Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Jumaat, Januari 22, 2016

DEMI KERAJAAN ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa II – Sabtu, 23 Januari 2016)
HARI KEENAM PEKAN DOA SEDUNIA
YESUS DI GEREJA ORTODOX SIRIA
Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Orang banyak datang lagi berkerumun, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak  waras lagi.  (Mrk 3:20-21)

Bacaan Pertama: 2 Sam 1:1-4,11-12,19,23-27; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3.5-7
Kelihatannya memang sulit bagi keluarga Yesus untuk memahami perilaku-Nya. Hampir setiap saat dalam hidup pelayanan-Nya di tengah publik, Yesus dibuntuti serta dikelilingi oleh orang banyak, terlibat dalam konflik dengan para pemuka agama Yahudi, bekerja keras melayani orang-orang, dan kemudian berdoa semalam-malaman. Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita satu contoh lagi mengenai betapa beratnya Yesus bekerja. Selagi Dia kembali dari gunung dengan para rasul yang baru diangkat-Nya, Yesus masuk ke sebuah rumah dan mulai dikerumuni orang banyak. Digerakkan oleh bela-rasa, Yesus melayani orang banyak itu, hal mana membuat Yesus dan para murid-Nya tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk makan.
Keluarga Yesus dan teman-temannya yang selama ini mengamati gerak-gerik dan pola kehidupan-Nya pada umumnya, menjadi prihatin bahwa Yesus mulai tidak sehat dalam berpikir, bahkan sudah tidak waras pikiran-Nya. Sementara mereka merasa khawatir dan takut bahwa Yesus hidup secara tidak normal/sehat/seimbang, Yesus sendiri sedang memikirkan dan berurusan dengan Kerajaan Allah. Yesus dipenuhi dengan suatu hasrat untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, dengan penuh belarasa memperhatikan setiap orang yang datang kepada-Nya dengan berbagai kebutuhan, orang-orang buta, orang-orang lumpuh, orang-orang yang kerasukan roh jahat dlsb. Demi Kerajaan Allah, Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan baik itu dengan kesadaran penuh bahwa dengan demikian ada risiko keluarga-Nya tidak memahami apa sebenarnya yang dilakukan-Nya.
Cerita seperti ini mengungkapkan betapa dalam Allah mengasihi kita. Yesus dengan sabar dan tekun melayani orang banyak – bahkan dengan “mengorbankan” begitu banyak kebutuhan-Nya sendiri, seperti makan-minum, istirahat dlsb. Demikian pula Yesus tidak akan mengabaikan kita jika kita datang kepada-Nya dengan berbagai kebutuhan kita. Yesus mengambil rupa manusia seperti kita sehingga dengan demikian Ia dapat menyembuhkan kita. Yesus tidak pernah menolak kita, malah Ia merangkul segala kelemahan kita. Keluarga Yesus yang sesungguhnya adalah mereka yang datang kepada-Nya dengan iman, yang percaya bahwa Ia telah datang ke tengah umat manusia untuk menyelamatkan kita dari dosa dan kegelapan, karena Bapa surgawi sangat mengasihi kita-manusia.
Kita hampir sampai pada penghujung PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI. Memang harapan akan terwujudnya persatuan itu terasa tipis bagi kita pada hari ini, namun kita akan menemukan jawaban-jawabannya apabila kita memandang dalam-dalam hati Yesus Kristus Yang Mahakudus dan memperkenankan-Nya untuk membebaskan kita – yang menamakan diri umat Kristiani – dari sikap-sikap dan pendapat-pendapat yang membuat kita tetap terpisah satu sama lain. Hanya apabila kita datang menghadap Yesus seperti orang banyak dalam bacaan Injil hari ini, maka kita dapat bertumbuh dalam pemahaman kita mengenai niat-niat-Nya dan kita pun dapat dipimpin-Nya ke dalam persatuan yang lebih mendalam.
DOA: Bapa surgawi, ajarlah kami untuk mendekat kepada Yesus, yang telah menjadi satu dengan kami. Tolonglah kami untuk berjalan dengan semangat bela-rasa, penuh kesabaran, dan persatuan dengan saudari-saudara Kristiani lainnya sampai kepada hari di mana kami dapat melihat Engkau, muka ketemu muka. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 3:20-21), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH SEORANG TANDA LAWAN” (bacaan untuk tanggal 23-1-16), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 21 Januari 2016 [Peringatan S. Agnes, Perawan-Martir] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

Khamis, Januari 21, 2016

MENJADI MURID DAN RASUL

(Bacaan Injil Misa, Hari Biasa Pekan Biasa II – Jumat, 22 Januari 2016)
HARI KELIMA PEKAN DOA SEDUNIA
YESUS DAN KEDUABELAS MURID-NYA
Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang, yang juga disebut-Nya rasul-rasul, untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia. (Mrk 3:13-19)

Bacaan Pertama: 1 Sam 24:3-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 57:2-4,6,11
Yesus telah sampai pada momen yang sangat penting dalam hidup-Nya dan karya-Nya. Dia telah muncul di tengah masyarakat dengan pesan-Nya: pewartaan tentang Kerajaan Surga dan seruan pertobatan. Ia telah memilih metode-Nya; Dia telah berjalan ke berbagai tempat di Galilea memberi pengajaran dan juga menyembuhkan orang-orang sakit dlsb. Sampai saat itu Yesus telah membuat dampak yang tidak sedikit atas pikiran dan hati orang banyak. Sekarang Yesus menghadapi dua masalah yang sangat bersifat praktis.
Pertama-tama, Dia harus menemukan cara bagaimana pesan-Nya menjadi permanen sekiranya ada “suatu hal” yang terjadi dengan diri-Nya, dan bahwa “suatu hal” itu akan terjadi, Yesus tidak meragukannya sama sekali. Kedua, Yesus harus mencari cara/jalan untuk menyebarkan pesan-Nya. Pada masa di mana belum ada surat kabar, majalah, buku, televisi, – apalagi segala macam media sosial lewat internet – memang tidak ada cara/jalan lain untuk mencapai banyak orang sekaligus, jadi sungguh merupakan upaya yang tidak mudah. Hanya ada satu cara untuk memecahkan dua masalah ini; Yesus harus memilih orang-orang tertentu yang kepada hati dan hidup mereka, Dia dapat menulis pesan-Nya dan mereka akan pergi ke luar untuk membawa pesan-Nya itu ke tempat-tempat lain. Di sini kita lihat bahwa Yesus melakukan seperti yang dicatat tadi.
Penting untuk kita sadari bahwa Kekristenan (Kristianitas) mulai dengan sebuah kelompok. Iman Kristiani adalah sesuatu di mana dari sejak awal harus ditemukan dan dihayati dalam sebuah persekutuan. Hakekat gaya hidup orang-orang Farisi adalah memisahkan orang dari sesamanya. Nama Farisi berarti seorang yang dipisahan/terpisah, sedang hakekat hidup Kristiani adalah mengikat orang-orang  dengan sesama mereka dengan tugas untuk hidup dengan orang lain dan untuk orang lain secara timbal balik.
Lagipula, Kekristenan (Kristianitas) dimulai dengan sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang beraneka ragam dalam hal latar belakang kehidupan. Matius adalah seorang pemungut cukai, jadi dia adalah seorang “sampah masyarakat”; seorang pengkhianat bangsa. Simon Zeloti adalah seorang anggota kaum Zelot, yaitu para nasionalis-militan Yahudi yang siap membunuh musuh-musuh mereka, demi membersihkan negeri mereka dari penindasan bangsa asing. Seorang pengkhianat bangsa yang sudah kehilangan patriotismenya dan seorang patriot fanatik berada bersama dalam sebuah kelompok berdasarkan panggilan Yesus sendiri. Jadi, tidak meragukan lagi bahwa dalam kelompok itu juga masih sering ada perbedaan dalam pandangan (cara memandang masalah yang dihadapi). Kekristenan (Kristianitas) dimulai dengan menekankan bahwa orang-orang yang berbeda-beda harus hidup bersama dalam sebuah kelompok, karena mereka semua hidup bersama Yesus sebagai Kepala.
Jika kita menilai mereka dengan menggunakan standar-standar dunia, maka orang-orang yang dipilih oleh Yesus tidaklah memiliki kualifikasi istimewa sedikit pun. Mereka bukan orang-orang kaya; mereka tidak mempunyai posisi sosial yang istimewa; mereka bukanlah orang-orang yang berpendidikan istimewa; mereka bukanlah teolog-teolog lulusan madrasah atau pesantren terkenal pada zaman itu; mereka bukan apa-apa karena mereka hanyalah 12 orang biasa-biasa. Namun demikian, mereka memiliki dua kualifikasi istimewa. Pertama, secara pribadi mereka telah merasakan daya tarik magnetis dari Yesus. Ada sesuatu tentang Yesus yang membuat mereka ingin menjadikan-Nya Guru mereka, Pemimpin mereka. Kedua, mereka memiliki keberanian untuk berada di samping-Nya.
Namun demikian, janganlah kita salah. Janganlah kita mengira bahwa berdiri di samping Yesus di hadapan banyak lawan bukan merupakan tindakan yang tidak membutuhkan keberanian. Inilah Yesus yang dengan tenang “melanggar” berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam masyarakat; inilah Yesus yang berjalan ke arah di mana tidak dapat dicegah akan terjadi “tabrakan” dengan para pemuka agama Yahudi; inilah Yesus yang sudah dicap sebagai seorang pendosa dan penganut aliran b’idah; namun mereka (murid-murid) memilik keberanian untuk melekatkan diri mereka dengan Yesus. Tidak ada kelompok orang-orang yang pernah berani memutuskan untuk keluar dari comfort zone (zona nyaman) mereka dan kemudian mengikuti seseorang – seperti Yesus – seorang yang “tidak jelas”, yang tidak memberikan pengharapan yang berisi kepastian, seperti orang-orang Galilea ini. Dan, tidak pernah ada kelompok yang bertindak sedemikian dengan mata terbuka. Kedua belas murid Yesus ini memang mempunyai berbagai macam kelemahan, mereka juga melakukan berbagai macam kesalahan, namun mereka sungguh mengasihi Yesus dan mereka tidak takut untuk memberitakan kepada dunia bahwa mereka mengasihi Yesus – dan itulah arti dari keberadaan kita sebagai orang Kristiani.
Yesus memanggil mereka untuk dua tujuan. Pertama-tama, Ia memanggil mereka untuk berada bersama-Nya, menjadi teman-teman seperjalanan-Nya, murid-murid-Nya (Inggris: disciples; Yunani: mathètès; Latin: discipulus). Orang lain dapat datang dan pergi; orang banyak dapat berkumpul pada suatu hari, namun dapat pergi pada hari berikutnya; keterikatan orang banyak kepada-Nya dapat turun-naik, namun dua belas orang yang dipanggil-Nya mengidentifikasikan hidup mereka dengan Yesus dan hidup bersama Dia sambil mewartakan Kabar Baik ke sana ke mari. Kedua, Yesus memangggil mereka untuk mengutus mereka sebagai rasul-rasul-Nya (Inggris: apostles; Yunani: apostolos). Yesus menginginkan agar mereka menjadi wakil-wakil-Nya, duta-duta-Nya; untuk memberitakan kepada orang-orang lain tentang diri-Nya. Mereka dimenangkan oleh Yesus agar supaya memenangkan orang-orang lain.
Untuk melakukan tugas mereka, Yesus memperlengkapi mereka dengan dua hal. Pertama, Yesus memberikan “sebuah pesan” kepada mereka. Mereka harus  bekerja sebagai para bentara-Nya. Seorang bijak mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dapat menjadi guru kalau dia tidak mempunyai sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri, atau ajaran dari seorang lain yang dengan hati yang penuh gairah ingin disebarkannya kepada orang-orang lain. Orang-orang akan selalu mendengarkan seseorang yang mempunyai sebuah pesan. Jadi, Yesus memberikan kepada para murid-Nya sesuatu untuk mereka katakan. Kedua, Yesus memberikan suatu kuat-kuasa kepada mereka, karena mereka juga akan melakukan banyak mukjizat dan tanda heran lainnya, a.l. menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir roh-roh jahat yang merasuki orang-orang.
DOA: Bapa surgawi, kami datang menghadap Engkau pada hari ini sebagai anak-anak yang butuh dipenuhi dengan hidup-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, ajarlah kami agar mau dan mampu untuk bekerja bersama-sama membawa terang-Mu ketengah dunia. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 3:13-19), bacalah tulisan yang berjudul “SEDIKIT CATATAN MENGENAI KEMURIDAN” (bacaan tanggal 22-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 20 Januari 2016 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

Jumaat, Januari 15, 2016

IKUTLAH AKU!

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Sabtu, 16 Januari 2016)
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Berardus, Imam dkk. – Martir-martir Pertama Ordo Santo Fransiskus 
KEMURIDAN - YESUS MEMANGGIL MATIUS
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di tempat pemungutan cukai lalu Ia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!”  Lewi pun bangkit lalu mengikuti Dia.  Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya, “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”  Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”  (Mrk 2:13-17)

Bacaan Pertama: 1 Sam 9:1-4,17-19;10:1a; Mazmur Tanggapan: Mzm 21:2-7
Bayangkan Yesus sedang duduk di pantai Laut Galilea. Banyak sekali orang berkumpul di sekeliling-Nya, dan Ia mulai mengajar mereka. Ia mengajar mereka betapa dalam kasih Bapa surgawi kepada mereka. Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Dia telah datang ke tengah dunia mencari “domba” yang hilang. Ia lemah lembut kepada mereka yang hadir. Selagi Yesus mencoba untuk melanjutkan perjalanan-Nya orang banyak datang kepada-Nya – orang miskin dan berdosa – mengikuti-Nya terus. Ada “sesuatu” dalam diri Yesus yang sangat memikat banyak orang.
Selagi Yesus lewat, Lewi juga tertarik kepada pribadi sang rabi dari Nazaret dan ia pun mengundang-Nya untuk makan di rumahnya. Yesus tidak peduli bahwa rumah Lewi penuh dengan segala macam orang yang tidak disukai dalam masyarkat. Yesus hanya ingin menemui mereka yang sakit, juga mereka yang “hilang” dan Ia mau menunjukkan kepada mereka jalan kembali kepada Bapa surgawi.
Sekarang bayangkanlah reaksi dari orang-orang Farisi yang memandang diri mereka sendiri sebagai kudus, benar, dan murni, namun mereka memandang rendah dan hina siapa saja yang tidak hidup seturut standar kekudusan yang mereka telah tetapkan sendiri. Mereka melawan ajaran-ajaran dan tindakan-tindakan Yesus dan tidak dapat memahami mengapa Yesus “mau-maunya” ikut ambil bagian dalam sesuatu yang bersifat intim seperti perjamuan makan bersama dengan orang-orang buangan seperti Lewi dan kawan-kawannya. Hal ini ditanyakan kepada para murid Yesus yang hadir.
Yesus mengetahui pikiran orang-orang Farisi tersebut. Kita dapat membayangkan, sambil menaruh dengan lemah lembut tangan kanan dan kiri-Nya di atas bahu Lewi dan seorang kawannya, Yesus berkata kepada orang-orang Farisi tersebut: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mrk 2:17). Bayangkan orang-orang di sekitar Yesus tersenyum. Beberapa orang dari mereka malah membuat keputusan untuk menjadi pengikut sang Rabi yang rendah hati dan kudus itu.
Yesus ini, yang makan dan minum dengan orang-orang berdosa dan sampah masyarakat, sekarang duduk di sebelah kanan Bapa-Nya di surga. Dalam hal ini, di mana letak kabar baiknya bagi kita? Kabar baiknya adalah bahwa Yesus masih tetap mengasihi para pendosa sebagaimana Dia mengasihi orang-orang berdosa pada waktu Dia masih hidup di atas bumi sekitar 2000 tahun lalu. Yesus sungguh memiliki kerinduan mendalam untuk dapat berdiam di dalam hati semua orang yang merasa tertindas, tersesat, dan patah-berantakan – siapa saja yang merasa tidak pantas. Hanya orang-orang yang percaya bahwa mereka adalah orang-orang kudus dan cukup sehat secara rohani sajalah yang kelihatannya tidak dapat didekati oleh Yesus. Jadi, janganlah kita (anda dan saya) membuat kesalahan yang sama seperti kesalahan yang dibuat oleh orang-orang Farisi. Kita harus merendahkan diri kita dan mengundang Yesus untuk masuk ke dalam hati kita masing-masing.
DOA: Tuhan Yesus, aku sungguh takjub melihat kasih-Mu kepada semua orang. Walaupun Engkau hidup meraja di surga, Engkau tetap merasa berbahagia untuk datang dan hidup dalam hati siapa saja yang mengundang-Mu. Sebab itu, dengan rendah hati aku mengundang-Mu untuk datang dan hidup di dalam hatiku, ya Yesus. Bersihkanlah aku dari semua dosa dan penuhilah diriku dengan kasih-Mu. Amin. 
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 2:13-17), bacalah tulisan yang berjudul “SEORANG PEMUNGUT CUKAI MENJADI MURID YESUS” (bacaan  tanggal 16-1-16), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2015. 
Cilandak, 14 Januari 2016 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, Januari 14, 2016

ANGKATLAH SEORANG RAJA BAGI MEREKA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Jumat, 15 Januari 2016 
SAMUEL-009
Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: “Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.” Waktu mereka berkata: “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,” perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN (YHWH). YHWH berfirman kepada Samuel; “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.
Dan Samuel menyampaikan segala firman YHWH kepada bangs itu, yang meminta seorang raja kepadanya, katanya: “Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya: pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya; ia akan menjadikan mereka kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh, mereka akan membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mereka. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan. Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawi istananya dan kepada pegawai-pegawainya yang lain. Budak-budakmu laki-laki dan budak-budakmu perempuan, ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya. Dari kambing dombamu akan diambilnhya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi budaknya. Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi YHWH tidak akan menjawab kamu pada waktu itu.”
Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: “Tidak, harus ada raja atas kami; maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.” Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan menyampaikannya kepada YHWH. YHWH berfirman kepada Samuel: “Dengarlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.” (1 Sam 8:4-7,10-22a) 
Mazmur Tanggapan: Mzm 89:16-19; Bacaan Injil: Mrk 2:1-12
Tak henti-hentinya berbagai buku diterbitkan dan undangan-undangan seminar ditawarkan lewat berbagai macam sarana, seperti talk-show dlsb. dengan biaya yang tidak kecil (biasanya dinamakan “investasi”), semua untuk membuat orang “mengetahui” bagaimana caranya menjadi “sukses-karya raya”. Sungguh menggiurkan memang! Banyak dari para pembicara atau yang dikenal sebagai “motivator” memberi kesan bahwa untuk mencapai sukses yang dimaksudkan di atas tidaklah sulit, asal saja kiat-kiat yang mereka ajarkan itu diikuti. Jarang sekali mereka memberi kesan yang realistis tentang betapa sulitnya berbagai perjuangan, pergumulan dan pengorbanan yang biasanya harus dihadapi untuk meraih sukses-kekayaan.
Ketiadaan realisme serupa mencirikan umat Israel pada zaman Samuel berkarya sebagai seorang nabi YHWH. Selagi mereka melihat negara-negara tetangga di sekeliling dan melihat harta-kekayaan mereka, maka orang-orang Israel pun mulai merasa haus dan lapar untuk mendapatkan harta-kekayaan bagi diri mereka sendiri juga. Menurut pikiran mereka, jalan menuju kesuksesan adalah mempunyai seorang raja, seperti halnya dengan negara-negara tetangga mereka. Mempunyai seorang raja – menurut orang-orang Israel itu – akan membuat hidup mereka menjadi lebih mudah.
Samuel cukup cepat dalam membawakan permintaan umat Israel tersebut kepada Allah dan sang nabi melihat jantung permasalahannya. Orang-orang Israel tidak puas dalam mengikuti YHWH. Walaupun Ia mengasihi umat-Nya – Israel – dan ingin sekali mengajar dan melindungi mereka, hati mereka sudah melekat pada kenyataan betapa menggiurkannya hidup dunia kafir. Peringatan YHWH-Allah lewat nabi Samuel sebenarnya jelas dan bersifat langsung dan tidak berliku-liku: Apabila mereka mempunyai seorang raja sebagai pemimpin negara, maka kekayaan mereka akan digunakan untuk tujuan/kepentingan sang raja, dengan demikian anak-anak mereka akan menjadi budak-budaknya.
Kita dapat menjadi kaget, bahwa setelah prediksi di atas umat Israel tetap menginginkan seorang raja. Akan tetapi, baiklah sekarang kita melihat hati kita sendiri. Bukankah kita tak henti-hentinya disuguhkan dengan iklan, acara TV dlsb. yang mengarahkan kita pada kenikmatan dunia sekular, seperti juga yang dialami oleh umat Israel? Bukankah kita sekali-kali terpikat juga pada janji-janji palsu duniawi terkait jalan menuju kebahagiaan? Pengalaman-pengalaman di masa lalu seyogianya memberi pelajaran kepada kita, bahwa pada saat kita gagal berakar-dalam pada Yesus dan ajaran-ajaran-Nya, maka kita menjadi terjerat dalam perbudakan dosa.
Saudari dan Saudaraku, Allah mempunyai segalanya untuk ditawarkan kepada kita, seperti juga kepada umat Israel pada zaman nabi Samuel. Sebagai anak-anak Allah, kita adalah pewaris-pewaris dari kepenuhan hidup dalam Kristus! Bapa surgawi dapat memuaskan setiap rasa haus dan lapar yang ada dalam hati kita dengan kasih-Nya, kehadiran-Nya, dan kebenaran-Nya. Oleh karena itu, marilah kita membawa segala kebutuhan kita kepada Yesus, satu-satunya Raja yang kita pernah butuhkan. Yesus ini ingin menunjukkan kepada kita arah yang paling baik bagi hidup kita dan menyatakan kepada kita hati-Nya yang penuh belas-kasih kepada kita. Dalam Yesus – Tuhan dan Juruselamat kita – kita akan menemukan apa saja yang dihasrati oleh hati kita masing-masing.
DOA: Yesus, Engkau adalah Raja yang sejati. Aku mengakui bahwa Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat atas hidupku. Aku tidak ingin tertipu dan mengikuti tawaran-tawaran dunia berkenaan dengan kebahagiaan. Sebagai murid-Mu, aku hanya ingin mengikuti jejak langkah-Mu, ya Yesus. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 2:1-12), bacalah tulisan yang berjudul “PENGARUH DOSA ATAS KEHIDUPAN KOMUNITAS” (bacaan tanggal 15-1-16), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 14 Januari 2016 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, Januari 13, 2016

TETAPI ORANG ITU PERGI MEMBERITAKAN PERISTIWA ITU SERTA MENYEBARKANNYA KE MANA-MANA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Kamis, 14 Januari 2016)
Keluarga Fransiskan: Peringatan B. Odorikus dr Pordenone, Imam Kapusin
pppas0118 JESUS HEALS THE LEPER
Seseorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku.”  Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.”  Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia sembuh. Segera Ia menyuruh orang ini pergi dengan peringatan keras, “Ingat, jangan katakan sesuatu kepada siapa pun juga, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk upacara penyucianmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.”  Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu serta menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang terpencil; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru. (Mrk 1:40-45) 

Bacaan Pertama: 1 Sam 4:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 44:10-11,14-15,24-25
Memang menarik untuk berspekulasi tentang apa yang ada dalam pikiran orang kusta itu ketika Yesus menyembuhkan dirinya dan memperingatkan dengan keras kepadanya untuk tidak mengatakan kepada siapa pun tentang penyembuhan tersebut (Mrk 1:44). Apakah dia begitu dipenuhi dengan antusiasme sehingga dirinya terdorong dan penuh semangat untuk menceritakan semua yang dialaminya kepada orang-orang yang dijumpainya? Atau, apakah dia berpikir bahwa dengan “memberikan kredit” kepada Yesus atas penyembuhan yang dialaminya, dia sebenarnya membantu Yesus? Apa pun alasannya, Markus menggunakan cerita ini untuk memperkenalkan dua tema yang akan terus kita lihat ada dalam Injil-nya: (1) rahasia mesianis dan (2) ketegangan yang sebentar lagi akan terus membayangi Yesus.
Sepanjang Injil-nya, Markus menggambarkan Yesus yang enggan untuk menerima gelar “Mesias” (Mrk 1:34; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26; 9:9). Markus menekankan atau menggaris-bawahi keengganan Yesus ini sehingga dengan demikian ia dapat menunjukkan bahwa berbagai mukjizat dan tanda heran tidaklah cukup untuk menyatakan Yesus sebagai sang Mesias. Berbagai mukjizat dan tanda heran menunjuk pada suatu pernyataan yang lebih penuh, yaitu bahwa Sang Terurapi akan membebaskan umat manusia dari dosa lewat kematian-Nya di kayu salib. Jadi, siapa saja yang akan menjadi seorang murid dari Mesias haruslah memikul salib dan mengikuti Dia (Luk 9:23; bdk. Mat 10:38; Luk 14:27).
Dengan mengabaikan perintah Yesus untuk tidak diam (tidak banyak omong), maka orang kusta yang disembuhkan itu dengan tak sengaja memicu ketegangan yang membawa dampak pada pelayanan Yesus selanjutnya.  Sampai hari itu, setiap hal telah berjalan dengan sangat baik – boleh dikatakan sangat fantastis. Akan tetapi, tiba-tiba masalahnya menjadi rumit: “Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota” (Mrk 1:45). Perubahan suasana ini mengisyaratkan adanya konfrontasi yang akan dialami oleh Yesus dengan banyak pemuka/pemimpin agama Yahudi, suatu konfrontasi yang akhirnya menggiring-Nya kepada kematian di kayu salib (Mrk 2:6-7; 3:6).
Yesus menyadari bahwa karya pelayanan-Nya akan menyebabkan konflik. Seperti orang kusta yang telah disembuhkan namun tidak kooperatif – mengabaikan perintah Yesus atau berpikir bahwa tindakannya akan memperbaiki rencana Allah, kodrat manusia kita yang cenderung berdosa akan – mau tidak mau – akan berkonflik dengan Kerajaan Allah. Walaupun begitu, hal ini tidak pernah membuat Yesus mundur dari karya-Nya melakukan kebaikan: menyembuhkan orang sakit, memberi pengajaran dan mengambil orang-orang untuk datang kepada-Nya dan mengikuti-Nya. Yesus menerima “biaya” konflik, dimusuhi oleh para petinggi agama, bahkan mengalami kematian yang mengenaskan …… demi membebas-merdekakan kita.
Saudari-Saudara, marilah kita mengikuti jejak sang Mesias yang telah memilih “jalan perendahan”, taat kepada Bapa-Nya dalam kerendahan hati (lihat Flp 2:6-8). Sekarang, janganlah kita pilih-pilih. Marilah kita memberikan kepada Yesus seluruh hati kita. Dengan demikian, kita pun akan mengalami betapa berbahagianya kita mengalami relasi yang lebih mendalam dengan Dia.
DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Melakukan kehendak-Mu adalah kesenanganku, ya Tuhan. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah membebas-merdekakan diriku untuk menjadi murid-Mu yang setia. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1 Sam 4:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “TAAT KEPADA ALLAH DAN SETIA KEPADA KEHENDAK-NYA” (bacaan tanggal 14-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 12 Januari 2016 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, Januari 08, 2016

JIKA KITA MERENDAHKAN DIRI KITA, MAKA ALLAH AKAN MENINGGIKAN KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Sabtu, 9 Januari 2016) 
KEMURIDAN - YESUS MEMANGGIL PARA MURIDNYA
Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia tinggal di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi, Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air. Orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.

Lalu timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya, “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah bersaksi, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Jawab Yohanes, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga. Kamu sendiri dapat bersaksi bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang punya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. (Yoh 3:22-30) 
Bacaan Pertama: 1 Yoh 5:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6,9 
“… dan sekarang sukacitaku itu penuh” (Yoh 3:29).
Pada waktu para muridnya bertanya kepada Yohanes Pembaptis tentang seorang pengkhotbah lain yang menjadi “pesaing” baginya, Yohanes memberi tanggapan yang tidak seperti biasanya, yaitu bahwa dirinya sangat bergembira melihat pengkhotbah lainnya tersebut menarik banyak orang kepada-Nya. Yohanes mengetahui bahwa Yesus bukanlah sekadar seorang pengkhotbah, melainkan Ia adalah sang Mempelai Laki-laki dari umat-Nya dan pemenuhan dari janji-janji Allah.
Sebagai seorang yang mendengarkan suara sang Mempelai Laki-laki, Yohanes bersukacita melihat bahwa mempelai perempuan – Umat Allah atau Gereja – pada akhirnya datang kepada sang Mempelai Laki-laki. Kerajaan Allah menerobos masuk ke tengah dunia dengan suatu cara yang baru dan menentukan!
Apakah kita sungguh mengetahui bahwa Yesus adalah sang Mempelai Laki-laki bagi kita – kekasih dari jiwa kita dan Pemberi semua hal yang baik? Melalui hidup-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, Yesus telah membuat harta-kekayaan hidup surgawi menjadi tersedia bagi kita sekarang.
YOHANES PEMBAPTIS - 3
Pertanyaannya sekarang: Apakah kita mempunyai kebutuhan akan Yesus? Dalam “Khotbah di Bukit” Yesus telah memberi jaminan kepada kita bahwa apabila kita mencari Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka Dia akan memenuhi segala kebutuhan kita: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33). Apakah kita merasa khawatir atau takut? Yesus berjanji bahwa tidak ada sesuatu pun terjadi tanpa sepengetahuan Bapa surgawi. Sabda Yesus yang berikut ini sangat menghibur: “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil? Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat 10:28-29). Apakah kita sedang sakit atau menderita? Yesus selalu ada bersama kita, menawarkan kepada kita kesembuhan dan kekuatan (lihat Mrk 1:41).

Semua janji ini dan juga banyak lagi kebaikan tersedia bagi kita dalam Kristus. Ini adalah sebuah Kabar Baik yang sungguh menakjubkan. Allah sang Mahapencipta segenap alam semesta, telah merendahkan diri-Nya untuk bergabung dengan umat manusia dalam suatu persatuan intim yang memungkinkan kita masuk ke dalam surga. Akan tetapi, bagaimana kita menerima harta-kekayaan ini dan mengalami kuat-kuasa Kerajaan Allah? Jawabnya: Kita harus mengikuti contoh yang telah diberikan oleh Yohanes: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).
Yohanes Pembaptis tidak mencari nama atau ketenaran yang bukan miliknya. Sebaliknya, dia menunjuk kepada Yesus. Jika kita merendahkan diri kita, maka Allah akan meninggikan kita. Apabila kita memutuskan untuk kehilangan nyawa kita, maka kita akan dipenuhi dengan hidup dari sang Mempelai Laki-laki sendiri. Apakah hidup kita terpuruk dalam kedosaan? Dengan bebas Yesus membebaskan bahkan orang-orang yang mendzolimi-Nya (lihat Luk 23:34). Tentu saja Dia akan mengampuni dan mengasihi orang-orang yang mengikuti jejak-Nya berdasarkan kehendak bebas dan para pendosa yang berbalik kepada-Nya dengan hati yang penuh dengan pertobatan. Selagi kita pergi menghadap Yesus dan membuang dosa-dosa yang selama ini menghalangi kita, maka awan yang selama ini mengaburkan pandangan kita terhadap Yesus akan menghilang.
DOA: Yesus, bagaimana aku dapat mengungkapkah kasihku kepada-Mu? Engkau telah memberikan begitu banyak hal kepadaku, malah jauh lebih banyak daripada yang pantas kuterima. Engkau adalah sang Putera Allah, namun pada saat yang sama Engkau adalah teman seperjalananku yang akrab. Aku mengasihi-Mu dengan sepenuh hatiku, ya Yesus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1 Yoh 5:14-21), bacalah tulisan yang berjudul“KITA BERASAL DARI ALLAH” (bacaan tanggal 9-1-16) dalam  situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 6 Januari 2016 [Peringatan B. Didakus Yosef dr Sadiz, Imam Kapusin] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, Januari 07, 2016

DOA YESUS KEPADA BAPA ADALAH FONDASI DARI SEMUA YANG DILAKUKAN-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Jumat, 8 Januari 2016) 
JESUS HEALING A LEPER
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu, dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk penyucianmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersebar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi, Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang terpencil dan berdoa. (Luk 5:12-16) 

Bacaan Pertama: 1 Yoh 5:5-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 147:12-15,19-20
Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang terpencil dan berdoa (Luk 5:16).
Bilamana Sri Paus mengunjungi suatu negara, banyak sekali orang berkumpul di lokasi kedatangannya, berjam-jam lamanya, bahkan berhari-hari sebelum ia sampai di tempat itu. Beribu-ribu orang memenuhi pinggiran jalan yang akan dilalui dan mereka mencoba mendekati kendaraan Sri Paus untuk dapat melihat sendiri pemimpin Gereja itu, walaupun hanya sekilas lintas saja. Jadi, ketika kita membaca dari Kitab Suci bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada Yesus untuk mendengar Dia berkhotbah dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka (Luk 5:15), kita mempunyai gambaran bagaimana sulitnya bagi Yesus untuk bergerak di tengah kerumunan orang banyak itu, apalagi mendengar dengan jelas dari Bapa-Nya di surga. Jadi, bagaimana Yesus dapat tetap berada dalam keadaan damai, tenteram, dan yakin pada kehendak Allah di tengah banyaknya orang yang berkumpul itu?
Jawabnya adalah doa! Ketika tersebar kabar bahwa Yesus telah menyembuhkan seorang kusta, dan orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya untuk mendengar khotbah-Nya dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka, Yesus malah “mengundurkan diri ke tempat-tempat yang terpencil dan berdoa” (Luk 5:16).
Doa yang bersifat intim, menyegarkan dan menguatkan adalah fondasi dari semua yang dilakukan oleh Yesus. Doa tersebut memampukan Dia untuk mengetahui kapan kiranya Dia harus melayani, dan kapan untuk menarik diri ke tempat sunyi penuh keheningan, kapan untuk menegur dan dan kapan untuk menghibur. Doa memperbaharui kekuatan Yesus, menyegarkan semangat-Nya, dan memenuhi hati-Nya dengan keyakinan. Di atas segalanya, doa memberi keyakinan kepada-Nya secara mendalam dan pribadi tentang kasih tak tergoyahkan dari Bapa surgawi kepada-Nya.
JESUS PRAYING
Suatu kebenaran yang menakjubkan dari hidup seorang Kristiani adalah bahwa doa pribadi yang memberi-hidup seperti dialami Yesus adalah dimungkinkan bagi setiap kita yang menjadi murid-Nya. Lagipula, Allah sangat berhasrat untuk melihat kita datang kepada-Nya dengan berbagai kebutuhan kita. Allah sangat rindu untuk berbicara secara pribadi kepada kita, memberi bimbingan kepada kita, mengajar kita tentang Yesus, atau menggerakkan kita ke dalam cara-cara baru dalam melayani diri-Nya. Dalam saat-saat duka maupun suka, saat yang diliputi rasa takut maupun penuh syukur, rasa bersalah atau ketidakpastian, kita hanya perlu berpaling kepada Bapa surgawi untuk diberi kesempatan beraudiensi dalam suasana penuh kasih dengan Dia.

Saudari dan Saudaraku, doa dimaksudkan untuk sama mudahnya seperti berbicara dengan seorang sahabat. Bilamana kita berbicara kepada Allah, Dia senantiasa siap untuk menanggapi kita. Barangkali kita akan diingatkan kepada sebuah potongan ayat dari Kitab Suci, atau kita dimampukan untuk memandang suatu situasi dalam terang yang baru, atau kita hanya merasakan damai-sejahtera dalam keheningan hati kita. Selagi kita beristirahat dalam Tuhan dalam doa, rahmat-Nya memenuhi diri kita, memberi kekuatan kepada kita untuk mengikuti Dia dalam hidup kita sehari-hari. Apapun situasi yang kita hadapi, kita dapat mengharapkan untuk diisi dan dibuat baru, seperti Yesus sendiri pada saat Ia menarik diri dari keramaian untuk berdoa.
DOA: Roh Kudus, bawalah aku dengan lebih mendalam ke dalam hidup Yesus dan kasih-Nya. Aku ingin mengetahui dan mengenal hati Bapa dan jalan-jalan-Nya dan mengalami hidup-Nya selagi aku berdoa hari ini. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 5:12-16), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS SUNGGUH DAPAT MENGUBAH KITA” (bacaan tanggal 8-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 5 Januari 2015 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Selasa, Januari 05, 2016

SALING MENGASIHI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Rabu, 6 Januari 2016)
OFMCap.: Peringatan B. Didakus Yosef dr Sadiz, Imam
st-john-the-evangelist-1620 (1)
Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau Allah demikian mengasihi kita, maka kita juga harus saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

Demikianlah kita ketahui bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan dia di dalam kita, karena Ia telah mengaruniakan Roh-Nya kepada kita. Dan kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Siapa yang mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan siapa yang tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan siapa yang takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yoh 4:11-18)
Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-2,10-13; Bacaan Injil: Mrk 6:45-52
“Siapa yang tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yoh 4:16).
Dengan menggunakan beberapa patah kata sederhana, Yohanes mengungkap jantung kehidupan dalam Kerajaan Allah: “saling mengasihi”  (1 Yoh 4:12). Kelihatannya cukup straightforward dan langsung. Kita semua mengetahui apa yang dimaksudkan dengan “kasih”. Di sini Kitab Suci menceritakan kepada kita bahwa kita cukup mengambil langkah ke luar dan melakukannya.  Jadi bagaimana sesuatu yang terdengar begitu sederhana namun begitu sulit untuk diwujudkan dalam praktek?
Jawabnya tidak terletak pada ketidakadilan dalam perintah-perintah Allah, juga tidak pada ketidakmauan-Nya untuk mengubah kita menjadi umat yang mengasihi. Jawabnya terletak dalam hati kita sendiri. Pengalaman mengatakan kepada kita bahwa siapa saja yang mencoba untuk mengasihi akan berhadap-hadapan dengan kodrat manusiawinya yang cenderung berdosa.  Pengalaman upaya untuk mengasihi itu membuat kita menjadi merasa rendah – namun perlu – untuk menyadari bahwa kita tidak mempunyai berbagai sumber daya sendiri untuk mengasihi sepenuh dan benar-benar seperti Yesus mengasihi. Kesadaran diri yang sedemikian membuat kita bertekuk lutut dan berseru: “Tuhan, aku tidak dapat mengasihi berdasarkan kekuatanku sendiri. Aku membutuhkan kasih-Mu. Berdayakanlah diriku agar dapat mengasihi tanpa pamrih.”
A WOMAN PRAYING
Sebuah doa seperti itu menandakan awal dari suatu pertobatan yang tahan lama – bahkan sampai akhir hidup kita – selagi diri kita dikosongkan dari cinta-diri dan dipenuhi dengan kasih kepada Yesus. Manakala kita sadar bahwa kita tidak mampu untuk mengasihi atau tidak mampu untuk mengampuni, maka kita dapat merasa terhibur karena kita mengetahui bahwa Allah mengundang kita untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam hati-Nya. Melalui pertobatan yang tulus, kita belajar bagaimana untuk mengosongkan diri kita dan menyambut Roh Kudus ke dalam hati kita. Kemudian, dipenuhi dengan kasih ilahi, kita melihat diri kita diberdayakan untuk menunjukkan kasih di mana kita pernah mundur dengan penuh rasa penolakan, rasa takut, kesombongan, atau keserakahan.

Kita masih berada di bawah rahmat masa Natal, suatu masa di mana Allah mengundang kita untuk merangkul secara lebih penuh terang Kristus yang telah terbit dalam dunia. Waktu atau masa apa lagi yang lebih baik untuk memohon kepada-Nya agar diri kita diisi dengan kasih ilahi yang lebih mendalam lagi? Waktu atau masa apa lagi yang lebih baik untuk menyingkirkan cinta-diri sehingga dengan demikian Yesus dapat mengisi diri kita lagi dan lagi?
Saudari dan Saudaraku, marilah kita melangkah ke luar dalam iman dan mengkomit diri kita untuk mengasihi orang-orang di sekeliling kita dengan kasih yang mengalir dari Bapa surgawi.
DOA: Yesus, Engkau adalah kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hatiku. Berlimpah-limpahlah dalam diriku sehingga dengan demikian dunia akan melihat kasih dan rahmat yang sangat dibutuhkannya. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 6:45-52), bacalah tulisan yang berjudul “JIKA KITA BERADA BERSAMA YESUS, APA YANG HARUS DITAKUTI?” (bacaan tanggal 6-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 3 Januari 2016 [HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, Januari 04, 2016

ADA BANYAK CARA UNTUK MEMBERI MEREKA MAKAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Selasa, 5 Januari 2016) 
Feeding_the_5000006
Ketika mendarat, Yesus melihat orang banyak berkerumun, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Pada waktu hari mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah mereka pergi ke kampung-kampung dan desa-desa sekitar sini, supaya mereka dapat membeli makanan bagi diri mereka.” Tetapi jawab-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya, “Haruskah kami pergi membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka, “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah mengetahuinya mereka berkata, “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Mereka pun duduk berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Setelah mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya menyajikannya kepada orang-orang itu; begitu juga Ia membagikan kedua ikan itu kepada mereka semua. Lalu mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti sebanyak dua belas bakul penuh dan sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. (Mrk 6:34-44) 
Bacaan Pertama: 1 Yoh 4:7-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2-4,7-8
“Kamu harus memberi mereka makan!” (Mrk 6:37).
Bagi para murid-Nya, kata-kata Yesus, “Kamu harus memberi mereka makan!”, tentunya mengagetkan mereka, karena boleh dikatakan mereka tidak percaya akan kata-kata Yesus itu. Apa yang mereka punya hanyalah beberapa roti dan ikan. Bagaimana mungkin mereka memberi makan kepada orang yang begitu banyak jumlahnya dengan jumlah makanan yang begitu sedikit, dan mengharapkan dapat keluar hidup-hidup dari tengah-tengah kumpulan orang banyak itu?
“Kamu harus memberi mereka makan!”  Sampai hari ini Yesus mengatakan kepada kita semua – para murid-Nya – kata-kata yang sama, untuk melakukan karya dalam rangka memajukan kerajaan-Nya. Dunia di sekeliling kita dipenuhi dengan penderitaan, kelaparan, ketidakadilan, dan hati manusia yang dipenuhi kepahitan, kekecewaan dlsb. Lebih buruk lagi, banyak orang mengalami suatu kemiskinan rohani yang lebih menyakitkan, di mana mereka tidak mengetahui/mengenal pengharapan akan kasih Alah atau janji akan kehidupan kekal.
Menanggapi semua kebutuhan ini, Yesus memanggil kita masing-masing untuk memberikan kepada dunia sesuatu untuk dimakan. Ia memanggil kita untuk mempunyai sesuatu yang dapat menyembuhkan dan menopang semua orang yang mempunyai kebutuhan – apakah dalam pikiran, badan, atau roh. Sebagaimana dialami oleh para murid-Nya dalam bacaan Injil di atas, panggilan Yesus ini dapat menjadi cukup menakutkan bagi kita. Berbagai sumber daya yang kita miliki begitu sedikit, dan kebutuhan di depan mata kita sangatlah besar. Bagaimana mungkin kita dapat memberi makan kepada mereka?
teresa-web
Ada banyak cara untuk “memberi mereka makan”. Pada tingkatan tertentu, kita dapat memberi donasi berupa uang untuk program-program yang digunakan untuk memberi makanan dan pakaian bagi orang-orang miskin. Kita dapat mengunjungi dan menghibur mereka yang sakit, menjadi sukarelawati/wan melayani di rumah singgah atau dapur umum (kalau ada) dlsb. Pada tingkatan lainnya, kita dapat melakukan semua hal ini melalui kuat-kuasa Roh Kudus. Kita dapat mencapai orang-orang dengan doa-doa penyembuhan dan pelepasan. Kita dapat menunjukkan kepada mereka kuat-kuasa Injil guna mengubah hati manusia. Pada dua tingkatan itu, kuncinya adalah sama, baik pada hari ini maupun pada zaman Yesus. Yesus ingin mengambil sedikit yang kita punya dan kemudian melipat-gandakannya bagi orang-orang lain – baik secara fisik (materiil) maupun rohani (spiritual). Jika kita melangkah saja ke luar dalam iman, dan membawa kepada Yesus apa yang miliki, dan menaruh kepercayaan pada-Nya bahwa Dia akan melakukan sesuatu dengan itu, maka kita pun akan menyaksikan betapa dahsyat kuat-kuasa Yesus tersebut.

Kita (anda dan saya) harus senantiasa mengingat Kristus yang ada dalam diri kita masing-masing. Sebagai anggota Gereja yang sudah dibaptis, kita mempunyai Roh Kudus. Mukjizat-mukjizat dan berbagai tanda heran lainnya bukanlah sekadar hal-hal dari masa lampau. Yesus juga ingin membuat mukjizat dan tanda heran lainnya yang tak terhitung jumlahnya pada hari ini, melalui kita para murid-Nya.
DOA: Tuhan Yesus, berikanlah kepadaku rasa percaya yang besar akan kuat-kuasa dan kasih-Mu. Pada hari ini, aku mempersembahkan berbagai talenta dan sumber daya yang kumiliki kepada-Mu, sehingga dengan demikian Engkau dapat melakukan pekerjaan besar  bagi orang-orang lain melalui diriku. Tuhan, aku ingin memberi mereka sesuatu untuk dimakan. Amin. 
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 6:34-44), bacalah tulisan yang berjudul “PERINTAH YESUS AGAR PARA MURID-NYA MELIBATKAN DIRI” (bacaan tanggal 5-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016.
Cilandak, 2 Januari 2015 [Peringatan S. Basilius Agung & Gregorius dr Nazianze, Uskup & Pujangga Gereja] 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, Januari 03, 2016

BERTOBATLAH, SEBAB KERAJAAN SURGA SUDAH DEKAT!

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Senin, 4 Januari 2016)
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Angela dr Foligno, Fransiskan Sekular
YESUS MENYEMBUHKAN BANYAK - 05ORANG
Tetapi waktu Yesus mendengar bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya digenapi firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya, “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang Sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” [1]  Sejak itu Yesus mulai memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” [2]

Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka. Lalu tersebarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita berbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan setan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Orang banyak pun berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan. (Mat 4:12-17,23-25) 
Bacaan Pertama: 1 Yoh 3:22-4:6; Mazmur Tanggapan: Mzm 2:7-8,10-11
Catatan: [1] Yes 8:23-9:1; [2] Lihat Mat 3:2 
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat 4:17).
Pernahkah anda ingin melarikan diri ketika mendengar kata-kata seperti “dosa” atau “bertobat”? Kata-kata sedemikian dapat membuat kita berpikir tentang membuang kebiasaan-kebiasaan buruk, membuat perubahan-perubahan yang terlalu sulit, atau memberikan kepada kita rasa “tak ada harapan” untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalan kita. Namun kita pun seharusnya tahu bahwa Yesus datang membawa Kabar Baik, bukan kabar yang melumpuhkan semangat, pada waktu Dia memulai pelayanan-Nya di tengah masyarakat dengan seruan agar orang-orang meninggalkan dosa dan bertobat (Mat 4:17).
Kerajaan Allah memang sudah dekat, dan Yesus tidak mau kalau kita tidak mengetahui dan menyadari kenyataan tersebut. Yesus mendesak orang-orang untuk melihat hati mereka masing-masing dan mengidentifikasi cara-cara bagaimana mereka telah menyimpang dari jalan Allah atau telah meninggalkan rencana Allah, sehingga dengan demikian mereka dapat berbalik kepada Allah dalam pertobatan dan kemudian menerima pengampunan-Nya dan berkat-berkat lain yang disediakan Allah bagi dirinya.
Pada saat matahari terbit setiap pagi, sinarnya mencerahkan baik keindahan maupun keburukan dunia. Yesus adalah terang dari Allah sendiri. Dia juga mengungkapkan keindahan dan hal-hal yang tidak begitu indah dalam kehidupan kita. Dalam kehadiran-Nya, kita melihat dosa kita apa adanya – artinya penolakan terhadap Allah dan kasih-Nya, penolakan penuh kepentingan diri sendiri untuk mengasihi orang lain. Selagi Yesus membawakan kepada kita wawasan terhadap sifat dosa, Dia pun membawa kepada kita suatu hasrat untuk memperoleh kebebasan, kemurnian, dan hubungan yang diperbaharui dengan Bapa-Nya di surga.
Familiaritas dari dosa-dosa kita dapat menipu kita untuk berpikir bahwa tidak bergunalah bagi kita untuk bertobat, karena kita sungguh tidak dapat diubah. Siapakah yang akan memilih hidup di bawah perbudakan dosa, padahal Yesus telah membuat kebebasan sebagai sebagai suatu kemungkinan yang sangat riil bagi kita? Adalah kebenaran bahwa tanpa Yesus, dosa akan begitu kuat dan sulit untuk dikalahkan. Yesus telah datang dengan segala kuat-kuasa ilahi untuk menghancurkan kekuasaan dosa dalam hidup kita – suatu kuat-kuasa yang telah ditunjukkan-Nya lewat penyembuhan- penyembuhan orang sakit (Mat 4:23-24).
Pertobatan bukanlah peristiwa sekali seumur hidup. Setiap hari Roh Kudus “mengusik” hati nurani kita guna menyadarkan kita dan menarik kita kepada hidup dengan Kristus yang lebih mendalam lagi. Roh Kudus ingin membentuk cara-cara sehari-hari kita berpikir dan memberi tanggapan terhadap orang-orang di sekeliling kita. Roh Kudus mengenal kita lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri, dan Ia dapat membentuk karakter Kristus dalam diri kita masing-masing.
Saudari dan Saudara yang terkasih, marilah sekarang kita memperkenankan Dia (Roh Kudus) untuk membersihkan kita dari dosa-dosa kita, menarik kita ke dalam persekutuan dengan Bapa surgawi, dan memimpin kita ke dalam kasih yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan baik.
DOA: Bapa surgawi, melalui Roh Kudus-Mu nyatakanlah kepadaku di mana aku telah menyimpang dari jalan-Mu, sehingga dengan demikian aku dapat melakukan pertobatan. Aku sungguh ingin untuk hidup dalam keindahan dari kehadiran-Mu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil  hari ini (Mat 4:12-17,23-25), bacalah tulisan yang berjudulPEMBERITAAN TENTANG KERAJAAN SURGA OLEH YESUS” (bacaan tanggal 4-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 
Cilandak, 31 Desember 2015 
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS