baru tidak mencatat adanya mutilasi-mutilasi yang dilakukan oleh para pengikut Kristus yang awal. Mereka yang mendengar kata-kata Yesus ini jelas memahami kata-kata itu sebagai suatu “hiperbola”, yang dengan sengaja Yesus nyatakan secara berlebihan guna menyampaikan pesan yang ingin disampaikan-Nya. Pada kenyataannya, cara berbicara sedemikian merupakan sesuatu yang biasa di kalangan orang Yahudi abad pertama.

Kalau begitu, apakah yang dimaksudkan oleh Yesus di sini? Dosa mempunyai kekuatan untuk menyeret kita sampai terjatuh, dan bahwa kita harus melakukan hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Dosa menumpulkan kita dan merupakan penghinaan terhadap hidup Allah dalam diri kita. Lebih buruk lagi, dosa mendilusi kemampuan kita untuk menerima kuat-kuasa dan buah-buah Roh Kudus dalam diri kita, menyebabkan kita kehilangan “rasa asin” kita (Mrk 9:50).

Tentunya kita mengetahui bahwa seandainya pun kita jatuh ke dalam dosa, maka kita hanya perlu berbalik kepada Allah, bertobat, dan menerima pengampunan dari Dia (Sir 5:7). Akan tetapi pertobatan adalah apa yang kita lakukan setelah kita berdosa. Apa yang harus kita lakukan sebelumnya sehingga kita tidak terlibat dalam kedosaan? Inilah isu yang diketengahkan oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini: upaya-upaya praktis yang perlu kita lakukan guna menghindari dosa. Titik tolak yang baik adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan kita sampai terjatuh dalam dosa, hal mana berarti memeriksa dengan teliti disposisi batin kita setiap hari. Semakin baik kita mengenal diri sendiri, semakin jelas kita akan mengetahui ke mana kita akan melangkah.

Di Dublin, Irlandia pernah hidup seseorang pecandu alkohol (selama 15 tahun) yang bernama Matt (Matthew) Talbot [1856-1925]. Ia menghadapi kelemahan-kelemahan dirinya dengan cara yang praktis. Salah satu strateginya adalah untuk tidak pernah membawa uang dalam sakunya selagi dia berjalan pergi/pulang ke/dari tempat kerjanya. Tanpa uang ia tidak dapat membeli “miras”, jadi dia “memotong” apa yang tadinya telah menjadi kebiasaan buruknya sehari-hari. Ia bergabung dengan Ordo III Sekular S. Fransiskus (OFS), melakukan pertobatan dengan keras, banyak berdoa, menghadiri Misa Kudus setiap hari dan melakukan devosi kepada Santa Perawan Maria dengan benar. Pada tanggal 3 Oktober 1975, Paus Paulus VI mendeklarasikan Matt Talbot sebagai Hamba Allah (Venerabilis), satu tahapan sebelum Beato.

Kita masing-masing dapat menemukan cara-cara praktis sedemikian guna memerangi dosa. Jika suatu strategi yang bersifat praktis tidak dapat kita bayangkan dengan jelas, maka sepatutnyalah kita memohon kepada Roh Kudus agar membimbing kita. Allah sungguh menginginkan agar kita bebas dari perbudakan dosa. Allah ingin agar kita menjaga garam agar tetap terasa asin dalam diri kita. Dengan demikian, Allah sungguh berkomitmen untuk menolong kita menemukan keseimbangan yang benar antara mengandalkan diri sepenuhnya pada kekuatan kita sendiri dan secara pasif menunggu saja mukjizat pembebasan ilahi dari Allah. Allah akan memberikan kepada kita rahmat-Nya yang bersifat supernatural selagi kita membuat sebuah rencana dan berjuang untuk mengimplementasikannya.

DOA: Roh Kudus Allah, aku sungguh ingin mematahkan hubunganku dengan dosa dalam hidupku. Tolonglah aku menemukan cara-cara yang praktis untuk memotong apa saja yang menyebabkan aku menyakiti hati-Mu, sehingga dengan demikian aku dapat menjadi garam yang tidak hambar dalam Kerajaan Allah. Amin.

Sdr. F.X. Indrapadja, OFS

Selasa, Mei 21, 2013

IBLIS DAN ROH-ROH JAHAT ITU RIIL


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Rabu, 22 Mei 2013)

Kata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami melihat seseorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah dia, karena dia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. (Mrk 9:38-40)

Bacaan Pertama: Sir 4:11-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:165,168,171-172,174-175

Masalah Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya merupakan sesuatu yang kontroversial di beberapa tempat. Cukup banyak orang – termasuk sejumlah teolog – akan menyangkal realitas yang menyangkut keberadaan Iblis dan dan roh-roh jahat. Mereka menyatakan bahwa Iblis dan roh-roh jahat adalah suatu kepercayaan takhayul kuno atau salah diagnosa yang sangat patut disayangkan atas apa yang sekarang kita klasifikasikan sebagai gangguan-gangguan psikologis (Inggris: psychological disturbances).

Gereja Katolik tetap mengajarkan bahwa Iblis dan roh-roh jahatnya adalah sesat dan menyesatkan realitas-realitas. Mereka tersembunyi – tak kelihatan – namun mereka terus bekerja melawan Kerajaan Allah dengan aktif seperti pada zaman Yesus. Katekismus Gereja Katolik (KGK) memperkenalkan Iblis dan roh-roh jahat sebagai berikut:

“Di balik keputusan nenek moyang kita untuk membangkang terdengar satu suara penggoda yang bertentangan dengan Allah (Kej 3:1-5), yang memasukkan mereka ke dalam maut karena iri hati (Keb 2:24). Kitab Suci dan Tradisi melihat dalam wujud ini seorang malaikat yang jatuh, yang dinamakan setan atau iblis (Yoh 8:44; Why 12:9). Gereja mengajar bahwa dia pada mulanya adalah malaikat baik yan diciptakan Allah. “Setan dan roh-roh jahat lain menurut kodrat memang diciptakan baik oleh Allah, tetapi mereka menjadi jahat karena kesalahan sendiri” [Konsili Lateran IV, 1215: DS 800] (KGK 391).

Semua ajaran ini masuk akal bagi sensibilitas keagamaan kita, namun hanya mengetahui bahwa Setan atau Iblis itu sungguh riil tidaklah cukup. Mempunyai informasi adalah satu hal, namun adalah hal yang lebih penting adalah apabila kita dapat memperoleh peringatan dini. Kita perlu belajar tentang cara Iblis dan begundal-begundalnya bekerja sehingga kita dapat menjadi lebih cerdik lagi dalam menghadapi godaan-godaan mereka.

Satu pendekatan licik yang secara khusus digunakan Iblis adalah memecah-belah keluarga-keluarga anak-anak Allah. “Pendakwa saudara-saudara seiman kita” (Why 2:10) senang sekali membuat para saudara untuk mendakwa/menuduh satu sama lain … berseteru!” Bilamana kita mengalami pemikiran-pemikiran yang negatif dan menuduh orang lain – teristimewa jika pemikiran-pemikiran itu sungguh kuat – kita harus waspada dan mengambil langkah-langkah guna melawan pemikiran-pemikiran negatif itu. Semua itu tidak memerlukan apa pun yang rumit. Menyerukan nama Yesus atau memberkati diri kita dengan air suci dapat membungkam suara-suara ini. Membuat “tanda salib” atau mengucapkan keras-keras sebuah ayat dari Kitab Suci dapat efektif juga. Allah mempunyai kuat-kuasa yang jauh melampaui apa yang dimiliki Iblis. Kecuali dalam kasus-kasus yang jarang terjadi dan diizinkan oleh Allah berdasarkan alasan-alasan istimewa, Iblis akan lari ketika mendengar kita berseru kepada Bapa surgawi.

DOA: Tuhan Yesus, kami memuji Engkau karena memberikan kepada kami kemenangan atas Iblis dan roh-roh jahatnya. Semoga kami senantiasa berpaling kepada-Mu untuk memohon pertolongan-Mu dalam melawan kejahatan/ si Jahat, dan dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, Mei 20, 2013

MENGUBAH CARA KITA MEMANDANG ORANG-ORANG LAIN


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Selasa, 21 Mei 2013)

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Lalu Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Siapa yang menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (Mrk 9:30-37)

Bacaan Pertama: Sir 2:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-4,18-19,27-28,39-40

“Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35).

Petikan sabda Yesus ini barangkali merupakan sabda yang paling menantang dalam Injil. Kita semua mengetahui bahwa kita dimaksudkan untuk melayani, …… namun menjadi pelayan dari semuanya? Mudahlah untuk kita menjadi penuh keutamaan/kebajikan ketika menghadapi seseorang yang nyaman/enak bagi kita berelasi dengannya. Akan tetapi bagaimana kalau kita harus berurusan dengan orang-orang yang “berbeda” dengan kita? Mungkin saja mereka berasal dari budaya yang berbeda, memiliki tradisi iman yang berbeda, atau menganut nilai-nilai yang berbeda. Bisa juga mereka adalah orang-orang yang cacat fisik dan/atau menderita penyakit yang menakutkan kita. Atau mungkin saja karena mereka adalah orang-orang tidak mengenakkan untuk menjadi teman bergaul. Jika kita cukup lama memikirkan hal ini, maka kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, “Bagaimana aku harus melakukannya dengan baik seturut kehendak Allah?”

Sebenarnya kita tidak perlu mencari jauh-jauh untuk memperoleh jawabannya. Yesus, sang Guru agung, memberikan kepada kita visual aid guna membantu kita memahami diri-Nya. Dia menggunakan seorang anak kecil untuk mengingatkan kita bahwa mereka yang biasa kita sepelekan, yang kita pikir tidak ada artinya, paling akhir, atau “berbeda” sesungguhnya sangat dekat dengan diri-Nya. Pada kenyataannya, orang-orang kecil (wong cilik) ini sesungguhnya adalah Yesus yang menyamar: “Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Mrk 9:37). Yesus dapat saja menggunakan seseorang yang sudah tua dalam usia, seorang pengemis, atau seseorang yang sedang mengalami pergumulan pribadi dalam batinnya, namun hakekat pesan-Nya adalah sama: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Yesus dapat saja tidak mengatakan kepada kita untuk pergi keluar melayani setiap orang yang kita temui. Namun jelaslah bahwa Dia menantang kita untuk mengubah cara kita memandang orang-orang lain. Apabila kita melihat wajah-Nya dalam wajah orang-orang yang kita temui, apakah dia kaya atau miskin, sehat wal’afiat atau sedang sakit-sakitan – maka kita tidak akan merasa gundah apakah kita “besar” atau “kecil” dalam Kerajaan Surga. Kita tidak akan melihat pelayanan sebagai suatu beban melainkan sebagai sesuatu untuk dinikmati dengan penuh sukacita.

Apabila kita (anda dan saya) mempunyai kesulitan untuk menemukan Tuhan Yesus dalam diri seseorang yang kita temui, barangkali kita perlu menemukannya dalam diri kita sendiri dulu. Jika kita merasa lelah untuk mengasihi dengan kekuatan kita sendiri, marilah kita memohon kepada Tuhan Yesus untuk mengisi diri kita dengan kekuatan-Nya dan belas kasih-Nya. Terang Roh Kudus yang menyinari kita akan mentransformasikan visi kita. Orang-orang yang tadinya susah/tidak cocok menurut pandangan kita akan menjadi lebih mudah untuk kita kasihi. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, kita pun akan mempunyai suatu bela-rasa terhadap mereka. Ada lagu barat yang liriknya a.l. berbunyi: “Nothing looks the same through the eyes of love” – Tidak ada sesuatu pun yang kelihatan sama melalui mata cinta.

DOA: Tuhan Yesus, berikanlah mata-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat sesamaku seperti Engkau melihat mereka. Berikanlah hati-Mu kepadaku, agar aku dapat mengasihi mereka dengan kasih-Mu.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, Mei 19, 2013

AKU PERCAYA. TOLONGLAH AKU YANG TIDAK PERCAYA INI!


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Senin, 20 Mei 2013)
Keluarga Fransiskan: Peringatan/Pesta S. Bernardinus dr Siena, Imam Ordo I

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang bersoal jawab dengan mereka. Pada saat orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Jawab seorang dari orang banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya berkertak dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu orang-orang yang tidak percaya, sampai kapan Aku harus tinggal di antara kamu? Sampai kapan aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”

Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, ia segera mengguncang-guncangkan anak itu, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada kepada ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api untuk membinasakannya. Tetapi jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus, “Katamu: Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegur roh jahat itu dengan keras, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah daripada anak ini dan jangan merasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan mengguncang-guncang anak itu dengan hebat. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia berdiri.

Ketika Yesus masuk ke rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka kepada-Nya, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada mereka, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa.” (Mrk 9:14-29)

Bacaan Pertama: Sir 1:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 93:1-2,5

Bacaan Injil di atas mencatat: “Pada saat orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia” (Mrk 9:15). Mengapa sampai begitu? Mungkinkah penampilan-Nya masih meninggalkan sisa-sisa kemuliaan dari transfigurasi-Nya di atas gunung? Mungkinkah sisa-sisa kemuliaan ilahi ini yang memberikan ayah dari anak yang dirasuki roh jahat itu secercah harapan sehingga berani datang menghadap Yesus dan mengungkapkan kebutuhannya.

Yesus dapat mengatakan bahwa orang ini memiliki iman, namun Ia menantang dia untuk masuk lebih dalam lagi: “Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” (Mrk 9:23). Orang itu menanggapi pernyataan Yesus secara menakjubkan dan dia pun dengan rendah hati membuat pengakuan: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24). Orang ini mengakui pergumulan-pergumulannya sendiri dan pada saat yang sama dia membuat langkah iman yang lebih mendalam. Untuk itu dia pun diberi ganjaran luarbiasa oleh Yesus.

Seberapa seringkah kita mengalami situasi serupa? Kita ingin percaya, dan barangkali mengalami Allah yang bekerja dalam hidup kita, namun realitas kebutuhan kita menyebabkan bangkitnya bisikan-bisikan ketidakpercayaan. Kita dapat membungkam bisikan-bisikan ini dengan menyatakan iman yang kita miliki: “Aku percaya bahwa Allah mengasihiku. Aku percaya bahwa Dia memberikan Putera-Nya untuk menyelamatkan aku dari dosa. Aku percaya bahwa Dia telah mencurahkan Roh Kudus-Nya ke dalam diriku guna membuat diriku semakin serupa dengan Dia.” Kita dapat mengumpulkan segala pernyataan iman kepercayaan kita dan bertanya kepada diri kita sendiri: “Jika ini adalah Allah, bagaimana aku mungkin percaya bahwa Dia tidak ingin memenuhi kebutuhanku, menyembuhkan diriku, dan membebaskan aku dari yang jahat?” Allah jauh lebih mampu untuk memperdalam iman kita dan menjawab doa kita!

Yesus juga mengatakan kepada para murid bahwa kemampuan mereka untuk mengusir roh jahat perlu didukung oleh doa (dan puasa). Dia mengetahui bahwa semakin banyak waktu yang dipakai seseorang untuk menyangkal diri, dan menahan diri dari nafsu serta lebih memakainya untuk mendengarkan Allah dalam doa, maka akan semakin mampu pula orang itu membuat langkah iman. Hal itu juga benar bagi kita. Oleh karena itu, marilah kita semua membuat pengakuan iman: “Tuhan, kami percaya, tolonglah ketidakpercayaan kami.” Marilah kita semua juga pergi menghadap Yesus dengan kejujuran dan menerima kasih-Nya bagi kita, walaupun kenyataan menunjukkan bahwa iman kita seringkali goyah.

DOA: Tuhan Yesus, aku mengasihi Engkau. Aku percaya bahwa Engkau akan selalu bersamaku. Engkau adalah kota bentengku, dan dalam Engkau aku tidak pernah akan dikalahkan. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Sabtu, Mei 18, 2013

KITA SEMUA DIBERI MINUM DARI SATU ROH

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI RAYA PENTAKOSTA – Minggu, 19 Mei 2013)

Karena itu, aku mau meyakinkan kamu bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata- oleh Roh Allah, dapat berkata, “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus.

Ada berbagai karunia, tetapi satu Roh. Ada berbagai pelayanan, tetapi satu Tuhan. Ada pula berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah yang sama juga yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.

Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama.

Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan semua anggota tubuh itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. (1Kor 12:3-7,12-13)

Bacaan Pertama: Kis 2:1-11); Mazmur Tanggapan: Mzm 104:1,24,29-31,34; Bacaan Kedua alternatif: Rm 8:8-17; Bacaan Injil: Yoh 14:15-16,23-26

“Kita semua diberi minum dari satu Roh” (1Kor 12:13).

Lima puluh hari yang lalu kita merayakan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Namun perbedaan apa yang dibuat oleh kebangkitan ini apabila Yesus tidak mencurahkan Roh Kudus-Nya? Roh Kudus-lah yang menyatakan Yesus kepada kita dan membuat penebusan kita menjadi suatu realitas yang hidup dalam hati kita. Adalah Roh Kudus juga yang membuat kita ikut ambil bagian dalam hidup Allah dan memberdayakan kita untuk hidup sebagai anak-anak-Nya.

Siapa sebenarnya Roh Kudus ini? Sebagian besar kita cukup familiar dengan kata-kata berikut ini: Penasihat, Advokat, Penolong, Penghibur, Pribadi Ketiga dari Tritunggal Mahakudus. Akan tetapi Allah ingin agar kita mengenal “Pribadi” di belakang nama-nama itu. Pada hari raya pencurahan Roh Kudus ini, marilah kita menyoroti cara-cara yang diinginkan Allah agar kita mengalami karya Roh Kudus dalam kehidupan kita.

Ketika Santo Paulus menulis bahwa Roh Kudus mencurahkan kasih Allah ke dalam hati kita (Rm 5:5), maka di sini dia tidak sekadar membuat suatu pernyataan teologis. Paulus menunjuk kepada suatu realitas bahwa kita semua sebenarnya diundang untuk mengalami kasih Allah tersebut. Marilah kita mengingat-ingat kembali perumpamaan Yesus tentang “anak yang hilang”, bagaimana ayah dari anak muda itu berlari menyongsong anaknya dan memeluknya ketika anak itu sedang berjalan pulang menuju rumah ayahnya (Luk 15:20). Dengan cara yang sama, Allah – Bapa surgawi – kita juga dengan penuh kerinduan membuka tangan-tangan-Nya lebar-lebar guna menyambut dan memeluk kita. Dan, oleh Roh Kudus-lah kita mengalami pelukan/rangkulan Allah seperti ini.

Roh Kudus ingin membuat hidup segala hal yang diajarkan Yesus tentang kasih Bapa itu; Dia ingin membuat janji-janji Yesus menjadi pembangkit semangat, yang menjiwai dan dengan penuh kuat-kuasa bergerak dalam diri kita. Oleh Roh Kudus, kata-kata dalam Kitab Suci menjadi hidup. “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (Yes 49:16). “Dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau” (Yes 54:8). “Anakku telah mati dan menjadi hidup kembali, Ia telah hilang dan didapat kembali” (Luk 15:24). “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri” (1Ptr 2:9).

Allah mengasihi kita dengan begitu mendalam sehingga walaupun kita mati dalam dosa-dosa, Dia membuat kita hidup dalam Kristus (Ef 2:4-5). Ini adalah belas kasih-Nya yang tak terbandingkan. Setiap hari kita dapat mengalami hal itu secara baru, yaitu melalui doa-doa kita yang dijawab, penyembuhan batin, perlindungan dari segala hal yang membahayakan, dan pengampunan. Roh Kudus menolong kita untuk mengenali serta mengakui kebaikan Allah, yang mungkin saya luput dari pandangan manusiawi kita. Roh Kudus mengingatkan kita akan saat-saat kita menerima kebaikan dari Allah, bahkan barangkali saat-saat ketika kita masih kecil. Dengan membuka mata kita terhadap rahmat Allah dengan cara-cara ini, maka Roh Kudus meyakinkan kita betapa baik dan murah hati Allah kita itu. Demikian pula, Roh Kudus menggerakkan kita untuk syering/berbagi belas kasih yang sama dengan orang-orang lain. Kita menjadi berbelas kasih karena Allah telah berbelas kasih kepada kita, dan belas kasih ini yang disyeringkan antara kita dan saudari-saudara kita dalam Kristus, menyatukan kita semua dalam satu tubuh dalam Kristus.

Kita pernah mengalami hidup terpisah dari Allah, tanpa pengharapan untuk pernah mengenal Dia dan kasih-Nya yang besar bagi diri kita secara pribadi. Sekarang, karena kita telah menerima Roh Kudus, kasih Allah pun hidup dalam diri kita. Kita pernah terjerat dalam dosa, tak mampu mengalami perubahan, walaupun kita menginginkannya. Sekarang, Roh Kudus memberikan kepada kita kuasa dan bahkan motivasi untuk berubah. Kita pernah tidak mampu melihat bagaimana menjalani kehidupan kita dengan cara yang menyenangkan Allah. Sekarang, Roh Kudus membawa kepada kita pemikiran-pemikiran Allah sendiri. Kita tidak perlu lagi menebak-nebak bagaimana mengasihi dan melayani Allah karena Roh Kudus memberikan kepada kita “pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian” (Flp 1:9).

Sekarang, bayangkanlah: Kita tidak perlu merasa heran apabila kita akan hidup selamanya dengan Yesus di surga; kita dapat mempunyai keyakinan bahwa kita mengalami hal tersebut. Pengharapan ini mentransformasikan segalanya yang menyangkut diri kita: cara kita memandang diri kita sendiri dan orang-orang lain, ekspektasi-ekspektasi kita, relasi-relasi kita. Sikap negatif berubah menjadi rasa penuh percaya. Kejauhan berubah menjadi kedekatan. Semua ini adalah karya Roh Kudus yang diutus Yesus, … Roh Allah sendiri yang kita rayakan pada hari ini.

DOA: Terpujilah Engkau, ya Roh Kudus. Engkau adalah kasih antara Bapa dan Putera. Datanglah, ya Roh Kudus, dan hiduplah dalam diri kami. Tunjukkanlah kepada kami belas kasih Allah. Engkau adalah alasan mengapa hidup kami dipenuhi dengan pengharapan. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, Mei 17, 2013

MASIH BANYAK LAGI HAL-HAL LAIN YANG DIPERBUAT OLEH YESUS


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Sabtu, 18 Mei 2013)
Keluarga Fransiskan: Peringatan/Pesta S. Feliks dr Cantalice, Biarawan Ordo I

Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata, “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku.” Lalu tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid yang bersaksi tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. (Yoh 21:20-25)

Bacaan Pertama: Kis 28:16-20,30-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 11:4-5,7

Kitab-kitab Injil adalah anugerah dari Allah bagi kita semua, diinspirasikan oleh Roh Kudus dan ditulis pada masa Gereja awal, agar kita dapat percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah dan Juruselamat dunia (Yoh 20:31). Kitab-kitab Injil ini tidak memuat semua mukjizat Yesus, melainkan memberi kesaksian tentang kedatangan Yesus sebagai seorang manusia, tentang ajaran-ajaran-Nya dan mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya, dan akhirnya tentang kematian dan kebangkitan-Nya, semuanya itu dengan satu tujuan: Agar kita dapat ikut ambil bagian dalam hidup-Nya. Karena itu kita membaca bahwa Yesus melakukan banyak hal lain juga, hal-hal yang tidak termasuk/tercatat dalam kitab-kitab Injil itu (Yoh 21:25).

Yesus melakukan banyak lagi hal-hal lain di luar yang diceritakan dalam kitab-kitab Injil, dan oleh Roh Kudus-Nya, Dia terus melakukan banyak hal lagi setelah kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Yesus tidak pernah berhenti bekerja, bahkan sampai sekarang. Umat Kristiani dari abad ke abad – melalui kuat-kuasa Roh Kudus – telah memberi kesaksian tentang kekuatan-Nya, kasih-Nya dan kemuliaan-Nya. Misalnya, khotbah-khotbah Santo Yohanes Krisostomos [c. 345-407] di Konstantinopel menghidupkan kembali isi kitab-kitab Injil, sehingga menarik umat semakin dekat dengan Kristus. Pada saat Santo Fransiskus dari Assisi [1182-1226] merangkul kemiskinan dan menolak potensi warisan besar dari ayahnya, sebenarnya dia mengikuti bimbingan Roh Kudus dan memberi kesaksian tentang kuat-kuasa Allah untuk membawa sukacita, bahkan dalam keadaan yang paling miskin dan sulit sekali pun.

Santa Elizabeth Ann Setton [1774-1821] memberi kesaksian tentang Yesus ketika dia mengajar anak-anak miskin dan mengubah status sosialnya menjadi insan yang hidup dalam kedinaan dan kesederhanaan. Karena karya Roh Kudus dalam dirinya, dia diberdayakan untuk memberikan kesaksian yang dinamis tentang Kristus dalam peranannya sebagai seorang ibu rumah tangga, sebagai seorang ibu, seorang janda dan seorang pendidik di Amerika Serikat yang baru saja merebut kemerdekaannya dari penjajah Inggris.

Setiap hari, selagi kita menyerahkan diri kita kepada pimpinan Roh Kudus, maka kita pun dapat menambah bab-bab baru dalam cerita-cerita Injil. Yesus berjanji bahwa melalui Roh Kudus, kita akan mampu untuk melakukan hal-hal yang bahkan lebih besar daripada yang telah dilakukan oleh-Nya, apabila kita percaya dan mentaati-Nya (Yoh 14:12). Melalui diri kita, Roh Kudus akan memampukan Yesus untuk melayani dan menyatakan kemuliaan Bapa kepada dunia pada zaman kita ini. Benarlah apa yang ditulis oleh Santo Yohanes Penginjil: “Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (Yoh 21:25). Memang tidak mungkinlah dunia ini dapat memuat seluruh kitab yang memberi kesaksian tentang karya mulia Allah dalam kehidupan umat-Nya!

DOA: Roh Kudus, hembuskanlah nafas kehidupan-Mu ke dalam diri kami agar kami dapat memberi kesaksian Injil. Berdayakanlah kami agar dapat melakukan karya-karya yang dilakukan oleh Yesus. Semoga hidup kami dapat menjadi bab-bab baru dalam tawarikh keselamatan dari Allah. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, Mei 15, 2013

GAMBARAN KASIH YESUS DALAM DOA-NYA


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Kamis, 16 Mei 2013)
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Margareta dr Cortona, Ordo III Sekular

Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” (Yoh 17:20-26)

Bacaan Pertama: Kis 22:30;23:6-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 16:1-2,5,7-11

Siapakah yang dapat membayangkan kasih yang sedemikian, seperti diungkapkan dalam doa Yesus ini? Mengetahui bahwa tidak lama lagi diri-Nya akan mengalami kematian yang sangat mengerikan, Yesus – Imam Besar Agung kita – memohon kepada Bapa-Nya agar melimpahkan kepada kita, kasih-Nya sendiri bagi Putera-Nya sejak sebelum dunia dijadikan, kasih Roh Kudus: “Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka” (Yoh 17:26). Hal ini sungguh indah menakjubkan … dalam kasih-Nya, Allah tidak membeda-bedakan!

Marilah kita merenungkan sejenak betapa mendalam Allah mengasihi Putera-Nya, Yesus. Karena kasih-Nya kepada Putera-Nya itu, maka Allah menentukan untuk memberikan segenap ciptaan kepada Yesus: “… di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol 1:16). Allah begitu mengasihi Yesus sehingga pada saat pembaptisan-Nya di sungai Yordan Dia dengan penuh sukacita mendeklarasikan di depan semua orang yang hadir: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17).

Yesus pun mengenal serta mengalami kasih Bapa-Nya secara akrab, dan kasih inilah yang memotivasi setiap tindakan-Nya ketika berada bersama dengan para murid-Nya (termasuk kita): “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri …” (Yoh 5:19-20). Yesus sedemikian dipenuhi dengan kasih Bapa sehingga Dia mampu menanggung segala kekejaman dan penderitaan salib agar dapat menyelamatkan kita manusia.

Oleh kuat-kuasa salib ini Yesus telah menyalibkan kodrat manusiawi kita yang cenderung berdosa dan membebaskan kita agar dapat dipenuhi dengan kasih Allah sama yang Ia sendiri telah alami. Ini adalah kasih yang penuh gairah, cukup memiliki kuat-kuasa untuk membuat lembut hati yang paling keras sekali pun dan mentransformasikan kita semua menjadi suatu umat yang mampu mengasihi secara mendalam sebagaimana Allah sendiri mengasihi. Ini adalah kasih yang bersifat all-inclusive, kasih yang mampu meruntuhkan segala tembok yang memisahkan kita satu dengan lainnya. Inilah kasih yang tidak pernah gagal, karena Bapa senantiasa memperhatikan kita dalam kasih dan dengan satu kehendak saja: untuk memberkati dan memperkuat kita selagi kita kembali kepada-Nya.

DOA: Roh Kudus Allah, pada hari-hari menjelang Pentakosta ini penuhilah diri kami masing-masing dengan suatu pengalaman akan kasih Allah sendiri. Bebaskanlah kami dari rasa takut dan sikap serta perilaku yang mementingkan diri sendiri dan gantikanlah semua itu dengan kasih akan Tritunggal Mahakudus (Trinitas), sehingga kami dapat menjadi satu dengan Allah dan satu dengan semua saudari-saudara. Bangkitkanlah kami sebagai saksi-saksi Kristus di tengah dunia ini yang dengan berani mengundang setiap orang yang kami temui untuk menemukan kasih Allah yang mengubah kehidupan melalui Putera-Nya, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, Mei 13, 2013

MATIAS MENGGANTIKAN YUDAS ISKARIOT


(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MATIAS, RASUL – Selasa, 14 Mei 2013)

Pada suatu hari berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara seiman yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata, “Hai Saudara-saudara, haruslah digenapi nas Kitab Suci, yang disampaikan lebih dahulu oleh Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus. Dahulu ia termasuk salah seorang dari kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.”

“Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: ‘Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya,’ dan: ‘Biarlah jabatannya diambil orang lain.’ Jadi, harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus diangkat ke surga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.”

Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan juga bernama Yustus, dan Matias. Mereka semua berdoa dan berkata, “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah pergi ke tempat yang wajar baginya.” Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada kesebelas rasul itu. (Kis 1:15-17,20-26)

Mazmur Tanggapan: Mzm 113:1-8; Bacaan Injil: Yoh 15:9-17

Pada Pesta Santo Matias Rasul hari ini, baiklah kita menyoroti beberapa dari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Yudas Iskariot. Biar bagaimana pun juga, karena kejatuhan Yudas-lah maka Matias diangkat menjadi seorang rasul.

Sungguh terasa tak dapat dipercayai, kelihatannya Yudas menjadi begitu buta – dia tidak mampu melihat bahwa jalan yang ditempuhnya secara pribadi ketika ke sana ke mari mengikuti Yesus bersama para murid lain adalah jalan menuju kehancuran. Bukannya membuka dirinya dan mengekspos pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benaknya serta motif-motif pribadinya kepada Yesus, Yudas malah tetap menyembunyikan pemikiran-pemikiran yang ada dalam dirinya. Sebagai akibatnya, dia menjadi terobsesi dengan apa yang baik menurut pemikirannya, bukannya memasukkan kata-kata Yesus ke dalam hati dan pikirannya. Bahkan kelihatannya Yudas – seperti diceritakan oleh Yohanes Penginjil – juga membenarkan pencurian uang atau korupsi atas perbendaharaan kelompok Yesus untuk keuntungan sendiri (lihat Yoh 12:6).

Seperti Yudas, kita pun kadang-kadang dapat menjadi buta terhadap motif-motif dan hasrat-hasrat pribadi kita sendiri. Tanpa memeriksa dengan cermat motif-motif hati kita, maka kita pun ujung-ujungnya dapat saja memilih jalan sesat yang dapat membawa kita kepada kebingungan dan kehancuran. Oleh karena itu, sangat baiklah untuk mempunyai seorang bapak pengakuan atau pembimbing rohani yang baik dengan siapa kita dapat membuka hati dan bersikap jujur. Kita (anda dan saya) pun dapat mensyeringkan apa yang terjadi dalam diri dan kehidupan kita masing-masing dengan pasangan hidup kita atau saudari-saudara dalam Kristus yang dekat dengan kita. Tidak ada masukan yang lebih baik daripada masukan hasil pemikiran jernih dari seorang pribadi yang mengasihi kita dan memiliki keprihatinan atas kondisi rohaniah kita.

Yesus menginginkan agar kita berjalan dalam terang-Nya. Memeriksa motif-motif dan hasrat-hasrat pribadi kita di hadapan Allah dalam doa adalah salah satu cara terbaik untuk membuang kegelapan dalam hati kita. Pada saat Roh Kudus menunjukkan kepada kita dosa-dosa dan kegelapan dalam hidup kita – apakah dalam doa atau melalui nasihat-nasihat bijaksana dari orang-orang lain – maka kita harus bersukacita. Kita juga harus cepat tanggap dengan melalukan pertobatan dan kembali ke jalan kasih Tuhan. Kita harus mengingat bahwa Yesus tidak datang untuk menghakimi/menghukum, melainkan untuk menyelamatkan kita (lihat Yoh 3:17). Ia selalu hadir untuk menolong kita guna melangkah maju dengan-Nya di jalan keselamatan dan damai-sejahtera.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau telah menyelidiki hatiku dan mengenal diriku. Buanglah jauh-jauh kegelapan dalam hidupku dengan terang-Mu. Tolonglah aku agar senantiasa dapat berjalan di dalam jalan kebenaran-Mu dan kasih-Mu. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERCAYAKAH KAMU SEKARANG?


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Senin, 13 Mei 2013)
Peringatan Fakultatif: SP Maria dari Fatima

Kata murid-murid-Nya, “Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya bahwa Engkau datang dari Allah.” Jawab Yesus kepada mereka, “Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya akan datang, bahkan sudah datang, ketika kamu akan diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:29-33)

Bacaan Pertama: Kis 19:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 68:2-7

Pada akhirnya, setelah setelah bersama-sama Yesus untuk sekian lamanya, para rasul/murid sampai kepada realitas, melalui karya Roh Kudus, bahwa sesungguhnya Yesus telah datang dari Allah. Mereka menyadari bahwa Dia bukanlah sekadar seorang manusia – bukan pula sekadar nabi yang telah lama dinanti-nantikan oleh umat (lihat Ul 18:15,18). Mereka seakan bangun dari tidur dan menyadari bahwa Yesus adalah utusan langsung dari Allah sendiri (Yoh 16:30). Kesadaran dan kepercayaan ini menolong para murid untuk mengikuti jejak Yesus secara lebih dekat lagi dan juga menanggung sebagian dari kesulitan-kesulitan di masa mendatang. Walaupun begitu, Yesus mengetahui bahwa pengetahuan, pengenalan dan kepercayaan mereka tidak akan mencukupi untuk mencegah mereka meninggalkan diri-Nya.

Apa yang diperlukan oleh para murid adalah pengetahuan, pengenalan dan kepercayaan lebih lanjut, bahwa melalui pemuliaan Yesus di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya, Dia sungguh akan mengalahkan dunia. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus akan secara penuh menyatakan kasih Bapa, yaitu kasih yang mengalahkan segala halangan dan kesulitan. Karena Yesus mengetahui bahwa “saat” pemuliaan-Nya telah tiba, Dia juga mengetahui bahwa pada akhirnya Dia akan mengalahkan dunia dan memberi damai-sejahtera kepada para murid-Nya – damai sejahtera yang sejati – dan juga keberanian di tengah-tengah penderitaan mereka (Yoh 16:33).

Bagaimana Yesus mengalahkan dunia? Yesus bukanlah sekadar manusia atau nabi. Yesus adalah Putera Allah yang diutus oleh Bapa. Dia datang kepada kita dengan kuat-kuasa dan otoritas, hikmat dan keamanan, dari Allah yang Mahakuasa. Melalui pemuliaan-Nya – penderitaan sengsara, kematian pada kayu salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga – Yesus telah kembali kepada Bapa-Nya. Sangatlah penting bagi kita untuk sungguh memahami siapa Yesus itu dan apa yang dimaksudkan dengan percaya kepada-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita menerima damai-sejahtera dan kekuatan dari Yesus selagi kita menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan. Sebagaimana halnya dengan para murid Yesus yang awal, kita juga harus mengakui kebesaran Yesus. Pengakuan kita tentang siapa Yesus itulah yang dapat memberikan kepada kita jaminan dan keyakinan yang sama seperti diinginkan oleh Yesus dari para murid-Nya yang awal. Yesus telah mengalahkan dunia! Iman-kepercayaan kita kepada-Nya juga mengalahkan dunia (1Yoh 5:4-5). Melalui kuat-kuasa Roh Kudus, kita dapat mengenal Yesus dan Bapa secara akrab. Dengan demikian, marilah kita berdoa agar kita dapat bertumbuh dalam pengenalan dan kepercayaan kita akan Yesus dan apa saja yang telah dilakukan-Nya bagi kita.

DOA: Tuhan Yesus, kami percaya bahwa Engkau adalah Putera Allah yang telah mengalahkan dunia. Engkau datang ke tengah-tengah dunia untuk menyelamatkan kami dan memberikan hidup kekal kepada kami. Tuhan Yesus, berikanlah kepada kami damai-sejahtera-Mu dan keberanian untuk menanggung segala pencobaan dan penderitaan yang datang menerpa kami. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS