Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, November 30, 2015

YESUS AKAN MENYATAKAN DIRI-NYA KEPADA KITA, APABILA ……

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven – Selasa, 1 Desember 2015)
YESUS MENGAJAR - HE WAS THE TEACHER
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya secara tersendiri dan berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Luk 10:21-24) 

Bacaan Pertama: Yes 11:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2,7-8,12-13,17
“Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat” (Luk 10:23).
Dalam tulisan yang lain, saya pernah mengatakan bahwa Yesus adalah seorang yang senantiasa memuji-muji Allah dan kebesaran-Nya – Dia adalah seorang man of praise. Hal ini ditunjukkan dengan baik dan indah sekali oleh Lukas dalam bacaan Injil hari ini.
Beberapa saat sebelum Ia menghaturkan doa syukur kepada Allah ini, Yesus telah meratapi “nasib” kota-kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum (Luk 10:13-16). Tiga kota ini telah menolak hal yang paling berharga di dalam dunia: kasih Allah yang penuh keajaiban. Sebaliknya mereka memilih untuk menaruh kepercayaan pada diri mereka sendiri. Inilah sebabnya mengapa Yesus bergembira dalam Roh Kudus karena sikap tulus seperti anak kecil yang dipertunjukkan oleh para murid-Nya. Tidak seperti kota-kota yang tidak percaya ini, para murid-Nya telah belajar untuk tidak menggantungkan diri pada “kehebatan” mereka sendiri, melainkan pada janji-janji Allah.
Bahkan pada hari ini pun Yesus terus bergembira karena melihat siapa saja yang mengambil langkah-langkah iman kecil dan belajar untuk menaruh kepercayaan sederhana pada-Nya. Yesus bergembira manakala melihat hati seseorang yang dapat diajar (tidak bebal) dan terbuka bagi pernyataan-Nya dari takhta surgawi. Tidak ada yang lebih menggembirakan hati Yesus daripada melihat kita datang menghadap hadirat-Nya dengan rendah hati, siap untuk belajar dari Dia dan menerima rahmat-Nya. Yesus dapat dan akan menyatakan diri-Nya kepada kita. Yang dibutuhkan dalam hal ini hanyalah hati yang terbuka dan waktu doa singkat setiap harinya.
Inilah janji Allah kepada orang-orang yang memiliki sifat dan sikap penuh ketulusan seorang anak kecil: pernyataan diri-Nya. Kita tidak perlu mereka-reka seperti apa sih Yesus ini. Roh Kudus-Nya ingin menyatakan Kristus kepada kita, dan Ia akan menggunakan setiap kesempatan untuk membuka hati kita. Kita tidak perlu berupaya terlalu keras untuk menerima, memahami, atau mengenal Dia. Apa yang harus kita lakukan hanyalah semakin menggantungkan diri pada Yesus dari hari ke hari untuk memperoleh hikmat dan kekuatan yang kita butuhkan. Selagi kita mengambil langkah-langkah iman yang kecil ini, kita akan bertumbuh dalam kesadaran bahwa kita tidak dapat berbuat atau mengetahui apa-apa tanpa Yesus, dan kesadaran tersebut tidak perlu membuat kita ciut hati, melainkan justru memenuhi diri kita dengan pengharapan.
Saudari dan Saudaraku, marilah kita tidak menempatkan segala jenis tuntutan atas diri kita yang berdasar pemikiran kita sendiri. Kita dapat mempersiapkan hati kita untuk menyambut kedatangan dengan cara yang sangat sederhana. Kita hanya perlu berdoa dan mengikuti bimbingan-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Semakin kita menyederhanakan hati kita, semakin dekat pula kita ditarik kepada Yesus dan semakin mendalam pula Ia akan menyatakan diri-Nya kepada kita.
DOA: Bapa surgawi, selagi aku beristirahat di hadirat-Mu pada hari ini, semoga Roh Kudus menyatakan hati Yesus yang dina dan tulus seperti anak-anak kecil. Penuhilah diriku dengan suatu hasrat untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus dan biarlah dalam masa Adven ini hasrat tersebut mengambil tempat pertama dan utama ketimbang hasrat-hasrat lainnya. Amin. 
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 11:1-10), bacalah tulisan yang berjudul “HANYA ADA SATU PRIBADI” (bacaan tanggal 1-12-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 15-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2015. 
Cilandak, 27 November 2015 [Pesta S. Fransiskus-Antonius Pasani, Imam] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, November 27, 2015

MARI KITA SAMBUT KEDATANGAN ANAK MANUSIA

(Bacaan Injil Misa Kudus – HARI MINGGU ADVEN I [TAHUN C] – 29 November 2015)
SECOND COMING 00092
“Akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat.”
“Jagalah  dirimu, supaya hatimu jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab hari itu akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Luk 21:25-28.34-36) 
Bacaan Pertama: Yer 33:14-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-5,8-10,14; Bacaan Kedua: 1Tes 3:12-4:2
Sekali lagi, kita memulai Masa Adven ini dengan kata-kata yang memperingatkan dan juga janji dari Tuhan Yesus. Yesus menginginkan agar kita memandang dan mempertimbangkan Adven tidak sekadar sebagai suatu masa untuk menantikan kedatangan Hari Natal, melainkan juga untuk melihatnya sebagai suatu masa transformasi dan mukjizat-mukjizat.
Ada begitu banyak yang dapat terjadi dalam beberapa pekan mendatang, asal saja kita tetap peka dan waspada terhadap gerakan-gerakan Roh Kudus. Allah mungkin mau membuang sebuah fondasi khusus yang dinodai doa dalam kehidupan kita. Atau, Dia ingin menunjukkan kepada kita betapa amannya kita apabila berada di tangan-Nya. Allah mungkin ingin menyembuhkan relasi yang telah rusak, membalikkan kepedihan kita menjadi kegembiraan, atau menjawab doa dalam hati kita yang sudah lama terpendam. Apa pun yang ingin dilakukan oleh Allah, kita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menerimanya apabila kita mengambil beberapa langkah sederhana setiap hari yang akan membantu kita berjaga-jaga dan menunggu:
  • Sediakanlah paling sedikit sepuluh menit setiap hari untuk doa pribadi di mana kita memuji dan bersyukur kepada Allah karena Dia telah mengutus Yesus untuk mengampuni diri kita dan membawa kita ke hadapan hadirat-Nya.
  • Sediakanlah sepuluh menit atau lebih untuk kegiatan membaca sabda Allah dalam Kitab Suci dan merenungkannya. Kita mohon agar Roh Kudus menulis Sabda Allah dalam hati kita.
  • Kita melakukan pemeriksaan batin setiap hari dan menyesali serta bertobat untuk apa pun yang telah menjauhkan diri kita dari pengenalan dan pengalaman akan kasih Allah serta mencerminkan kasih itu kepada orang-orang lain.
  • Mempersiapkan sebuah rencana untuk pertumbuhan rohani yang mencakup pembacaan rohani dan partisipasi dalam kehidupan gereja.
Seperti juga ketika Dia memperingatkan para pengikut-Nya yang pertama, Yesus memperingatkan kita untuk tidak terlampau menyibukkan diri dengan hidup ini. Sesungguhnya, mempersiapkan segala sesuatu untuk Natal dapat menjadi sebuah full-time job kalau kita tidak berhati-hati. Kita harus memastikan diri bahwa kita memberikan kesempatan kepada Yesus untuk membuat kita surprisedengan  rahmat dan kuasa-Nya. Marilah kita semua berjaga-jaga penuh kewaspadaan sambil menunggu, karena kita tahu bahwa Allah kita akan datang untuk menyelamatkan kita masing-masing: anda dan saya.
DOA: Bapa surgawi, tolonglah aku mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kedatangan Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Aku ingin menerima rahmat yang telah dimenangkan-Nya bagiku. Dalam masa Adven yang penuh ekspektasi ini, penuhilah hatiku dengan kasih-Mu dan pikiranku dengan kebenaran-Mu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:25-28,34-36), bacalah tulisan yang berjudul “KEDATANGAN SANG ANAK MANUSIA” (bacaan tanggal 29-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 26 November 2015 [Peringatan S. Leonardus dr Porto Mauritio, Imam] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BERJAGA-JAGA DAN BERDOA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Sabtu, 28 November 2015)
Keluarga Fransiskan OFM dan OFMConv.: Peringatan S. Yakobus dr Marka, Imam 
RABI DARI NAZARET - 1
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab hari itu akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Luk 21:34-36) 

Bacaan Pertama: Dan 7:15-27; Mazmur Tanggapan: Dan 3:82-87
Yesus mendesak para murid-Nya supaya menjaga diri agar hati mereka masing-masing tidak dibebani oleh berbagai kenikmatan duniawi dan kekhawatiran hidup sehari-hari, melainkan supaya “berjaga-jaga senantiasa sambil berdoa” (Luk 21:36). Yesus mengetahui bahwa mereka perlu berjaga-jaga dan dipenuhi dengan Roh Kudus agar supaya siap menghadapi apa yang akan datang. Yesus juga mengetahui bahwa kesibukan kita dengan tanggung jawab kehidupan sehari-hari dapat menumpulkan kepekaan kita terhadap realitas-realitas rohani. Dan Ia mengetahui bahwa apabila beban menumpuk dalam hidup kita, kita dapat tergoda untuk mencari cara-cara yang tidak sehat untuk “menenangkan” hidup kita.
Nasihat Yesus pada hari terakhir dari tahun Gereja ini sungguh tepat waktu! Walaupun peringatan Yesus tentang akhir zaman ini terkait kedatangan-Nya kembali ke dunia, peringatan itu cocok juga bagi kita selagi kita mendekati Masa Adven. Gereja telah menetapkan Adven sebagai suatu masa bagi kita mempersiapkan perayaan berkaitan dengan dengan kelahiran Kristus. Pesan peringatan Yesus yang sama juga berlaku: berjaga-jaga senantiasa sambil berdoa. Kita tentunya ingin sampai pada hari Natal dengan hati yang dipenuhi Roh Kudus, dengan kebenaran dan dengan kasih Allah yang dibawa kepada kita oleh kelahiran Yesus.
DOA PRIBADI
Hari ini adalah hari yang tepat untuk meluncurkan rencana-rencana kita untuk Adven sehingga dengan demikian kita dapat memulai dengan benar pada esok hari. Oleh karena itu, marilah kita bertanya kepada Roh Kudus agar menunjukkan kepada kita apa dan bagaimana cara yang terbaik untuk Hari Raya Natal mendatang. Mempersiapkan “rangkaian adven” dengan empat batang lilin? Membuat rencana waktu-waktu untuk berdoa secara pribadi atau bersama keluarga? Membuat rencana makan-minum yang akan disediakan dalam pesta Natal keluarga? Mempersiapkan kartu-kartu ucapan selamat Natal? Dll. Dlsb. Marilah kita juga tidak melupakan hal-hal yang menghalangi persiapan-persiapan di bidang rohani atau mengganggu damai-sejahtera kita selama masa Adven ini dan menentukan bagaimana caranya untuk menetralkan semua itu, sehingga dengan demikian kita tetap dapat mengalami saat keheningan selama empat pekan mendatang.

Yesus memperingatkan kita akan segala hal yang ada di depan kita: kesibukan, kekhawatiran/kecemasan dan kegiatan-kegiatan yang dapat menumpulkan dorongan  dalam hati kita untuk melakukan apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan. Karena telah diingatkan terlebih dahulu oleh-Nya, maka kita dapat menyediakan waktu untuk berdoa dalam keheningan, dan memohon kepada-Nya agar menyatakan diri-Nya kepada kita. Kita dapat melihat kemuliaan-Nya dan kita pun diubah. Dalam masa Adven ini, kita juga harus mengambil sikap berjaga-jaga. Kita harus membuat diri kita siap menyambut Yesus, maka kita pun melihat diri kita dipenuhi Roh Kudus pada hari Natal.
DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Penuhilah diriku dengan hidup-Mu sendiri. Tolonglah aku untuk senantiasa berjaga-jaga dan berdoa. Berikanlah kepadaku hikmat dan energi guna mempersiapkan segala sesuatu, sehingga ketika Adven dimulai, aku akan siap bersama-Mu dan menerima apa saja yang Engkau ingin tunjukkan kepadaku. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:34-36), bacalah tulisan berjudul “BERJAGA-JAGALAH SENANTIASA SAMBIL BERDOA” (bacaan untuk tanggal 28-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 26 November 2015 [Peringatan S. Leonardus dr Porto Mauritio, Imam] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, November 24, 2015

KETEKUNAN AKAN MENDATANGKAN BERKAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Rabu, 25 November 2015)
OSF Sibolga: Peringatan B. Elisabet dr Reute, Biarawati 
YESUS DI GEREJA ORTODOX SIRIA
“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh kehidupan.” (Luk 21:12-19) 

Bacaan Pertama: Dan 5:1-6,13-14,16-17,23-28; Mazmur Tanggapan: Dan 3:62-67
Masih ingatkah anda bagaimana populernya berbagai nubuat tentang akhir dunia selagi kita mendekati tahun 2000?  Pada waktu itu tidak sedikit orang yang mengalami excitement terkait prediksi-prediksi mengenai berbagai bencana alam dan malapetaka yang akan mendahului akhir zaman.
Orang-orang Yerusalem yang mendengar prediksi-prediksi Yesus tentang akhir zaman, yaitu tentang penghancuran/kehancuran Yerusalem, dan penganiayaan yang akan menimpa para murid-Nya barangkali lebih-lebih bereaksi dengan penuh ketakutan daripada excitement. Memang sepantasnya begitu! Sejarah mencatat bahwa pada tahun 70, suatu revolusi yang gagal melawan pemerintahan Romawi telah mengakibatkan kematian ribuan orang-orang tak bersalah, bencana kelaparan dalam skala besar, dan penghancuran Bait Suci.  Hanya setelah gambaran tentang segala penderitaan ini, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya bahwa sesungguhnya sebelum peristiwa-peristiwa ini mereka akan menderita penganiayaan.
Jadi, di manakah “kabar baik”-nya yang ada dalam semua cerita ini? “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk 21:19). Satu-satunya yang dapat dilakukan oleh kita-manusia – bertahan/bertekun – akan mendatangkan berkat yang jauh melampaui segala kemampuan manusiawi kita: keselamatan penuh dan hidup kekal dalam kehadiran Allah Yang Mahakuasa.
Seperti orang-orang Yahudi pada abad pertama, kepada kita umat Kristiani pada millenium ketiga tidak dijanjikan hidup nyaman. Sebaliknya, Yesus menawarkan kepada kita sesuatu yang jauh lebih besar. Ia berjanji untuk membawa orang-orang yang tetap setia kepada-Nya pulang ke rumah dengan aman, ke sebuah kerajaan yang tidak dapat dihancurkan. Yang diminta dari kita adalah suatu hidup ketekunan. “Katekismus Gereja Katolik” (KGK) menjelaskan sebagai berikut:
“Semua orang dipanggil kepada kekudusan: ‘Karena itu haruslah kamu sempurna, seperti Bapa-Mu yang di surga adalah sempurna’ (Mat 5:48). Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikaruniakan oleh Kristus, supaya … mereka melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian umat Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah” (KGK, 2013).
Dengan panggilan yang sedemikian agung di depan kita, marilah kita tetap menaruh kepercayaan kita pada Dia yang mengasihi kita sedemikian rupa sehingga rela mati bagi kita. Marilah kita mendengarkan dengan penuh perhatian nasihat dari Roh Kudus dan melatih mata kita agar dapat melihat hadiah untuk kita, yaitu Yerusalem surgawi.
DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Aku ingin berpegang teguh pada janji-Mu akan kehidupan kekal. Dengan pertolongan Roh Kudus-Mu, aku berjanji untuk mengikuti ke mana saja Engkau memimpinku. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:12-19), bacalah tulisan yang berjudul “KALAU KAMU TETAP BERTAHAN ……” (bacaan tanggal 25-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 22 November 2015 [HARI RAYA KRISTUS RAJA] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, November 23, 2015

GURU, KAPAN ITU AKAN TERJADI?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Andreas Dung Lac, Imam dkk. Martir – Selasa, 24 November 2015)
2ndcoming2
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah, betapa bangunan itu dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11) 
Bacaan Pertama: Dan 2:31-45; Mazmur Tanggapan: Dan 3:57-61
Seringkah kita berpikir tentang akhir zaman? Apakah kita percaya dan sungguh memiliki hasrat bahwa Yesus akan datang kembali dan bahwa peristiwa itu akan membuat rencana Bapa surgawi digenapi? Memang mudah bagi kita untuk luput melihat big picture-nya – yaitu sehubungan dengan titik akhir rencana Allah. Dengan mudah kita dapat terjebak dalam kehidupan kita sehari-hari, rutinitas pekerjaan kita, dalam keluarga kita, kesulitan-kesulitan kita, dan lupa bahwa pada suatu hari Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan. Oleh karena itu, marilah kita dengan penuh pengharapan menantikan kedatangan-Nya dengan penuh kesetiaan kepada-Nya setiap hari.
Prediksi tentang akhir zaman paling sedikit mempunyai dua tingkat pemahaman. Pada tingkatan yang pertama, Yesus menubuatkan penghancuran Yerusalem dan Bait Allah oleh bangsa Romawi di tahun 70. Nubuat ini serupa denggan nubuat nabi Yeremia yang mengatakan bahwa Bait Allah yang dibangun oleh Salomo akan dihancurkan karena ketidaksetiaan umat kepada Allah (Yer 7). Hal ini terjadi pada tahun 586 SM ketika orang-orang Babel menyerbu Yerusalem.
Pada tingkatan yang kedua, Yesus berbicara mengenai akhir dunia: “Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera”  (Luk 21:9). Yesus tidak menanggapi pertanyaan para murid-Nya tentang kapan akhir zaman itu akan terjadi, namun Ia hanya mengatakan bahwa peperangan dan berbagai bencana harus terjadi dahulu. Kita sendiri tidak mengetahui saat atau jam akhir zaman akan terjadi, dan kita pun tidak dapat mencegah peristiwa-peristiwa yang harus terjadi dahulu sebelum itu karena semua itu merupakan bagian dari rencana Allah.
Saudari dan Saudaraku, apa yang dapat kita lakukan adalah untuk tetap setia kepada Yesus. Apabila kita teguh dalam iman, maka kata-kata Yesus ini sungguh merupakan “pengharapan”. Hal ini disebabkan karena kita mengetahui dan meyakini bahwa kedatangan Yesus untuk kedua kali dan peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya adalah bagian dari rencana Allah. Mereka yang terus berada dekat dengan Yesus dan percaya kepada-Nya akan mengalami hidup kekal apabila Dia datang kembali, suatu hidup yang dipenuhi sukacita, yang melampaui apa saja yang kita ketahui di atas bumi ini. Akan tetapi, bagi mereka yang tidak setia, kata-kata Yesus ini hanya merupakan cerita tentang peristiwa  menyedihkan yang akan terjadi. Oleh karena itu, baiklah kita setia kepada Yesus selagi kita dengan penuh pengharapan menantikan kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan.
DOA: Bapa surgawi, kami sungguh percaya pada rencana-Mu bahwa Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan. Tolonglah kami agar tetap setia kepada-Nya, apa pun yang akan terjadi atas diri kami maupun orang-orang di sekeliling kami. Curahkanlah rahmat-Mu ke atas dunia sehingga dengan demikian semua orang akan siap menyambut Yesus pada waktu Dia datang kembali. Datanglah, ya Tuhan Yesus. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:5-11), bacalah tulisan yang berjudul “TIDAK BERARTI KESUDAHANNYA AKAN DATANG SEGERA” (bacaan tanggal 24-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 20 November 2015 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, November 19, 2015

ROH KUDUS INGIN MEMBUAT KITA MENJADI SEMAKIN SERUPA DENGAN YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Jumat, 20 November 2015)
BAIT ALLAH DIBERSIHKAN - YESUS OBRAK-ABRIK BAIT ALLAH
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa itu berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab semua orang terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. (Luk 19:45-48) 
Bacaan Pertama: 1Mak  4:36-37,52-59; Mazmur Tanggapan: 1Taw 29:10-12 
Yesus sungguh marah besar ketika masuk ke halaman Bait Allah dan kemudian  Ia mengusir para pedagang mata uang asing dll. Berlawanan dengan gambaran tentang Yesus yang dibuat oleh sejumlah artis di mana yang kita lihat adalah seorang gembala yang lemah lembut, Yesus juga dapat menjadi seorang yang sungguh “berbahaya” ketika Bapa-Nya di surga tidak dihormati secara pantas. Pada kenyataannya, Yesus mengalami seluruh rentangan emosi manusiawi seperti yang kita-manusia alami dalam hidup kita. Rasa sedih, bela rasa, rasa takut, rasa kagum, bahkan rasa marah: Yesus mengenal dan mengalami semua itu dalam kehidupan-Nya di dunia.
Kebenaran indah dari iman kita adalah bahwa Yesus datang ke tengah dunia untuk menebus kemanusiaan kita, bukan untuk menggantikannya dengan suatu model baru. Bukanlah suatu dosa untuk menjadi seorang pribadi manusia dengan berbagai emosi. Para ahli ilmu perilaku sudah lama mengatakan bahwa manusia adalah juga makhluk/pengada yang mempunyai emosi (emotional being), bukan hanya pengada yang berakal budi (rational being) dlsb., seperti physical being, cognitive being, psychological being, bahkan juga spiritual being. Ketika Allah “merancang” kita-manusia dan menganugerahkan kita dengan emosi-emosi dalam rentangan yang begitu lebar dari ujung ke ujungnya, Dia mendeklarasikan ciptaan-Nya  itu sebagai baik, bahkan sungguh baik (lihat Kej 1:31). Emosi-emosi kita hanya akan membawa kita ke dalam kesusahan hanya apabila kita memperkenankan emosi-emosi itu menguasai kita atau mengaburkan kemampuan kita untuk bekerja dalam kesatuan dan persatuan dengan Allah.
Kemarahan kita dapat memisahkan kita dari Allah, namun kemarahan Yesus merupakan suatu tanggapan rapih-tertata yang mengalir dari relasi-Nya dengan Allah. Yesus sangat mengetahui bahwa Bait Allah adalah sebuah tempat yang digunakan untuk berdoa di mana umat yang takut akan Allah dapat berkumpul untuk menyembah YHWH dan memohon campur tangan-Nya dalam kehidupan mereka, baik dalam suka maupun duka. Walaupun memang para penukar uang dan penjual hewan kurban merupakan aspek yang diperlukan dalam ibadat dalam Bait Allah, gerai/lapak mereka seharusnya berlokasi di luar Bait Allah. Namun pada kenyataannya, “kota/pasar” telah dimasukkan ke dalam Bait Allah, bukan sebaliknya, yaitu di mana Kerajaan Allah masuk ke dalam kota.
Yesus memiliki semangat sama untuk memenangkan hati kita – bait Roh Kudus – seperti yang dimiliki-Nya ketika membersihkan Bait Allah segala hal yang tidak pantas. Sekarang, marilah kita (anda dan saya) bertanya kepada diri kita sendiri: “Apakah kita telah memperkenankan hal-ikhwal/bisnis dunia – sebagian memang diperlukan – untuk  mendominir hati kita?” “Apakah kita pernah memperkenankan emosi-emosi kita mendominir keputusan-keputusan kita dan mengaburkan jalan kita bersama Allah?”
Saudari dan Saudaraku terkasih, Yesus ingin meningkatkan kemanusiaan kita agar dapat mencerminkan diri-Nya. Roh-Nya ingin membuat kita semakin serupa dengan Yesus sehingga dengan demikian kita menunjukkan kepada dunia apa artinya “hidup secara penuh”.
DOA: Tuhan Yesus, datanglah dan masuklah ke dalam hatiku dan bersihkanlah segala kekacauan dan segala sampah yang ada di situ. Singkirkanlah hiruk pikuk pasar dari pusat hatiku, sehingga yang tertinggal hanyalah Engkau saja. Semoga diriku dipenuhi dengan kasih akan Alah selagi aku ditransformasikan menjadi semakin serupa dengan dirimu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 19:45-48), bacalah tulisan yang berjudul “MENGANDALKAN SABDA ALLAH DALAM KITAB SUCI” (bacaan tanggal 20-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 17 November 2015 [Pesta S. Elisabet dr Hungaria, Pelindung OFS] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, November 18, 2015

WALAUPUN TELAH MENDENGAR SABDA-NYA, HATI MEREKA TETAP TERTUTUP

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Kamis, 19 November 2015)
Keluarga besar Fransiskan: Peringatan S. Agnes dr Assisi, Perawan
jerusalem-4
Ketika Ia telah mendekati dan melihat kota itu, Yesus menangisinya, kata-Nya: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, ketika musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Mereka akan membinasakan engkau beserta dengan penduduk yang ada padamu, dan mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau.” (Luk 19:41-44) 
Bacaan Pertama: 1Mak 2:15-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:1-2,5-6,14-15
Bacaan Injil hari ini barangkali merupakan salah satu bacaan yang paling menyedihkan dalam keseluruhan Injil. Marilah kita (anda dan saya) memejamkan mata kita dan mencoba untuk membayangkan Yesus yang sedang menangisi umat yang dikasihi-Nya. Apakah yang dapat menyebabkan kesedihan lebih besar pada diri-Nya, selain mengetahui bahwa penduduk Yerusalem telah mendengar sabda-Nya – berbagai pengajaran-Nya – namun hati mereka tetap saja tertutup bagi kebenaran-kebenaran penuh kemuliaan dan membawa kebebasan yang diwartakan oleh-Nya?
Pernahkah kita (anda dan saya) merasa diblokir sehingga tidak dapat berhubungan dengan Allah? Kadang-kadang kita merasa bahwa Allah sedang bersembunyi dari kita atau bahwa Dia marah dengan kita karena sesuatu yang telah kita lakukan. Pada saat-saat lain, kita dapat begitu disibukkan oleh hal-ikhwal dunia sehingga kita merasa begitu jauh dari diri-Nya.
Manakala kita merasa terpisahkan dari Allah, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah bertanya “mengapa”. Sangat membantulah jika kita melakukan pemeriksaan batin guna melihat apakah ada dosa yang bisa saja memblokir kita – isu apa saja di mana kita mungkin membutuhkan pengampunan dari Allah.
Kadang-kadang sepatah kata penuh kemarahan yang kita ucapkan atau bahasa tubuh yang menunjukkan ketidaksabaran kita terhadap orang lain akan membuat kita merasa jauh dari Tuhan. Namun Yesus sangat mengasihi kita dan Ia tidak akan pernah meninggalkan kita. Yesus mungkin saja berduka karena terjadinya keretakan antara diri-Nya dan kita disebabkan oleh dosa kita, namun Ia tidak akan pernah menutup pintu bagi kita. Pada kenyataannya, Yesus memiliki pengharapan yang jauh lebih besar pada kita daripada pengharapan kita sendiri.
Allah ingin agar kita mengetahui bahwa apabila kita melakukan pemeriksaan batin dan kemudian bertobat, Ia mendengarkan dan menanggapi kasus kita dengan kasih dan belas kasih (kerahiman) yang berlimpah. Allah senantiasa bekerja, mencari jalan terbaik guna menarik kita kembali ke dalam persatuan dengan diri-Nya. Kita (anda dan saya) memang harus senantiasa mengingat bahwa Dia merindukan kita seperti juga kita merindukan diri-Nya – dan seringkali malah lebih-lebih lagi rindu-Nya kepada kita.
Menjaga alur komunikasi agar tetap terbuka antara kita dan Tuhan tidak selalu mudah. Namun, apabila kita bertekun dalam hal ini, maka kita akan belajar bagaimana menghadapi tantangan-tantangan dan godaan-godaan dengan penuh keyakinan bahwa Allah sungguh ada bersama kita, senantiasa menyemangati kita dan menawarkan kuasa ilahi-Nya. Dia ingin mengajar kita bagaimana memusatkan pandangan kita pada diri-Nya. Itulah sebabnya mengapa Dia selalu mencurahkan Roh-Nya ke atas diri kita, dengan kerinduan agar kita membuka hati kita bagi suara-Nya yang lemah lembut.
DOA: Roh Kudus, tolonglah diriku dalam upaya melakukan pemeriksaan batin. Tunjukkanlah, ya Roh Alllah, jika ada sesuatu yang menghalangi diriku dalam mendengarkan suara-Mu. Kuatkanlah diriku dan berdayakanlah aku agar mampu menyerahkan segala penghalang yang ada kepada Yesus. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 19:41-44), bacalah tulisan yang berjudul “MANUSIA YANG HIDUP SECARA PENUH” (bacaan tanggal 19-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 17 November 2015 [Peringatan S. Elisabet dr Hungaria, Ratu & OFS] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, November 17, 2015

SETIAP ORANG YANG MEMPUNYAI, KEPADANYA AKAN DIBERI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Rabu, 18 November 2015)
OSCCap. (Ordo Klaris Kapusin): Peringatan B. Solomea, Perawan 
PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA
Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”
Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28) 
Bacaan Pertama: 2Mak 7:1,20-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1,5-6,8b,15 
KEMURIDAN - YESUS MEMANGGIL PARA MURIDNYA
Dalam episode sebelum ini, Yesus memproklamasikan keselamatan sebagai suatu realitas hari ini juga, keselamatan yang telah datang ke  rumah Zakheus “hari ini” karena tanggapan penuh iman dari sang kepala pemungut cukai/pajak. Sekarang, Yesus masih berbicara dengan audiensi yang sama, dan dalam kesempatan itu Dia mengajar dengan menggunakan “perumpamaan tentang uang mina”. Lewat perumpamaan ini, Yesus mengembangkan dua buah pemikiran. Pertama, Yesus berbicara tentang sebuah Kerajaan yang tidak akan muncul dalam waktu dekat, namun yang hanya akan muncul ketika seorang bangsawan bepergian ke sebuah negeri yang jauh untuk menerima peneguhan sebagai raja dan kemudian kembali untuk menghakimi mereka yang telah menolak dirinya. Kedua, selama ketidakhadirannya, bangsawan itu mempercayakan para hambanya untuk mengkapitalisasikan uang mina yang telah mereka terima; mereka yang terbukti produktif akan diberikan imbalan, sedangkan mereka yang tidak berusaha untuk menggunakan dan mengembangkan uang mina yang telah mereka terima akan ditolak.

Dalam introduksi editorialnya terkait perumpamaan ini, Lukas menjelaskan bahwa Yesus memilih untuk menceritakan perumpamaan ini karena Dia sudah dekat Yerusalem, dan karena para pendengar-Nya mempunyai anggapan bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi populer, perwujudan Kerajaan Allah akan mengambil tempat di Yerusalem dalam waktu dekat; namun Lukas berargumentasi bahwa Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk membaurkan/mengacaukan ekspektasi-ekspektasi akan parousia yang kedatangannya sudah pasti dengan menunjuk kepada suatu “penangguhan”. Yesus justru sedang dalam perjalanan pergi, bukan datang; dan krisis yang akan mengambil tempat dalam waktu dekat adalah kematian Yesus sendiri.
Ayat-ayat 12, 14, 15a, dan 27 dari bacaan Injil kita hari ini berbicara mengenai perpisahan Yesus yang sudah dekat saatnya, yang tidak akan diakui sebagai Raja sampai kedatangan-Nya kembali. Sementara Dia pergi, umat-Nya sendiri akan membuat susah misi-Nya dengan menolak diri-Nya, namun mereka akan menghadapi penghakiman pada saat kedatangan-Nya kembali. Ayat-ayat lainnya dapat membentuk sebuah perumpamaan lengkap yang serupa dengan “perumpamaan tentang talenta” (Mat 25:14-30).
Perumpamaan ini dibuka dengan cerita tentang seorang bangsawan yang melakukan perjalanan ke negeri yang jauh untuk menerima kekuasaan sebagai seorang raja. Hal ini menunjukkan kesejajaran mencolok dengan sejarah pada zaman itu. Herodus Agung harus pergi ke Roma sebelum martabatnya sebagai raja dikukuhkan oleh kaisar di Roma. Ketika dia wafat pada tahun 4 SM, kerajaannya dibagi-bagi antara para anggota keluarganya sesuai dengan fatwa warisnya, namun pembagian tersebut tidak diakui sebelum dikukuhkan oleh Kaisar Agustus. Arkhelaus pergi ke Roma untuk menyampaikan klaim dirinya sebagai raja Yudea. Namun sebuah delegasi sebanyak 50 orang Yahudi juga pergi Roma dengan tujuan membujuk Kaisar Agustus untuk menunda pengangkatan Arkhelaus. Delegasi tersebut berhasil sebagian: kepada Arkhelaus diberikan separuh dari kerajaan tetapi kepadanya tidak diberikan gelar raja; sisa kerajaan ex ayah mereka kemudian dibagi dua antara Filipus dan Antipas.
With_His_Disciples005
Dalam perumpamaan ini sang bangsawan memanggil 10 orang hambanya dan mempercayakan kepada masing-masing hambanya uang dengan jumlah uang yang sama, yaitu 1 mina – upah seorang pekerja untuk 3 bulan. Sang bangsawan menginstruksikan para hambanya itu untuk menggunakan uang mina tersebut untuk usaha, dan dia percaya kepada cara mereka masing-masing menjalankan uang mina itu. Lalu fokus-nya bergeser dari para hambanya ke orang-orang yang mengutus sebuah delegasi untuk menghentikan kenaikan sang bangsawan ke takhta sebagai raja. Akhirnya sang bangsawan kembali ke negerinya sebagai raja; ternyata para anggota delegasi tidak berhasil melaksanakan misi mereka.

Raja yang baru ini memanggil para hambanya untuk melihat bagaimana mereka telah menjalankan uang mina yang dipercayakan kepada mereka masing-masing. Muncullah 3 orang hambanya. Dua hamba yang pertama telah meresapi semangat sang bangsawan yang biasa mengambil risiko untuk menumbuh-kembangkan uangnya. Mereka berhasil membuat laba sebesar 900% dan 400%, dan mereka pun diberi ganjaran setimpal dengan tanggung jawab lebih lagi. Sekarang hamba yang ketiga …… yang menyimpan uang mina yang dipercayakan kepadanya dalam sapu tangan. Hamba yang ketiga ini mencoba untuk membenarkan apa yang telah dilakukannya dengan fokus pada kekejaman tuannya, bukan kebodohan atau kemalasan dirinya sendiri. Dia menempatkan masalahnya pada sang raja, tidak pada dirinya sendiri. Sang raja kemudian menghukum hamba ketiga ini sesuai dengan pandangan hamba itu sendiri: jika dia memandang tuannya begitu, mengapa dia tidak melakukan hal yang paling mudah, yaitu memperoleh bunga dari rentenir yang menjalankan uang yang dipercayakan kepadanya?
Kemudian Yesus berkata kepada orang-orang yang berdiri di situ: “Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu” (Luk 19:24). Sekilas keputusan sang raja tidak adil. Tidak heranlah apabila mereka memprotes karena yang sudah mempunyai banyak malah ditambahkan dengan jumlah yang sedikit, hal mana akan menyebabkan hamba yang ketiga tidak mempunyai apa-apa lagi. Orang-orang itu berkata: “Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina” (Luk 19:25)Jawab sang raja: “Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil” (Luk 19:26). Pelajaran apa yang  dapat kita tarik dari keputusan sang raja ini?
Hamba yang ketiga masih saja tidak mampu melihat bahwa kepadanya telah dipercayakan uang mina milik tuannya, dan bahwa urusan bisnis yang penuh risiko adalah urusan saling percaya (mutual trust). Hamba ketiga ini tidak berjalan di atas azas saling percaya ini; melainkan dia tetap berdiam pada rasa takutnya. Orang-orang yang berjalan berdasarkan kepercayaan yang diberikan kepada mereka akan diberi ganjaran dengan lebih lagi. Sebaliknya mereka yang kejahatan rohnya sedemikian rupa, sehingga mereka menyimpan kepercayaan yang diberikan kepada mereka sungguh tidak pantas menerima ganjaran. Akhirnya, sang raja memindahkan perhatiannya kepada para musuhnya yang menentang pengangkatannya dan memerintahkan orang-orangnya untuk membunuh para musuhnya tersebut di depan matanya (Luk 19:27).
Perumpamaan ini mengindikasikan bahwa perpisahan Yesus dengan para murid-Nya terasa tidak lama lagi, setelah mana para murid-Nya (termasuk kita) akan menjalani masa penantian yang tidak seorang pun tahu panjang atau pendeknya, sebelum kedatangan-Nya untuk kedua kali pada saat mana akan berlangsung penghakiman terakhir atas diri kita semua. Yesus telah mengambil risiko untuk syering dengan para murid-Nya kebaikan-kebaikan-Nya, kehidupan-Nya sendiri, kepercayaan-Nya sendiri, nilai-nilai-Nya sendiri. Apa jadinya apabila para pengikut-Nya tidak mau membuat segala apa yang disyeringkan itu bertumbuh dan bekerja?
DOA: Tuhan Yesus, selagi kami menantikan kedatangan-Mu untuk kedua kali kelak, biarlah Roh Kudus-Mu terus membentuk kami sehingga menjadi mau dan mampu untuk membuat segala kebaikan, hidup, kepercayaan dan nilai-nilai yang Engkau syeringkan dengan kami, menjadi bertumbuh dan bekerja dalam diri kami masing-masing. Dengan demikian kami pun dapat turut ambil bagian dalam memajukan Kerajaan Allah. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (2Mak 7:1,20-31), bacalah tulisan yang berjudul “IMAN SEORANG IBU DAN TUJUH ORANG ANAKNYA” (bacaan tanggal 18-11-15) dalam situs/blog PAX EET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 19-11-14 dalam situs/blog PAX ET BONUM) 
Cilandak, 15 November 2015 [HARI MINGGU BIASA XXXIII – TAHUN B] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, November 15, 2015

PENYEMBUHAN SEORANG BUTA DEKAT YERIKHO

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIII – Senin, 16 November 2015) 
BARTIMEUS - 000
Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Mendengar orang banyak lewat, ia bertanya, “Apa itu?” Kata orang kepadanya, “Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu, “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya, “Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Seketika itu juga ia dapat melihat, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah, Melihat hal itu, seluruh rakyat memuji-muji Allah. (Luk 18:35-43) 

Bacaan Pertama: 1Mak 1:10-15,41-43,54-57,62-64; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:53,61,134,150, 155,158
Apabila Saudari dan Saudara mempunyai satu keinginan, apa yang akan anda minta kepada Yesus? Kesehatan yang baik dan umur panjang? Harta kekayaan? Kekuasaan? Pertobatan dari orang yang anda kasihi? Berbagai penghormatan dan puji-pujian dari orang-orang lain? Bagaimana dengan pekerjaan yang penuh arti, tetapi penuh penderitaan dan dengan imbalan eksternal yang boleh dikatakan sedikit?
Dalam kasus ini Yesus mengajukan pertanyaan sama kepada kita (anda dan saya) masing-masing seperti yang ditanyakan-Nya kepada si orang buta dekat Yerikho: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Luk 18:41). Orang buta itu  menjawab: “Tuhan, supaya aku dapat melihat” (Luk 18:41). Ini adalah sebuah “doa seorang miskin” yang lugu dan lugas, keluar dari hati yang tulus-penuh harap, seperti doa si penjahat yang bertobat di kayu salib (lihat Luk 23:42). Tanggapan Yesus sangat positif dan mukjizat pun terjadi. Lain halnya dengan dua murid kakak-beradik yang sudah lama mengikuti Yesus. Yakobus dan Yohanes meminta kursi kehormatan dan kewenangan dalam kerajaan Yesus (satu mau jadi Menko Hankam, yang satu lagi mau jadi Menko Ekuin). Sebuah permintaan yang terasa agak “tidak tahu diri”, sehingga Yesus pun menjawab: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta”(Mrk 10:38). Para murid Yesus yang lainpun menjadi marah, namun bukan berdasarkan alasan yang benar juga. Jelas kelihatan bahwa mereka cemburu karena merasa dilewati. Akan tetapi, di sini kita lihat Yesus dengan lemah lembut minta kepada kedua murid kakak beradik ini, apakah mereka siap untuk mengikuti Dia pada jalan satu-satunya menuju kerajaan-Nya, yaitu JALAN SALIB.
Karena dibaptis ke dalam kematian Yesus, semua orang Kristiani akan memerintah dengan Dia. Akan tetapi bagaimana kita mempraktekkan dalam hidup sehari-hari realitas persatuan kita dengan-Nya itu? Yesus mengatakan kepada kita, bahwa kita tak akan menemukan model-model yang baik dalam masyarakat sekular, di mana para pemimpin bertindak sewenang-wenang atas orang-orang yang mereka harus pimpin. Untuk ini kita harus melihat Yesus, yang datang sebagai “hamba bagi semua orang”, dan juga harus melihat mereka yang sungguh-sungguh  mengikuti jejak-Nya.
Salah seorang dari mereka adalah Ibu Teresa dari Kalkuta yang pada tahun 2003 dibeatifikasikan di Roma. Untuk kurun  waktu lebih dari 50 tahun, Ibu Teresa mendedikasikan dirinya untuk pelayanan kepada orang-orang sangat miskin (the poorest of the poor) di seluruh dunia. Bersama dengan para saudari dan saudaranya yang bergabung dengan dia dalam kongregasi religiusnya, Ibu Teresa tidak sekadar menolong orang miskin, melainkan hidup di tengah-tengah mereka, merangkul suatu hidup kemiskinan dalam mengikuti jejak Yesus, yang menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (2Kor 8:9). Selagi Ibu Teresa menjalani gaya hidup miskin itu, dia menemukan kebenaran yang sama mengenai hal-hal yang Yesus coba ajarkan kepada Yakobus dan Yohanes mengenai prestise dan rasa hormat dunia. “Semakin banyak engkau memiliki, semakin banyak pula engkau disibukkan dengan milikmu itu. Semakin banyak engkau dibuat sibuk dengan milikmu itu, semakin sedikit pula engkau memberi. Akan tetapi semakin sedikit engkau memiliki, engkau pun semakin bebas. Kemiskinan bagi kami adalah sebuah kerajaan”, demikianlah menurut Ibu Teresa.
Karena Dia ingin dirinya dipenuhi hanya dengan Kristus, Ibu Teresa mampu memberi kasih dengan penuh kemurahan hati. Seringkali karya karitatif Ibu Teresa dan para saudari dan saudaranya ini sangat melelahkan dan tanpa menerima ucapan terima kasih dari pihak mana pun, suatu unthankful job. Namun karya termaksud juga menjadi sumber kegembiraan, harapan dan pandangan sekilas tentang kemuliaan Allah. Marilah kita juga berjalan seturut teladan Ibu Teresa ini. Marilah kita memandang Yesus dengan penuh kasih dan mohon Dia menolong kita agar dapat melayani sesama, seperti Dia telah lakukan dan juga seperti telah ditunjukkan oleh Ibu Teresa dari Kalkuta.
DOA: Roh Kudus Allah, Engkau menjunjung tinggi Yesus sepanjang hidup-Nya di muka bumi.  Berikanlah kepadaku mata iman agar dapat memandang Dikau. Berikanlah kepadaku hati yang penuh bela-rasa, untuk dapat mensyeringkan Yesus Kristus dengan orang-orang lain. Buatlah aku menjadi saksi hidup atas Kasih yang dapat mentransformasikan dunia. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 18:35-43), bacalah tulisan yang berjudul “ALLAH INGIN MEMBERIKAN KEPADA KITA HATI YANG BERBELA RASA” (bacaan tanggal 16-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak,  12 November 2015 [Peringatan S. Yosafat, Uskup Martir] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Sabtu, November 07, 2015

FONDASI DARI GEREJA ADALAH YESUS KRISTUS

(Bacaan Kedua Misa Kudus, Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran – Senin, 9 November 2015)

Basilica of St. John Lateran
Basilica of St. John Lateran
Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.  
Sesuai dengan anugerah Allah, yang diberikan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang terampil telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun diatasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
Tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian. (1Kor 3:9b-11,16-17) 
Bacaan Pertama: Yeh 47:1-2,8-9,12; Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9; Bacaan Injil: Yoh 2:13-22
“Kami adalah kawan sekerja untuk Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”  (1Kor 3:9).
Dengan kata-kata ini Santo Paulus menasihati jemaat di Korintus supaya memahami bahwa mereka adalah bangunan Allah. Pokok ini harus mengingatkan kita bahwa manakala kita menggunakan kata “Gereja”, maka hal ini berarti melebihi daripada sekadar sebuah struktur bangunan di mana umat Allah berkumpul untuk beribadat dan menyembah-Nya. Kita dapat menamakan bangunan sedemikian sebagai gereja, namun Paulus menginstruksikan umat di Korintus (dan kita sekarang juga) bahwa umat Allah adalah Gereja. Pemahaman seperti ini cocok untuk hari ini ketika kita merayakan dedikasi Gereja Basilik S. Yohanes Lateran, gereja katedral dari Uskup Roma.
Pesta ini dimaksudkan untuk merayakan dedikasi/pemberkatan Gereja kepala dan induk dari segala gereja dalam persekutuan dengan Roma. Dalam menghormati dedikasi dari gereja katedral S. Yohanes Lateran, pusat perhatian kita adalah pentingnya peranan Sri Paus – pengganti S. Petrus – sebagai guru dan pelayan/hamba dari segala pelayan/hamba Allah. Sesungguhnya kita tidak merayakan sebuah bangunan gereja, melainkan sebuah bangunan gereja sebagai sebuah tanda Gereja di mana Sri Paus adalah guru tertinggi. Ini adalah sebuah tanda dari Yerusalem surgawi yang kita idam-idamkan.
Dalam Gereja ini dibangunlah sebuah bait Allah demi kemuliaan Bapa surgawi melalui karya Roh Kudus. Kita menerima berbagai karunia/anugerah Roh yang dicurahkan kepada kita guna membangun Gereja sehingga Gereja itu akan mencerminkan secara lebih penuh kemuliaan dan kebenaran dari Yerusalem surgawi. Kita melakukan hal ini dengan tetap mengingat bahwa “fondasi dari Gereja adalah Yesus Kristus” (1Kor 3:11).
Pada hari ini sangat baik bagi kita untuk berdoa supaya Allah memperhatikan Bapa Suci dan menguatkan dirinya, sebagai guru tertinggi Gereja di atas bumi, mengajar kita dalam menuju Yerusalem surgawi. Sejalan dengan “doa pembukaan” dalam Misa Kudus hari ini, marilah kita juga berdoa agar kita sebagai umat Allah yang selalu setia akan rahmat Allah berkembang dalam pembangunan Yerusalem baru.
DOA: Bapa surgawi, Engkau memanggil umat-Mu untuk menjadi Gereja-Mu. Tolonglah kami untuk syering visi-Mu bagi Gereja sehingga dengan demikian kami dapat melihat kota suci, Yerusalem Baru, yang turun dari Allah di surga. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Kedua hari ini (1Kor 3:9-13,16-17), bacalah tulisan yang berjudul “DIBANGUN ATAS DASAR FONDASI YANG LUAR BIASA” (bacaan tanggal 9-11-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-11  PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2015. 
Cilandak, 5 November 2015 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS