Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Jumaat, Disember 23, 2016

KIDUNG ZAKHARIA [BENEDICTUS]

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Sabtu, 24 Desember 2016)
kidung-zakharia-0099
Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,  – seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus – untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapak leluhur kita bahwa ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di dihadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, yang dengannya Ia akan datang untuk menyelamatkan kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang tinggal dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.” (Luk 1:67-79)
Bacaan pertama: 2Sam 7:1-5,8b-12,16; Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-5,27,29
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya” (Luk 1:68).
Keragu-raguan Zakharia pada kata-kata malaikat membuat dirinya bisu – keheningan yang dipaksakan oleh Yang Ilahi – untuk sembilan bulan lamanya (Luk 1:18-20). Zakharia tidak mempunyai pilihan – dia dibuat bisu! Akan tetapi Zakharia membuat pilihan, yakni untuk menjalani kurun waktu selama sembilan bulan kebisuan ini dengan melakukan permenungan atas janji-janji dan rencana-rencana Allah. Karena dia duduk hening dalam doa, Zakharia memperkenankan Allah untuk mengajar dirinya tentang anaknya yang akan dilahirkan, Yohanes, dan peranan yang akan dimainkannya dalam sejarah keselamatan. Doa-doa telah membuka hati Zakharia sehinga dia dapat dengan penuh gairah menerima rencana Allah.
Petikan ayat Kitab Suci di atas adalah awal dari kidungnya yang dikenal dengan nama Benedictus atau “Kidung Zakharia” yang setiap hari didoakan/dinyanyikan dalam “Ibadat Pagi”. Dengan kalimat ini Zakharia memuji sejarah keselamatan Allah pada umumnya. Dalam kidung ini, Zakharia menempatkan kehidupan puteranya dalam hubungannya dengan karya Allah untuk menyelamatkan bangsanya sendiri dan segala bangsa.  Dia merasa bersyukur dalam hati, karena kanak-kanak yang disanjungnya dalam kidung ini menjadi perintis jalan bagi Tuhan, bentara Mesias yang bertugas mempersiapkan sebuah bangsa yang sempurna bagi Allah.
Dengan cara yang khas, hal ini juga berlaku bagi kita masing-masing. Kita pun dapat melambungkan sebuah madah pujian-syukur atas kehidupan kita sendiri. Mengapa? Karena kita juga termasuk dalam bangsa terpilih, yang dipanggil oleh Allah untuk mengikuti sang Penebus dan mempersiapkan sebuah jalan menuju masa depan yang menjadi milik.
Allah itu kekal. Ia yang memberikan kepada kita kehidupan tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada kita. Sebab, dengan menghidupkan kita, Dia menunjukkan kerahiman-Nya kepada kita. Sejak saat orang dipanggil Allah, dia dikuasai oleh suatu misteri ilahi yang menakutkan namun pada saat yang sama juga membahagiakan.
Allah telah menjadi misteri bagi hidup kita. Walaupun demikian, kita senantiasa masih dapat melambungkan puji-pujian kepada-Nya: “Terpujilah Allah yang telah memanggil kita kepada persekutuan dengan Putera-Nya. Terpujilah Allah yang telah mengasihi, menyelamatkan dan memanggil kita kepada Terang-Nya yang tak terperikan. Terpujilah Allah yang telah menjadikan kita anak-anak-Nya. Terpujilah Allah yang sebagai manusia telah ikut serta menempuh liku-liku kehidupan kita agar kita mengikuti dan merintis jalan bagi-Nya, hingga kerahiman Allah dinyatakan kepada kita, yang memberikan arti terdalam dalam kehidupan kita. Terpujilah Allah hingga saat di mana kita diperbolehkan mengucapkan doa syukur abadi, yang tidak pernah akan berhenti lagi.” 
DOA: Ya Allah, Engkau sungguh baik hati. Terimalah persembahan pujian kami. Amin.

BIARLAH KEDATANGAN-MU DI TENGAH-TENGAH KAMI PADA HARI NATAL MEMURNIKAN DIRI KAMI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Jumat, 23 Desember 2016) 
the-prophet-malachi
Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN (YHWH) semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia nentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada YHWH. Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati YHWH seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.
Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari YHWH yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. (Mal 3:1-4; 4:5-6) 
Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-5,8-10,14; Bacaan Injil: Luk 1:57-66
Keluarga-keluarga adalah yang pertama menderita apabila orang berbalik meninggalkan Allah – dan mereka pulalah yang pertama memperoleh manfaat dari kasih Allah yang memurnikan (Mal 3:2-3). Misalnya, ketika seseorang meninggalkan Tuhan dan terjerumus ke dalam kecanduan akan miras, maka istri dan keluarganya menderita. Barangkali dia mulai mencoba miras sebagai suatu cara untuk mengatasi stresnya, namun pada akhirnya kecanduan miras ini menjadi penyebab utama dari stress bagi setiap orang yang terlibat. Akan tetapi, jika orang itu bertobat – kembali kepada Allah dan mengikuti program pemulihan/rehabilitasi – maka seluruh anggota keluarga dapat belajar tentang kuat-kuasa Allah dalam menyembuhan dan memulihkan seseorang.
Hidup keluarga memang dapat dirusak oleh kesalahan yang serius, seperti ketidaksetiaan atau  KDRT dlsb., namun hidup keluarga itu lebih sering “dipreteli” oleh dosa-dosa kecil yang kelihatan biasa-biasa saja namun bersifat kronis. Kemarahan adalah contoh yang klasik. Kita mengetahui bahwa Yesus dapat marah tetapi tidak pernah berdosa (a.l. lihat Mrk 3:5). Namun kita lebih sering mengungkapkan kemarahan kita secara tidak pantas dan berkelebihan, misalnya diungkapkan dalam bentuk sarkasme, murka besar dengan berteriak-teriak, dan malah berupa penolakan. Akan tetapi, jika kita berpaling kepada Tuhan, Ia dapat mengajar kita “cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yak 1:19). Oleh kuat-kuasa Roh Kudus kita dapat belajar untuk memperlakukan satu sama lain dengan sabar dan kebaikan hati. Pada saat itu kita akan melihat buah damai-sejahtera berkembang dalam keluarga-keluarga kita.
Allah sangat menghargai keluarga-keluarga dan mereka semua dekat di hati-Nya. Dia sangat senang jika melihat sebuah keluarga hidup dengan terang Roh-Nya, menjadi saksi tentang kasih-Nya dan menyalurkan kasih-Nya tersebut kepada orang-orang di sekeliling. Sebaliknya, yang sangat diinginkan oleh Iblis adalah untuk mengacaukan hidup keluarga dan meyakinkan kita-manusia bahwa tidak masuk akallah bahwa orang-orang dapat hidup bersama dalam persatuan dan kasih untuk jangka waktu yang lama.
Natal dapat menjadi suatu waktu yang penuh beban berat dan menyulitkan bagi keluarga-keluarga, atau suatu waktu yang penuh berkat. Selagi kita memasuki waktu yang kudus ini, Allah bertanya kepada kita apakah kita akan memilih menjadi agen-agen Kristus bagi keluarga kita masing-masing. Apakah kita mau berdoa untuk keluarga-keluarga – untuk keluarga kita sendiri dan semua keluarga yang ada di seluruh dunia?
Saudari dan Saudaraku, marilah kita membuat masa Natal ini sebagai suatu masa penyembuhan/kesembuhan yang besar, selagi hati para orangtua dan anak-anak mereka saling bertemu dalam Roh Kristus (Mal 4:6).
DOA: Tuhan Yesus, semoga kedatangan-Mu ke tengah-tengah kami pada Natal ini memurnikan hati kami masing-masing, sehingga dengan demikian kami dapat membuat suatu awal yang baru dalam mengasihi-Mu dan keluarga kami masing-masing. Datanglah ke semua keluarga pada masa Natal ini dengan kuat-kuasa penyembuhan dan damai-sejahtera-Mu. Amin.

Khamis, Disember 22, 2016

JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN, DAN HATIKU BERGEMBIRA KARENA ALLAH JURUSELAMATKU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Kamis, 22 Desember 2016)
visitationdetailembracemaryandst-annebackgroundelisabethim-1440x900-18279
Lalu kata Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya. Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”  Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Luk 1:46-56)
Bacaan pertama: 1Sam 1:24-28; Mazmur Tanggapan: 1Sam 2:1.4-8 
Kidung Maria dalam bacaan Injil hari ini dikenal dalam bahasa Latin dengan nama Magnificat. Kidung Maria ini sangat mirip dengan kidung yang dinyanyikan oleh Hana (1Sam 2:1-10), ibunda dari nabi Samuel. Kidung Maria juga mencerminkan sejumlah nas dalam Perjanjian Lama.
Magnificat sangat indah karena kidung ini mengungkapkan perasaan terdalam Maria, dan pada saat yang sama mencerminkan suatu tradisi lama yang menyangkut praktek hidup saleh dalam Perjanjian Lama. Ketika Elisabet memuji Maria sebagai yang terberkati di antara semua perempuan, Maria menanggapinya sesuai dengan tradisi lama tersebut. Pada hakekatnya Maria berkata kepada Elisabet: “Janganlah memujiku. Akan tetapi bergabunglah dengan aku dalam memproklamasikan keagungan Tuhan; bersama-sama kita dapat menemukan sukacita dalam Allah Penyelamat kita.” Sesungguhnya Maria memang adalah seorang pribadi yang paling diberkati di antara para perempuan karena “Buah Rahimnya”. Bagaimana dengan kita? Kita pun sangat terberkati, karena Anaknya yang adalah Putera ilahi Allah, telah menjadi Juruselamat kita.
Magnificat ini sangat bernilai dalam Gereja, karena didaraskan/dinyanyikan setiap hari sepanjang tahun dalam Ibadat Sore oleh mereka yang secara rutin mendoakan Ibadat Harian (Ofisi Ilahi). Kenyataan ini merupakan suatu undangan kepada kita semua untuk mendoakan Kidung Maria, apakah kita mendoakan Ibadat Harian atau tidak! Maria ingin agar kita semua bergabung dengan dirinya, kemudian bersama-sama berkata: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku” (Luk 1:46).
Semangat Natal adalah semangat memberi dengan penuh kemurahan hati. Semangat ini mengalir dari Allah sendiri dan dicerminkan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Hana sudah lama mandul. Perempuan ini bernazar: “YHWH semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada YHWH untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya” (1Sam 1:11). Anaknya dinamakan Samuel. Hana dan suaminya kemudian membawa anak yang masih kecil sekali itu ke rumah YHWH di Silo untuk dipelihara dan dididik oleh imam Eli.
Kiranya pada waktu Maria mulai hidup menjanda karena kematian Yusuf, ia memperkenankan (= memberi izin) Anaknya yang tunggal itu mulai melakukan karya pelayanan di tengah masyarakat. Tindakan Maria tersebut merupakan contoh tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan dipenuhi dengan semangat untuk melihat dan mengalami terlaksananya karya penyelamatan Allah bagi umat manusia.
Anak laki-laki Hana, Samuel, yang telah dibina dan ditempa oleh imam Eli menjadi seorang nabi besar yang mengurapi Saul sebagai raja Israel yang pertama, dan kemudian mengurapi Daud sebagai raja Israel yang paling agung. Anak laki-laki Maria, Yesus, Nabi dan Raja, adalah Imam yang mempersembahkan kurban salib bagi keselamatan kita semua. Kedua perempuan itu mencerminkan kebaikan Allah. Kita hanya dapat membayangkan betapa berharganya Samuel di mata Hana dan betapa besar arti Yesus bagi Maria. Kedua perempuan itu menyerahkan/memberikan anak laki-laki mereka untuk kepentingan rencana Allah, bukan untuk kepentingan mereka sendiri. Tindakan mereka itu adalah tindakan yang benar-benar berani dan lepas-total dari motif mementingkan diri sendiri (tanpa pamrih). Memang tidak mudahlah bagi kita untuk merenungkan betapa besar cintakasih Bapa surgawi kepada Putera-Nya. Namun kita telah melihat bahwa Bapa surgawi sangat mengasihi kita manusia, sampai-sampai Dia memberikan kepada kita Putera-Nya yang tunggal itu sebagai Juruselamat kita (lihat Yoh 3:16).
Dengan demikian, Natal bagi kita masing-masing tidaklah lengkap tanpa tindakan kita untuk memberi. Pemberian yang terbaik dan terindah bukanlah sebuah benda, akan tetapi cintakasih yang kita berikan kepada Allah dan juga umat-Nya, artinya sesama kita.
DOA: Roh Kudus Allah, berikanlah kepadaku hikmat agar sungguh dapat memahami makna sejati dari tindakan memberi cintakasih kepada Allah dan juga sesamaku. Bentuklah aku menjadi murid Kristus yang sejati. Tanamkanlah keyakinan dalam diriku, bahwa dengan memberi aku menerima, dengan memberi pengampunan aku diampuni. Amin.

Rabu, Disember 21, 2016

JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN, DAN HATIKU BERGEMBIRA KARENA ALLAH JURUSELAMATKU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Kamis, 22 Desember 2016)
visitationdetailembracemaryandst-annebackgroundelisabethim-1440x900-18279
Lalu kata Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya. Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”  Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Luk 1:46-56)
Bacaan pertama: 1Sam 1:24-28; Mazmur Tanggapan: 1Sam 2:1.4-8 
Kidung Maria dalam bacaan Injil hari ini dikenal dalam bahasa Latin dengan nama Magnificat. Kidung Maria ini sangat mirip dengan kidung yang dinyanyikan oleh Hana (1Sam 2:1-10), ibunda dari nabi Samuel. Kidung Maria juga mencerminkan sejumlah nas dalam Perjanjian Lama.
Magnificat sangat indah karena kidung ini mengungkapkan perasaan terdalam Maria, dan pada saat yang sama mencerminkan suatu tradisi lama yang menyangkut praktek hidup saleh dalam Perjanjian Lama. Ketika Elisabet memuji Maria sebagai yang terberkati di antara semua perempuan, Maria menanggapinya sesuai dengan tradisi lama tersebut. Pada hakekatnya Maria berkata kepada Elisabet: “Janganlah memujiku. Akan tetapi bergabunglah dengan aku dalam memproklamasikan keagungan Tuhan; bersama-sama kita dapat menemukan sukacita dalam Allah Penyelamat kita.” Sesungguhnya Maria memang adalah seorang pribadi yang paling diberkati di antara para perempuan karena “Buah Rahimnya”. Bagaimana dengan kita? Kita pun sangat terberkati, karena Anaknya yang adalah Putera ilahi Allah, telah menjadi Juruselamat kita.
Magnificat ini sangat bernilai dalam Gereja, karena didaraskan/dinyanyikan setiap hari sepanjang tahun dalam Ibadat Sore oleh mereka yang secara rutin mendoakan Ibadat Harian (Ofisi Ilahi). Kenyataan ini merupakan suatu undangan kepada kita semua untuk mendoakan Kidung Maria, apakah kita mendoakan Ibadat Harian atau tidak! Maria ingin agar kita semua bergabung dengan dirinya, kemudian bersama-sama berkata: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku” (Luk 1:46).
Semangat Natal adalah semangat memberi dengan penuh kemurahan hati. Semangat ini mengalir dari Allah sendiri dan dicerminkan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Hana sudah lama mandul. Perempuan ini bernazar: “YHWH semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada YHWH untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya” (1Sam 1:11). Anaknya dinamakan Samuel. Hana dan suaminya kemudian membawa anak yang masih kecil sekali itu ke rumah YHWH di Silo untuk dipelihara dan dididik oleh imam Eli.
Kiranya pada waktu Maria mulai hidup menjanda karena kematian Yusuf, ia memperkenankan (= memberi izin) Anaknya yang tunggal itu mulai melakukan karya pelayanan di tengah masyarakat. Tindakan Maria tersebut merupakan contoh tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan dipenuhi dengan semangat untuk melihat dan mengalami terlaksananya karya penyelamatan Allah bagi umat manusia.
Anak laki-laki Hana, Samuel, yang telah dibina dan ditempa oleh imam Eli menjadi seorang nabi besar yang mengurapi Saul sebagai raja Israel yang pertama, dan kemudian mengurapi Daud sebagai raja Israel yang paling agung. Anak laki-laki Maria, Yesus, Nabi dan Raja, adalah Imam yang mempersembahkan kurban salib bagi keselamatan kita semua. Kedua perempuan itu mencerminkan kebaikan Allah. Kita hanya dapat membayangkan betapa berharganya Samuel di mata Hana dan betapa besar arti Yesus bagi Maria. Kedua perempuan itu menyerahkan/memberikan anak laki-laki mereka untuk kepentingan rencana Allah, bukan untuk kepentingan mereka sendiri. Tindakan mereka itu adalah tindakan yang benar-benar berani dan lepas-total dari motif mementingkan diri sendiri (tanpa pamrih). Memang tidak mudahlah bagi kita untuk merenungkan betapa besar cintakasih Bapa surgawi kepada Putera-Nya. Namun kita telah melihat bahwa Bapa surgawi sangat mengasihi kita manusia, sampai-sampai Dia memberikan kepada kita Putera-Nya yang tunggal itu sebagai Juruselamat kita (lihat Yoh 3:16).
Dengan demikian, Natal bagi kita masing-masing tidaklah lengkap tanpa tindakan kita untuk memberi. Pemberian yang terbaik dan terindah bukanlah sebuah benda, akan tetapi cintakasih yang kita berikan kepada Allah dan juga umat-Nya, artinya sesama kita.
DOA: Roh Kudus Allah, berikanlah kepadaku hikmat agar sungguh dapat memahami makna sejati dari tindakan memberi cintakasih kepada Allah dan juga sesamaku. Bentuklah aku menjadi murid Kristus yang sejati. Tanamkanlah keyakinan dalam diriku, bahwa dengan memberi aku menerima, dengan memberi pengampunan aku diampuni. Amin.

Selasa, Disember 20, 2016

IA YANG PERCAYA ADALAH YANG BERBAHAGIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Rabu, 21 Desember 2016)
magnificat (1)
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan bergegas menuju sebuah kota di pegunungan Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai di telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:39-45)
Bacaan pertama: Kid 2:8-14 atau Zef 3:14-18a; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:2-3,11-12,20-21
“Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45).
Apakah sebenarnya yang dipercayai oleh Maria? Tidak meragukan lagi, Maria percaya akan janji-janji khusus Tuhan kepada dirinya. Bahkan, secara lebih luas ia percaya segala hal yang dikatakan Allah mengenai dirinya dan apa yang harus dilakukannya. Pemikiran Maria sederhana, yaitu karena Allah telah terbukti setia di masa lampau, maka Dia akan tetap setia di masa depan juga. Allah tidak berubah, Dia adalah Allah Yang Mahasetia! Inilah yang menjadi fondasi tak tergoyahkan dari kehidupan Maria. Selagi dia percaya pada Allah di atas segalanya, dia pun menerima kekuatan untuk berdiri tegak dalam situasi-situasi sulit yang dihadapinya. Itulah sebabnya, mengapa umat Kristiani (khususnya Katolik) memandang Maria sebagai “model iman” dan “model seorang murid Kristus” yang patut diteladani.
Seperti Maria, kita pun dipanggil untuk untuk membangun kehidupan kita di atas fondasi yang kokoh dari Allah dan janji-janji-Nya. “Aku akan menjadi kota bentengmu”, Tuhan meyakinkan kita. “Taruhlah pengharapanmu dalam Aku.” Inilah yang diproklamasikan oleh sang pemazmur ketika dia berseru: “Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN (YHWH), Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya” (Mzm 33:20-21). Allah kita mahasetia, dan orang-orang yang percaya kepada-Nya sungguh mengenal “kegembiraan hati” yang sejati, yang dapat menggoncang dunia.
Dalam perhatiannya terhadap sabda Allah, Maria itu seperti perempuan dalam kitab “Kidung Agung” yang selalu mendengarkan suara dari kekasihnya (Kid 2:8). Nah, Allah adalah “Kekasih” kita juga. Apakah kita (anda dan saya) melihat-Nya dan percaya bahwa janji-janji-Nya yang terdapat dalam Kitab Suci merupakan janji-janji yang dibuat oleh-Nya bagi kita secara pribadi? Dia yang bersabda bahwa diri-Nya tidak pernah akan membiarkan kita terlantar – Dia itu mahasetia dalam membimbing langkah-langkah kita dan memberikan kekuatan kepada kita. Apakah kita berada dalam situasi yang berkemungkinan besar kehilangan pekerjaan kita, pindah ke rumah baru yang jauh dari tempat kerja dan sekolah yang baik bagi anak-anak, memasuki hidup perkawinan, menderita sakit-penyakit, mengatasi ketidakmampuan, atau berbagai macam kesulitan lainnya, kita tetap dapat mengingat kesetiaan Allah dan mohon pertolongan-Nya, bersama Bunda Maria dan dalam nama Yesus Kristus. Dalam setiap keadaan hidup, kita dapat mempermaklumkan bahwa Allah tidak hanya berada di samping kita, melainkan Dia menggendong kita senantiasa.
Teristimewa dalam masa Adven yang penuh rahmat ini, dalam doa marilah kita memohon kepada Allah untuk meyakinkan diri kita masing-masing tentang kesetiaan-Nya. Dia akan memberikan kepada kita damai-sejahtera yang mampu mengatasi godaan, rasa takut dan cemas kita. Kita harus percaya bahwa Allah akan melakukan segala sesuatu yang dikatakan-Nya akan dilakukan-Nya. Pax et Bonum bagi anda semua!
DOA: Bapa surgawi, Engkau adalah Allah yang Mahasetia. Aku percaya segala janji-Mu karena Engkau memang senantiasa setia pada sabda-Mu. Engkau adalah pengharapanku dan perisaiku. Aku sangat bersukacita karena menaruh kepercayaan pada-Mu. Amin.

Isnin, Disember 19, 2016

CERITA TENTANG SEORANG PEREMPUAN YAHUDI PILIHAN ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Selasa, 20 Desember 2016)
 
1-0-annunciation-philippe-de-champaigne
Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota yang bernama Nazaret,kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”  Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”  Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”  Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38) 
Bacaan Pertama: Yes 7:10-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6 
Maria adalah seorang perempuan Yahudi yang setia, salah seorang anggota sejati dari umat Allah, seorang pewaris janji-janji yang telah dibuat Allah dengan umat pilihan-Nya. Allah tidak sekadar memilih sembarang perempuan untuk menjadi ibu Yesus; Ia memilih seorang perempuan muda dari antara orang-orang yang dikasihi-Nya. Jadi, melalui Maria – seorang perwakilan Israel – Allah memenuhi semua janji-Nya yang diberikan di bawah perjanjian (Inggris: covenant), mengutus Yesus ke tengah dunia sebagai sang Mesias dan Pembebas semua orang. Allah menggunakan Maria dalam rencana abadi-Nya untuk mencurahkan kasih-Nya ke dalam diri kita.
Allah membuat banyak janji kepada umat-Nya dalam Perjanjian Lama. Allah memberi sebuah tanda kepada raja Ahas, walaupun Ahas tidak mau karena dia tidak ingin mencobai TUHAN (YHWH): “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:14). Imanuel berarti “Allah beserta/menyertai kita” (lihat Mat 1:23), dan janji ini dipenuhi melalui Maria dalam diri Yesus, Putera Allah yang datang dan “tinggal di antara kita” (Yoh 1:14).
Banyak bacaan Perjanjian Lama pada masa Adven mempermaklumkan kedatangan Mesias sebagai Pribadi yang akan membebaskan umat Allah dari belenggu dosa dan membawa mereka kehidupan dan kedamaian. Walaupun orang-orang Israel berulang-kali memberontak melawan-Nya, YHWH tetap setia kepada  perjanjian-Nya dan berjanji untuk memimpin mereka ke luar dari kegelapan dan penindasan. Melalui kelahiran Yesus, kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya, Allah mencapai pekerjaan pembebasan ini, yakni menyatakan kasih-Nya kepada semua orang.
Marilah kita ingat selalu, bahwa pekerjaan Allah dalam diri Maria-lah yang membawa kita semua kepada peristiwa kelahiran Tuhan Yesus: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau” (Luk 1:35). Mukjizat ini terjadi dalam kerangka rencana kekal-abadi Allah yang lebih besar, yang mulai sebelum penciptaan dan akhirnya akan dipenuhi pada saat kedatangan kembali Yesus kelak. Kita seharusnya bergembira selagi kita menyaksikan rencana agung Allah ini bekerja dalam kehidupan kita, ketika kita mengalami Yesus yang adalah Imanuel.
Kelahiran Yesus dari Bunda Maria membawa kasih Allah ke tengah dunia dengan cara yang baru dan kekal. Marilah kita berdoa agar dapat mengalami kasih dan kuat-kuasa Ilahi ini pada masa Natal ini secara lebih mendalam lagi. Kita juga akan berdoa bagi negeri kita tercinta Indonesia ini, bagi dunia; agar kuasa-kuasa kegelapan dipatahkan dan kasih Allah dalam Kristus Yesus akan mengalir ke dalam hati semua orang.
Bersama seluruh Gereja, baiklah kita berdoa: “Datanglah, hai Kunci Daud, bukalah pintu-pintu gerbang kerajaan Allah yang kekal: Bebaskanlah para tawanan dari kegelapan.” 
DOA: Allah, Bapa kami, kuduslah nama-Mu. Pada waktu menerima pesan-Mu lewat malaikat agung Gabriel, Maria Kaujadikan Bait Suci-Mu, dan dirinya pun dipenuhi dengan terang Roh Kudus. Semoga melalui contoh Maria, dengan kerendahan hati dan kesetiaan, kami dapat mengikuti kehendak-Mu. Amin.

Ahad, Disember 18, 2016

APAKAH ADA YANG MUSTAHIL BAGI ALLAH?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Senin, 19 Desember 2016)
zakaria-dan-malaikat-gabriel
Pada zaman Herodes, raja Yudea, ada seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya hidup benar di hadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.

Pada suatu kali, waktu tiba giliran kelompoknya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk  ke dalam Bait Suci dan membakar dupa di situ. Pada waktu pembakaran dupa, seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Lalu tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran dupa. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan. Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan dia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya dan ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka. Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati para bapak berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar. Dengan demikian ia menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu, “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya.” Jawab malaikat itu kepadanya, “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara kepadamu untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai hari ketika semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya kepada perkataanku yang akan dipenuhi pada waktunya.” Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, dan ia tetap bisu. Ketika selesai masa pelayanannya, ia pulang ke rumah.
Beberapa lama kemudian Elisabet, istrinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” (Luk 1:5-25)
Bacaan pertama: Hak 13:2-7.24-25; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:5-6,16-17
Pada saat Zakharia mendengar malaikat agung Gabriel memberitahukan kepadanya tentang janji Allah baginya untuk memberinya seorang anak laki-laki, dia meminta bukti bagaimana kiranya hal itu akan menjadi kenyataan karena dia dan istrinya – Elisabet – sudah tua. Karena ketiadaan imannya, Zakharia dibuat menjadi bisu sampai janji itu dipenuhi. Sembilan bulan kemudian, Allah menganugerahi Zakharia dan Elisabet seorang anak laki-laki. Dalam hal ini Allah lagi-lagi melakukan pekerjaan ajaib seperti yang telah dilakukan-Nya atas diri para pasutri lainnya dalam Kitab Suci: Abraham dan Sara (Kej 18:9-10;21:1-2), Elkana dan Hana (1Sam 1:2,19-20), dan Manoa dan istrinya (Hak 13:2,24). Ketika bayi dalam kandungan Elisabet berumur 6 bulan, kepada seorang perawan di Nazaret malaikat agung Gabriel membuat pernyataan: “Bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37).
Jadi, untuk kesekian kalinya Tuhan membuktikan bahwa segalanya mungkin bagi-Nya. Ketika Sara tertawa mendengar bahwa kepadanya dijanjikan seorang anak laki-laki, Allah berkata kepada Abraham: “Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN (YHWH)?” (Kej 18:14). Iman Abraham akan janji Allah tidak pernah menyusut. Ia “berkeyakinan penuh bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan” (Rm 4:21).
Pada waktu YHWH menyatakan diri-Nya kepada Ayub, ia juga diyakinkan akan kuat-kuasa Allah, sehingga dia menyatakan: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayb 42:2). Dalam sebuah doanya, nabi Yeremia tercatat mengatakan: “Ah Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuki-Mu!” (Yer 32:17). YHWH menanggapi doa yang cukup panjang dari Yeremia itu dan mengawali sabda-Nya sebagai berikut: “Sesungguhnya, Akulah YHWH, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?” (Yer 32:27).
“Kemustahilan” tertinggi diwujudkan oleh Allah melalui Putera-Nya. Yesus dilahirkan dari seorang perempuan, walaupun Ia adalah Allah; Ia menderita sengsara dan mati karena cintakasih-Nya kepada kita walaupun kita – manusia – menolak-Nya. Ia bangkit dari antara orang mati, menghancurkan kuasa dosa, Iblis dan dunia; dan Ia membuat kita menjadi anak-anak Allah, para pewaris kehidupan kekal bersama-Nya.
Karena Allah telah mengerjakan segala sesuatu yang “mustahil” di mata manusia melalui Yesus (misalnya membuat mukjizat penyembuhan dan tanda-tanda heran lainnya seperti menghidupkan kembali orang yang sudah mati), maka kita harus percaya bahwa pada masa Adven ini pun Yesus Kristus akan melakukan “kemustahilan” dalam kehidupan kita dan keluarga kita. Ingatlah, bahwa “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8). Barangkali kita sedang menghadapi masalah perpecahan dalam keluarga, memerlukan penyembuhan atas salah seorang anggota keluarga yang sedang menderita sakit, memerlukan solusi untuk mengatasi masalah keuangan yang menindih, mencari pekerjaan atau merestorasi perdamaian antara pihak-pihak yang bersengketa dalam keluarga dlsb. Kita sungguh membutuhkan iman bahwa Allah dapat melakukan segala hal dalam kehidupan kita yang kita pandang sebagai “kemustahilan”.
DOA: Tuhan Yesus, aku percaya bahwa semua hal mungkin bagi-Mu dan Engkau dapat melakukan “kemustahilan” dalam hidupku. Tolonglah aku agar dapat sungguh percaya bahwa kehendak-Mu atas diriku dapat terjadi. Amin.

Jumaat, Disember 16, 2016

KATA-KATA SANG MALAIKAT TUHAN MEYAKINKAN YUSUF

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN IV [Tahun A], 18 Desember 2016) 
YUSUF BERMIMPI BERTEMU DENGAN MALAIKAT TUHAN
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah menyertai kita.) Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya. (Mat 1:18-24) 

Bacaan pertama: Yes 7:10-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6; Bacaan Kedua: Rm 1:1-7 
Dalam menceritakan kisah Natal ini, Matius menekankan bahwa sejarah Israel digenapi dengan kedatangan Yesus.  Untuk menunjukkan intervensi langsung yang dilakukan oleh Alllah, Matius menunjuk pada kenyataan dikandungnya Yesus dalam rahim Maria oleh kuasa Roh Kudus. Ini adalah sebuah peristiwa ilahi, namun juga bersifat insani; sesuatu hal yang tidak lepas dari kebingungan, teristimewa bagi Yusuf.
Apa yang harus dilakukan oleh Yusuf pada waktu dia memperoleh info dari malaikat Tuhan, bahwa Maria telah mengandung dan dia jelas bukanlah laki-laki yang membuat tunangannya itu mengandung? Apakah Maria pernah memberitahukan kepadanya tentang kondisinya? Apakah Maria juga pernah bercerita kepadanya, bahwa semua ini adalah akibat suatu rahmat istimewa dari Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dijawab dalam Injil Matius. Akan tetapi ada satu kalimat dalam Injil Matius ini yang menguatkan-penuh jaminan, sepotong kalimat yang diucapkan oleh sang malaikat Tuhan: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu” (Mat 1:20). Kiranya kalimat ini sungguh menyejukkan hati Yusuf. Rasa was-was, khawatir, malah rasa takut seperti ini sebenarnya adalah awal dari kebijaksanaan: Suatu rasa takjub penuh hormat di hadapan hadirat Allah sang Mahatinggi. Rasa takut Yusuf, rasa takjubnya ini, membuat dirinya merasa tak berarti apa-apa dan tentunya tak pantas untuk menjadi bagian dari peristiwa ilahi ini. Yusuf hanyalah seorang tukang kayu di Nazaret, seorang laki-laki bersahaja tanpa embel-embel reputasi sosial yang tinggi. Akan tetapi, justru itulah sebabnya Allah memilih dia. Bayangkanlah betapa tergetar hati Yusuf, ketika mengetahui bahwa Allah menginginkan dirinya menjadi bagian dari peristiwa yang menggenapi sejarah semua nenek moyangnya.
Kita pun harus memandang serta menantikan kedatangan Hari Natal yang tinggal satu minggu ini dengan rasa takjub penuh hormat, namun juga dengan kesadaran penuh syukur bahwa Allah memanggil kita untuk turut ambil bagian dalam misteri agung ini, walaupun kita hanyalah orang-orang biasa saja.
Dalam bacaan pertama kita dengar Nabi Yesaya berkata: “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukuplah kamu melelahkan orang, sehingga kami melelahkan Allahku juga? Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:13-14).
Di lain pihak, nabi Yeremia berkata: “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman YHWH, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: YHWH – keadilan kita” (Yer 23:5-6).  Ketika nabi Yeremia memproklamasikan pesan ini,  Yehuda berada dalam situasi kacau-balau. Bangsa kecil ini berada dalam ambang kehancurannya di hadapan kekaisaran Babel yang perkasa. Yeremia menyalahkan raja-raja Yehuda yang telah “mengkhianati” rakyatnya, tidak bedanya dengan para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Nya hilang dan terserak (lihat Yer 23:1). Meskipun dalam situasi yang suram sedemikian, Yeremia memproklamasikan janji Allah, bahwa Dia akan menghadirkan seorang raja yang adil-bijaksana, seorang keturunan Daud.
Nubuat nabi Yesaya dan Yeremia menunjukkan suatu pandangan terhadap masa depan yang bersifat optimistis, dan hal ini mencirikan liturgi Adven kita. Allah berjanji bahwa hari-hari baik akan datang. Hari-hari baik bagi kita terwujud dengan kelahiran Yesus, namun kita memandang ke depan juga untuk saat-saat yang lebih baik lewat perayaan Natal kita ini. Adven adalah keyakinan bahwa sesuatu yang lebih baik ada di depan mata. Adven adalah suatu harapan bahwa kita akan menemukan (kembali) suatu rasa cinta yang sempat hilang, dan meraih kembali sukacita hari-hari yang lebih membahagiakan.  Hal ini berarti bahwa kita memiliki alasan kuat untuk bersikap optimistis dan waspada selalu, karena meskipun Kristus sang Gembala Baik sudah hadir di dunia,kita masih menantikan kedatangan-Nya dalam kemuliaan pada akhir zaman.
DOA: Roh Kudus Allah, aku percaya bahwa Engkau ingin sekali berbicara kepadaku tentang siapa Yesus itu dan apa arti dari penghayatan hidup Injili. Tingkatkanlah kesadaranku akan kehadiran-Mu. Tolonglah aku agar mampu mendengar suara-Mu tatkala  aku membaca Kitab Suci. Ajarlah aku jalan-jalan-Mu. Bimbinglah aku dalam penghayatan hidup Kristiani yang telah diberikan Yesus Kristus kepadaku. Amin.

SILSILAH YESUS KRISTUS DALAM INJIL MATIUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Sabtu, 17 Desember 2016) 
matthew-1-1-17
Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham. Abraham mempunyai anak, Ishak; Ishak memunyai anak, Yakub; Yakub mempunyai anak, Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda mempunyai anak, Peres dan Zerah dari Tamar, Peres mempunyai anak, Hezron; Hezron mempunyai anak, Ram; Ram mempunyai anak, Aminadab; Aminadab mempunyai anak, Nahason; Nahason mempunyai anak, Salmon; Salmon mempunyai anak, Boas dari Rahab, Boas mempunyai anak, Obed dari Rut, Obed mempunyai anak, Isai; Isai mempunyai anak, Raja Daud. Daud mempunyai anak, Salomo dari istri Uria, Salomo mempunyai anak Rehabeam; Rehabeam mempunyai anak, Abia; Abia mempunyai anak, Asa; Asa mempunyai anak, Yosafat; Yosafat mempunyai anak, Yoram; Yoram mempunyai anak, Uzia; Uzia mempunyai anak, Yotam; Yotam mempunyai anak, Ahas; Ahas mempunyai anak, Hizkia; Hiskia mempunyai anak, Manasye; Manasye mempunyai anak, Amon; Amon mempunyai anak, Yosia; Yosia mempunyai anak, Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembungan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya mempunyai anak, Sealtiel; Sealtiel mempunyai anak Zerubabel; Zerubabel mempunyai anak, Abihud; Abihud mempunyai anak, Elyakim; Elyakim mempunyai anak, Azor; Azor mempunyai anak, Zadok; Zadok mempunyai anak, Akhim; Akhim mempunyai anak, Eliud; Eliud mempunyai anak, Eleazar; Eleazar mempunyai anak, Matan; Matan mempunyai anak, Yakub; Yakub mempunyai anak, Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Jadi, seluruhnya ada empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus (Mat 1:1-17) 
Bacaan Pertama: Kej 49:2,8-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:3-4,7-8,17 
Mulai tanggal 17 Desember pada masa Adven bacaan-bacaan liturgis dipusatkan pada kedatangan Putera Allah sebagai anak manusia di tengah dunia, …… Natal. Hari ini kita merenungkan silsilah Yesus Kristus.
Kita semua tentunya mempunyai nenek-moyang yang beragam, ada mewariskan nama yang harum, namun ada pula yang tidak. Kita harus mengakui bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang memiliki pohon keluarga yang bersih tanpa noda. Demikian pula halnya dengan Yesus. Walaupun Ia dilahirkan dari Perawan Maria yang bebas dari noda dosa, genealogi-Nya mencakup juga para pendosa – bukan maling ayam, melainkan pendosa kelas kakap atau malah kelas ikan hiu.
Misalnya, menurut tradisi Raja Manasye (Mat 1:10) memerintahkan untuk membelah tubuh nabi Yesaya menjadi dua bagian, di samping segala perbuatan jahat lain yang dilakukannya (baca 2Raj 21:1-18). Yoram (Mat 1:8) membunuh 6 orang saudara laki-lakinya sejumlah pembesar kerajaan ketika dia diangkat menjadi raja (2Taw 21:2-4). Raja Uzia (Mat 1:9) mencoba untuk merampas tugas para imam, kemudian Allah menghukumnya dengan penyakit kusta sampai akhir hayatnya (baca 2Taw 26:16-21). Daud (Mat 1:1,6) adalah raja terbesar dalam sejarah bangsa Yahudi yang kiranya kontras sekali dengan beberapa orang raja turunannya yang disebutkan tadi, namun jangan salah …… karena Daud pun tidak luput dari dosa (baca 2Sam 11:1-27; 24:1-17).
Ada 5 orang perempuan yang disebutkan dalam silsilah Yesus di atas:  Tamar, Rahab, Istri Uria (Batsyeba), Rut dan Maria. Tiga orang yang pertama disebutkan adalah mereka yang tidak lepas dari kedosaan (Mat 1:3,5.6). Rut (Mat 1:5) tampil cemerlang dibandingkan dengan ketiga orang tersebut. Dengan berani dia mendampingi ibu-mertuanya yang Yahudi itu setelah dua-duanya menjadi janda, walaupun sang mertua – Naomi – mendesak Rut untuk kembali ke bangsanya sendiri, yaitu Moab (sekarang Yordania). Rut melihat kebaikan pribadi dan Naomi, dan juga kebaikan menjadi bagian dari umat Allah. Rut berkata kepada sang ibu-mertua: “Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16). Allah mengganjar Rut dengan kebaikan-Nya lewat perkawinannya dengan Boas yang adalah nenek moyang Daud. Perempuan kelima yang disebutkan adalah Maria, ibunda Yesus Kristus.
Semua perempuan dan laki-laki yang terdapat dalam silsilah Yesus Kristus adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan dunia melalui Yesus Kristus. Yesus itu unik, Ia mematahkan segala belenggu masa lampau. Silsilah-Nya berisikan tidak sedikit nama-nama orang berdosa, namun Ia bebas dari segala dosa. Selagi kita menyiapkan Adven ini guna menyambut kedatangan-Nya, marilah kita memohon kepada Allah agar menolong kita memahami kuasa-Nya yang mampu mematahkan segala rantai masa lalu yang telah membelenggu kita selama ini.
Ada dari kita yang tentunya sedang berjuang keras untuk mengatasi pola-pola dosa yang kita warisi; kita semua juga berjuang keras untuk mengatasi dosa-dosa kita yang kita komit sendiri – lewat pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian – justru karena Allah yang baik menganugerahkan kehendak bebas kepada kita semua. Oleh karena itu, marilah kita berdoa agar dimampukan oleh-Nya untuk dapat melihat hikmat dari rencana  sempurna Allah yang merajut masa lampau kita ke dalam jalan peziarahan kita sendiri yang unik menuju surga.
DOA: Datanglah, ya Hikmat-Kebijaksanaan dari Allah yang Mahatinggi yang membimbing segenap ciptaan dengan kuat-kuasa dan cintakasih sempurna. Ajarlah kami untuk berjalan di jalan kebenaran-Mu. Amin.

Khamis, Disember 15, 2016

MENJADI ORANG KUDUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Adven – Jumat 16 Desember 2016) 
jesus_christ_picture_013
Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku bahwa Bapa telah mengutus Aku. (Yoh 5:33-36) 

Bacaan Pertama: Yes 56:1-3a,6-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 67:2-3,5,7-8
Tanyalah kepada siapa saja apakah dia berpikir bahwa dirinya adalah seorang yang suci, maka jawabannya adalah “tidak” atau “tidak sesuci seperti seharusnya diriku”. Pada umumnya memang kita tidak berpikir bahwa diri kita itu suci. Namun demikian, dalam keseluruhan bacaan Perjanjian Baru sesungguhnya kita – tanpa kecuali – dipanggil untuk menjadi orang-orang suci (orang-orang kudus), bahkan kita sebagai umat-Nya seringkali disebut sebagai “orang kudus” (lihat Rm 1:7; Rm 8:27; 2Kor 8:4; 2Kor 9:1; Ibr 13:24). Oleh karena itu, mengapa begitu sulit bagi kita untuk percaya bahwa kita sebenarnya mampu menghayati suatu hidup yang kudus?
Sekarang pikirkanlah berbagai contoh yang diberikan oleh semua orang kudus Gereja. Tidaklah sulit bagi kita untuk mempersepsikan mereka sebagai para perempuan dan laki-laki kudus, manakala dengan penuh kekaguman kita melihat atau mempelajari “testimoni” dari karya-karya dan kepribadian mereka ketika masih hidup di dunia (lihat Yoh 5:36;14:12).
Kita memandang orang-orang kudus Gereja itu sebagai insan-insan istimewa. Hal ini tidak salah, namun kita sering melupakan fakta bahwa mereka juga adalah pribadi-pribadi manusia seperti kita, dengan segala kekurangan dan kecenderungan untuk berdosa. Sangat sedikit dari para kudus Gereja itu hidup dalam suatu kehidupan yang terlindungi dari cacat noda dunia.  Sebaliknya, mereka malah mengalami godaan-godaan seperti kita alami, bahkan mereka juga mengalami kegagalan dalam melawan godaan-godaan tersebut. Namun mereka kembali dan kembali lagi kepada Tuhan dan belajar dari kesalahan mereka.
Yesus menjadi salah seorang dari kita, sepenuhnya manusia, namun tanpa noda dosa. Penulis “Surat kepada Orang Ibrani” menulis: “… Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat berbuat dosa” (Ibr 4:15). Yesus ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa kita sungguh dapat menjadi kudus seperti Dia adalah kudus. Yesus tidak hidup terisolir dalam dunia yang penuh dosa ini. Yesus hidup di tengah-tengah orang banyak, Ia bahkan membawa kekudusan-Nya ke dalam dunia, sehingga dengan demikian Allah dapat mengubah kegelapan menjadi terang, dan ketakutan diubah menjadi pengharapan. Yesus – lebih dari siapa pun juga – sungguh hidup di dalam dunia namun tidak duniawi.
Jalan yang benar menuju kekudusan adalah untuk secara konstan/tetap berupaya berjalan langkah demi langkah selagi kita memperkenankan diri kita direformasikan, dibentuk kembali, dan diciptakan kembali oleh Roh Kudus. Untuk itu kita perlu meyakini bahwa hidup seperti Yesus bukanlah sekadar sebuah ideal yang indah-indah, melainkan suatu kemungkinan yang riil. Jadi, kita tidak pernah boleh berkecil hati! Kita harus senantiasa mengingat bahwa kekudusan bukanlah sebuah tujuan/destinasi, melainkan suatu perjalanan seumur hidup. Yang diperlukan adalah satu langkah “ketaatan dan rasa percaya”. Langkah ini disusul oleh langkah serupa, dst. secara terus-menerus dalam upaya kita berjalan menuju surga.
DOA: Tuhan Yesus, aku memuji Engkau dan menyembah-Mu sebagai Juruselamat dan Saudaraku serta berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau menunjukkan jalan bagaimana caranya aku dapat menjadi kudus, seperti Engkau juga kudus. Berikanlah kepada keyakinan dan pengharapan, ya Tuhan, bahwa aku pun dapat menjadi seorang kudus. Amin.