PENAMPAKAN MARIA DI FATIMA
FATIMA
Pada tanggal 13 Mei 1917, tiga orang anak sedang menggembalakan sekawanan kecil
domba mereka di Cova da Iria, paroki Fatima, kota Vila de Ourem, sekarang
diosis Leiria – Fatima. Mereka bernama : Lucia de Jesus, berusia 10 tahun, dan
saudara-saudara sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berumur 9
dan 7 tahun.
Kira-kira
tengah hari, setelah berdoa Rosario, seperti biasanya mereka lakukan, mereka
bermain-main dengan membuat sebuah rumah-rumahan kecil dari batu-batu yang
berserakan di sekitar tempat Basilika berdiri sekarang. Tiba-tiba mereka
melihat sinar terang, dan karena menganggap bahwa sinar itu adalah halilintar,
mereka memutuskan untuk pulang. Tetapi ketika mereka menuruni tebing, sebuah
kilatan lagi menerangi tempat itu, dan di puncak pohon ek (di tempat Kapel
Penampakan berdiri sekarang) mereka melihat “seorang Bunda yang lebih terang
daripada matahari” yang dari kedua tangannya tergantung sebuah rosario berwarna
putih.
Bunda
itu berkata kepada ketiga gembala kecil tersebut bahwa perlu banyak berdoa dan
ia mengundang mereka untuk datang lagi ke Cova da Iria selama lima bulan
berturut-turut, pada hari ketiga belas, pada jam yang sama. Anak-anak itu
melakukan seperti yang dikatakan kepada mereka pada hari ketiga belas Juni,
Juli, September dan Oktober, Bunda itu menampakkan diri kepada mereka lagi dan
berbicara kepada mereka di Cova da Iria. Pada tanggal 19 Agustus, penampakan
terjadi di Valinhos, kira-kira 500 meter dari Aljustrel, karena pada tanggal 13
ketiga anai itu dibawa oleh Administratur setempat ke Vila Nova de Ourem.
Pada
penampakkan yang terakhir, tanggal 13 Oktober, bersama dengan sekitar 70.000
orang yang hadir, Bunda berkata kepada anak-anak itu bahwa ia adalah “Bunda
Rosario” dan supaya sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan
kepadaNya. Setelah penampakan itu semua yang hadir menyaksikan mukjijat yang
telah dijanjikan kepada tiga anak itu pada bulan Juli dan September : yaitu
matahari, yang menyerupai sebuah piringan perak, dapat dipandang lama dan mudah
dan, sambil berputar seperti sebuah roda api, tampak seperti akan jatuh ke
bumi.
Setelah
itu ketika Lucia menjadi seorang suster Ordo Santa Dorothy, bunda kita
menampakkan diri lagi kepadanya di Spanyol (10 Desember 1925 dan 15 Februari
1926, di Biara Pontevedra, dan pada malam tanggal 13/14 Juni 1929, di Biara
Tuy), yang meminta devosi lima hari Sabtu pertama (untuk berdoa Rosario,
merenungkan misteri-misteri Rosario, mengaku dosa dan menerima komuni, untuk
menebus dosa-dosa yang telah dilakukan kepada Hati Maria yang tak bernoda), dan
Konsekrasi Rusia kepada Hati Yang Tak Bernoda itu juga. Permintaan ini telah
diumumkan melalui Penampakkan pada tanggal 13 Juli 1917, dalam apa yang disebut
sebagai “Rahasia Fatima”.
Bertahun-tahun
setelah itu suster Lucia mengungkapkan bahwa, antara bulan April dan Oktober
1916, seorang Malaikat menampakkan diri kepada ketiga orang anak itu sebanyak
tiga kali, dua kali di Cabeco dan sekali di sumur dalam kebun belakang di rumah
Lucia, yang menasehatkan agar mereka berdoa dan bertobat.
Sejak
tahun 1917 para peziarah tak kunjung berhenti datang ke Cova da Iria dalam
jumlah ribuan orang dari seluruh bagian dunia, mula-mula pada tanggal 13 setiap
bulan, kemudian selama liburan musim panas dan musim dingin, dan sekarang
semakin banyak lagi pada akhir minggu dan hari apa saja sepanjang tahun.
VISIONER
(Para saksi mata dari peristiwa penampakkan)
(Para saksi mata dari peristiwa penampakkan)
LUCIA DE
JESUS :
Dialah
yang terutama mendapat penampakan-penampakan tersebut. Ia lahir pada tanggal 22
Maret 1907, di Aljustrel, di Paroki Fatima. Pada tanggal 17 Juni 1921, ia
memasuki kolese Vilar (Porto), yang dipimpin oleh ordo Santa Dorothy. Kemudian
ia pergi ke Tuy, dimana ia menerima jubah dan nama Maria Lucia dari Dolours.
Pada tanggal 3 Oktober 1928 ia mengucapkan kaul sementaranya dan pada tanggal 3
Oktober 1934 kaul kekalnya.
Pada
tanggal 24 Maret 1948 ia pindah ke Coimbra, memasuki ordo Carmel Santa Teresa,
dan menyandang nama Suster Maria Lucia dari Hati Yang Tak Bernoda. Pada tanggal
31 Mei 1949 ia mempersembahkan kaul sucinya. Suster Lucia telah datang ke
Fatima beberapa kali : pada tanggal 22 Mei 1946, 13 Mei 1967, pada tahun 1981
untuk mengarahkan pembuatan sejumlah lukisan tentang Penampakan-penampakan
tersebut di Carmel, pada tanggal 13 Mei 1982, 1991 dan juga 13 Mei 2000 saat
beatifikasi Francisco dan Yacinta oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II.
FRANCISCO
MARTO :
Ia
dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1908, di Aljustrel. Ia menghadapi kematiannya
yang suci pada tanggal 4 April 1919 di rumah orang tuanya. Dengan sifatnya yang
sangat sensitif dan kontemplatif, ia mengarahkan semua dosa dan pertobatannya
untuk “menghibur Allah Kita”.
Ia
dikuburkan di pemakaman paroki dan pada tanggal 13 Maret 1952 tubuhnya
dipindahkan ke Basilika, di sisi timur.
JACINTA
MARTO :
Ia lahir
di Aljustrel pada tanggal 11 Maret 1910. Kematiannya yang suci terjadi pada
tanggal 20 Februari 1920, di rumah sakit D. Estefania, Lisbon, setelah
mengalami sakit berat dan lama, dengna mempersembahkan seluruh penderitaannya
untuk pertobatan orang-orang yang berdosa, untuk perdamaian di dunia dan untuk
Bapa Suci.
Pada
tanggal 12 September 1935 tubuhnya dipindahkan dengan upacara yang khidmat dari
makam keluarga milik bangsawan Alvaiazere di Ourem, ke pemakaman Fatima, dan di
tempatkan di sebelah makam kakaknya Francisco. Pada tanggal 1 Mei 1951,
pemindahan tubuh Jacinta dilakukan secara sangat sederhana, ke sebuah makam
yang baru, yang telah disiapkan di Basilika Cova da Iria, di sisi barat.
Proses
beatifikasi atas kedua penerima penampakan-penampakan di Fatima, Francisco dan
Jacinta Marto, setelah langkah-langkah yang pertama dilakukan pada tahun 1945,
dimulai pada tahun 1952, dan diakhiri tahun 1979.
Pada
tanggal 15 Februari 1988 dikumen terakhir, yang dapat menjadi pertimbangan Bapa
Suci untuk menyatakan “Beato dan Beata” atas kedua anak penerima penampakan
Fatima itu, diberikan kepada Bapa Suci Yohanes Paulus II, dan kepadaKongregasi
untuk pertimbangan atas Santo-Santa. Sementara itu mereka dinyatakan “layak
menerima penghormatan” melalui sebuah keputusan kongregasi suci tersebut pada
tanggal 13 Mei 1989. Langkah terakhir seperti yang kita harapkan adalah kanonisasi
mereka, dengan mana mereka akan dinyatakan sebagai “Santo dan Santa”.
28 April 1919 Dimulainya pembangunan Kapel Penampakan.
13 Oktober 1921 Ijin untuk merayakan Misa untuk pertama kalinya.
03 Mei 1922
Ketetapan yang dikeluarkan oleh Uskup Leiria untuk memulai Proses Kanonik mengenai
peristiwa-peristiwa Fatima.
26 Juni 1927
Uskup Leiria untuk pertama kali memimpin upacara resmi di Cova da Iria, setelah
pemberkatan atas perhentian-perhentian jalan salib dari Reguengo ke Fetal (11
km).
13 Oktober 1930 Dengan surat resmi “divine Providence” Uskup Leiria menyatakan bahwa
penampakan-penampakan tersebut patut dipercayai dan membenarkan kebaktian
kepada Bunda kita dari Fatima.
13 Mei 1931
Konsekrasi pertama atas Portugal kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda yang
dilakukan oleh Episkopat Portugal untuk memenuhi pesan Fatima.
31 Oktober 1942 Pius XII, berbicara dalam bahasa Portugal melalui radio mengkonsekrir
dunia kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda, secara khusus menyebutkan Rusia
sesuai dengan permintaan Bunda kita.
13 Mei 1946
Pemasangan mahkota atas Patung Bunda kita dari Fatima di Kapel Penampakan
(Mahkotanya dihadiahkan oleh kaum wanita Portugal, sebagai ucapan syukur karena
Portugal bebas dari Perang Dunia II), oleh Kardinal Masella, Legatus
Pontificat.
13 Oktober 1951 Penutupan Tahun Suci (Universal) di Fatima, oleh Kardinal Tedeschini,
Legatus Pontificat, yang mengungkapkan bahwa Paus Pius XII telah menyaksikan,
di Vatikan pada tahun 1950, keajaiban matahari tanggal 13 Oktober 1917.
13 Mei 1956
Kardinal Roncalli, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes
XXIII, memimpin upacara-upacara ziarah peringatan penampakan.
21 November 1964 Pada akhir pertemuan yang ketiga Dewan Ekumenis, di hadapan 2.500
Pastor Konsili, Paus Paulus VI mengumumkan pemberian Mawar Emas kepada tempat
suci Fatima, yang disampaikan pada tanggal 13 Mei 1965 oleh Kardinal Cento,
Legatus Pontificat.
13 Mei 1967
Bapa Suci Paulus VI datang ke Fatima, dalam rangka peringatan kelimapuluh
Penampakan pertama Bunda kita, untuk berdoa bagi perdamaian di dunia dan
Persatuan dalam Gereja.
10 Juli 1977
Kardinal Luciani, Uskup Agung Venetia, yang kemudian menjadi Paus Yohanes
Paulus I, berziarah ke Fatima.
12/13 Mei 1982 Bapa Suci Yohanes Paulus II datang berziarah ke Fatima untuk mengucap
syukur karena jiwanya diselamatkan pada tahun sebelumnya di lapangan St. Petrus
dan dengan berlutut ia mengkonsekrir Gereja, semua rakyat dan bangsa, secara
tersirat menyebutkan Rusia, kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.
25 Maret 1984 Di lapangan St. Petrusdi Roma, di depan Patung dari Kapel Penampakan,
Yohanes Paulus II sekali lagi mengkonsekrir seluruh dunia kepada Hati Maria
Yang Tak Bernoda, bersama dengan semua Uskup seluruh dunia.
12/13 Mei 1991 Bapa Suci untuk kedua kalinya datang ke Fatima, sebagai peziarah, pada
peringatan yang kesepuluh percobaan pembunuhan atas dirinya.
12/13 Mei 2000 Bapa Suci datang ke Fatima untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi di
tahun Jubileum Agung dalam rangka beatifikasi Francisco dan Jacinta. Lucia juga
hadir dalam kesempatan tersebut. Perayaan ekaristi tersebut dihadiri ratusan
ribu peziarah yang datang dari pelbagai penjuru dunia termasuk Indonesia.
Sumber
dipetik daripada http://maria-bunda-gereja.blogspot.com/2008/09/penampakan-maria-di-fatima.html
****
BAGAIMANA PANDANGAN VATIKAN TENTANG PESAN BUNDA MARIA DI FATIMA 1917
Selengkapnya tentang tanggapan
Vatikan terhadap pesan Bunda Maria di Fatima 1917 yang disampaikan oleh Sr.
Maria Lucia, terdapat di link ini http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_20000626_message-fatima_en.html. Pada penampakan itu, dikatakan bahwa Bunda Maria menampakkan diri
kepada tiga anak-anak yaitu Jacinta, Francesco dan Lucia. Dan Lucia (Sr. Lucia)
adalah saksi yang menyampaikan pesan-pesan itu secara tertulis karena kedua
saksi lainnya telah meninggal dunia pada usia muda/ anak-anak.
Melihat pertanyaan anda, kelihatannya ada dua hal yang anda tanyakan,
yaitu tentang apa pesan penampakan, dan apa tanggapan Vatikan mengenai hal ini.
Maka berikut ini saya sampaikan ringkasannya:
1) Garis besar pesan penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesannya di sini terbagi menjadi tiga bagian. Pesan pertama dan kedua
menggambarkan penglihatan tentang neraka, devosi kepada Hati Maria yang tak
bernoda, tentang Perang Dunia kedua, dan prediksi tentang kerusakan yang dapat
diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia dengan penolakan terhadap iman
Kristiani dan penerapan totalitarianisme- komunisme.
Pesan pertama dan kedua ini telah dituliskan terlebih dahulu 31 Agustus
1941, dan dipublikasikan terlebih dahulu sebelum pesan yang ketiga. Sedangkan
pesan ketiga yang dituliskan oleh Sr. Lucia tanggal 3 Januari 1944 atas
perintah Uskup Leiria. Pesan/ rahasia ketiga ini dibawa ke hadapan Paus Yohanes
XXIII pada tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak menyatakan secara
publik, demikian juga Paus Paulus VI.
Namun Paus Yohanes Paulus II,setelah percobaan pembunuhan dirinya pada
tanggal 13 Mei 1981 gagal, kemudian memutuskan untuk memberitahukan pesan itu
secara publik, yang dikenal sebagai “The third secret of Fatima“. Teks
pesan ketiga Fatima baru dipublikasikan tgl 26 Juni 2000, (setelah diumumkan
oleh Kardinal Angelo Sedano atas nama Bapa Paus, bahwa pesan ketiga tersebut
akan diumumkan dalam waktu dekat. Pengumuman ini diadakan tanggal 13 Mei 2000,
pada hari beatifikasi Francisco dan Jacinta Marto).
Tanggal 7 Juni 1981, Paus Yohanes Paulus, pada perayaan Pentakosta,
mendoakan dan meng-konsekrasikan dunia kepada hati Bunda Maria yang tak
bernoda, yang disebutkan sebagai “Act of Entrustment“, memohon agar
Bunda Maria menjaga dan mendoakan para umat beriman dan dunia.
Maka pesan/ rahasia ketiga yang disampaikan di sini berkaitan dengan
perkataan Bunda Maria, yang memperingatkan akan apa yang terjadi jika manusia
tidak bertobat dan mengindahkan pesan Bunda Maria, maka Rusia akan menyebarkan
faham sesatnya tentang Komunisme. Sr. Lucia mengatakan bahwa akan terjadi
penghukuman yang disebabkan oleh manusia sendiri yang terus hidup dalam dosa,
kebencian, balas dendam, ketidak- adilan, pelanggaran hak-hak manusia,
pemerosotan moral dan kekerasan, dst.
Maka Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikan pesan
ketiga ini. Ia sendiri meng-konsekrasikan/ menyerahkan Rusia dan dunia kepada
doa-doa Bunda Maria pada tahun 1981. Selanjutnya, kita ketahui pada tahun 1989
tembok Berlin dirubuhkan dan tumbanglah komunisme di Rusia.
2. Isi pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesan pertama:
“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang
sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan
jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua
kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang
naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri
bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap
sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau
keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan,
yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat
dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan
binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan
transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat
bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan
menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika
tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”
Pesan kedua:
Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:
“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk
menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada
Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan
kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang
[Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti
menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat
Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang
tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan
kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan
cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci.
Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku
yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika
permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia
akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan
penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan
mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya
Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia
kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan
kepada dunia.”
Pesan ketiga:
Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang
memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci
dan Bundaku.
Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria
dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang
berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat
seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api
itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya
[malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya,
Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah,
bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah
Tuhan: ‘sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika
mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa
itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius
laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya
terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang
seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah
kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah
terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa
dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan
berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit
yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan
dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum
religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai
tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat,
masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk
mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang
mengambil jalan menuju Allah.”
3. Interpretasi pesan ke-3:
a) Berikut ini adalah ringkasan pembicaraan Archbishop Tarcisio Bertone,
sekretaris dari Congregation for the Doctrine of Faith yang diutus oleh Paus
Yohanes Paulus II untuk bertemu dengan Sr. Lucia (27 April 2000):
Sr. Lucia mengulangi keyakinannya bahwa penglihatan di Fatima tersebut
terutama adalah mengenai pergolakan antara komunisme atheis melawan Gereja dan
umat Kristiani dan menjabarkan penderitaan para korban demi iman ini di abad
ke-20. Figur sentral dari pesan terakhir ini menurut Sr. Lucia adalah Bapa
Paus, meskipun pada penglihatan itu tidak disebutkan siapa nama Paus yang
dibunuh tersebut. Maka ketika ia melihat Paus Yohanes Paulus II ditembak di
tahun 1981, ia segera teringat akan penglihatannya tersebut yang dituliskannya
pada tahun 1944. Sr. Lucia percaya, sama seperti yang dipercayai oleh Bapa Paus
sendiri, bahwa “it was a mother’s hand that guided the bullet’s path and in
his throes the Pope halted at the threshold of death” (Pope John Paul II,
Meditation from the Policlinico Gemelli to the Italian Bishops, 13 May 1994).
Di akhir pertemuan itu Sr. Lucia menyatakan ketaatannya kepada Bapa
suci, dan berharap agar tulisannya dapat membantu memimpin semua orang yang
bermaksud baik ke jalan menuju Tuhan.
b) Dari hasil pertemuan di atas, pengumuman dibuat oleh Kardinal Angelo
Sodano, Sekretaris negara (Secretary of State), ringkasannya adalah
sebagai berikut:
Nubuatan yang terdapat dalam pesan Fatima ini harus diinterpretasikan
secara simbolis (in a symbolic key). Penglihatan Fatima adalah perang yang diadakan oleh sistem atheis melawan
Gereja dan umat Kristiani, dan itu menggambarkan penderitaan yang
dialami oleh para saksi iman pada abad terakhir di milenium kedua, sebagai
Jalan Salib yang dipimpin oleh para Paus di abad ke 20.
Sesuai dengan interpretasi para visioner, seperti yang ditegaskan oleh
Sr. Lucia,”Uskup dengan pakaian putih” yang berdoa bagi umat beriman adalah
Bapa Suci. Setelah ia mendaki menuju Salib melewati jenazah-jenazah para martir
(para uskup, imam, kaum religius, dan kau awam), ia sendiri jatuh ke tanah,
wafat karena dihujani peluru.
Sesudah percobaan pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, maka begitu nyata
bahwa “tangan seorang ibu yang mengarahkan jalur peluru sehingga Bapa Paus
dapat terluput dari kematian.” (Perlindungan ini diyakini oleh Sr. Lucia dan
Bapa Paus sendiri sebagai campur tangan dari Bunda Maria). Pada kejadian tahun
1989 baik Rusia maupun negara-negara Eropa Timur mengalami kejatuhan sehubungan
dengan runtuhnya Komunisme. Untuk ini Bapa Paus mengucapkan syukur kepada Bunda
Maria. Meskipun seolah kejadian
tentang pesan/ rahasia ketiga dari Fatima ini merupakan hal yang lampau/sudah
terjadi, namun pesan Bunda Maria untuk pertobatan tetaplah sangat penting
sekarang. “Undangan Bunda Maria kepada pertobatan adalah pertama-tama
perwujudan perhatian keibuannya kepada keluarga besar umat manusia, yang
memerlukan pertobatan dan permohonan maaf.” (Pope John Paul II, Message for the
1997 World Day of the Sick, No. 1, Insegnamenti, XIX, 2 [1996], 561)
4. Komentar Teologis oleh
Joseph Cardinal Ratzinger, Prefect of the CDF (Congregation for the Doctrine
of the Faith) sekarang Paus Benediktus XVI, berikut ini
ringkasannya:
Perlu diketahui bahwa pesan
Fatima ini termasuk dalam kategori wahyu pribadi yang statusnya berbeda dengan
wahyu publik (yaitu Kitab Suci, yaitu dalam PL dan PB). Wahyu
publik sudah selesai dengan berkahirnya kitab Perjanjian Baru. Namun meskipun
Wahyu telah selesai, hal itu belum dibuat sepenuhnya secara eksplisit, maka
tetaplah tertinggal pada iman Kristiani untuk berangsur-angsur menangkap makna
pentingnya secara penuh di sepanjang abad” (KGK 66). Ini sesuai dengan
perkataan Yesus, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi
sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu
Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak
akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang
didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:12-14)
Katekismus 67 mengajarkan, “….wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam
perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka [wahyu-wahyu pribadi] untuk
“menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”,
melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi
dalam rentang waktu tertentu….”. Jadi:
a) Otoritas wahyu pribadi
secara prinsip berbeda dengan Wahyu publik. Wahyu Publik menuntut iman
[dari seluruh umat], sebab di dalamnya Tuhan sendiri berbicara melalui
perkataan manusia dan melalui perantaraan komunitas yang hidup dalam Gereja,
sedangkan wahyu pribadi tidak demikian. Iman terhadap Wahyu publik ini berbeda
dengan bentuk kepercayaan kepada manusia atau pendapat. Iman kepada Allah ini
adalah keyakinan yang di atasnya kita membangun hidup kita dan kepadanya kita
memasrahkan diri kita pada saat kita mati.
b) Wahyu pribadi adalah
sebuah bantuan terhadap iman ini, dan menunjukkan kredibilitasnya justru
dengan memimpin kita kembali kepada Wahyu publik yang definitif tersebut. Oleh
karena itu, kriteria untuk kebenaran dan nilai dari sebuah wahyu pribadi adalah
orientasi kepada Kristus. Maka ketika
wahyu pribadi itu memimpin orang menjauh dari Kristus, menjadi berdiri sendiri
atau bahkan menampilkan diri sebagai rencana keselamatan yang ‘lebih baik’/
lebih penting daripada Injil, maka dipastikan wahyu itu bukan berasal dari Roh
Kudus. Ini bukan berarti bahwa wahyu pribadi tidak akan menyatakan
penekanan-penekanan baru, atau bentuk devosi baru, atau memperdalam dan
menyebarkan bentuk devosi yang sudah ada. Tetapi di dalam semua ini, harus ada
pembinaan iman, harapan dan kasih.
Pentingnya wahyu pribadi disampaikan oleh Rasul Paulus (1Tes 5:19-21).
Sepanjang sejarah Gereja terdapat nubuat- nubuat yang harus diteliti
kebenarannya, bukan dicemooh. Nubuat adalah sebuah peringatan dan penghiburan,
atau keduanya sekaligus. Untuk
menginterpretasikan/ “menilai zaman ini” (Luk 12:56) dalam terang iman berarti
mengenali kehadiran Yesus pada setiap zaman.
Struktur anthropologis dari wahyu pribadi: silakan membaca lebih lanjut di link di atas. Intinya adalah “interior
vision”/ penglihatan ini bukan merupakan fantasi yang merupakan ekspresi dari
imajinasi yang subyektif. Penglihatan ini melibatkan “obyek” yang benar-benar
ada yang menyentuh jiwa, meskipun tidak terdapat di dalam dunia sensorik. Maka
ini memerlukan sikap berjaga-jaga secara rohani…. Namun penglihatan juga
mempunyai keterbatasan, sebab obyek yang dilihat juga bukan yang murni/
sebenarnya, tetapi melalui filter dari alat sensorik yang melihat, maka
terpengaruh oleh keterbatasan dari subyek yang melihat. Maksud dari nubuatan
Kristiani terlihat apabila penglihatan itu menjadi sebuah perintah dan
bimbingan atas kehendak Allah.
Usaha untuk menginterpretasikan pesan/ ‘rahasia’ Fatima
Secara singkat pesan pertama dan kedua adalah anak-anak itu diberi
penglihatan tentang neraka. Mereka melihat di sana ‘jiwa-jiwa yang malang’.
Lalu mereka diberi pesan untuk menyelamatkan
jiwa-jiwa- yang artinya untuk menunjukkan kepada mereka jalan menuju
keselamatan. Untuk ini kita mengingat pengajaran Rasul Petrus: “karena
kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Pet 1:9).
Untuk mencapai ini, jalan yang diberikan adalah devosi kepada hati Maria yang
tak bercela. Dalam bahasa Alkitabiah, “hati” mengacu pada pusat hidup manusia,
di mana akal budi, keinginan, temperamen dan sensitivitas berasal, di mana
seseorang menemukan kesatuan dan orientasi sikap hati. Menurut Mat 5:8, “hati
yang suci/ tak bernoda” adalah sebuah hati yang, dengan rahmat Tuhan, yang
telah mencapai kesempurnaan kesatuan sikap hati dan karena itu dapat “melihat
Tuhan.” Maka untuk mempunyai
devosi terhadap hati Maria yang tak bernoda, adalah untuk mempunyai sikap hati
yang demikian, yang bersikap taat “Ya”, terjadilah kehendak-Mu- sebagai pusat
dari keseluruhan hidup seseorang. Mungkin ada orang yang berkata, kita
jangan meletakkan seorang manusiapun antara kita dengan Kristus. Tetapi Rasul
Paulus sendiri berkata agar kita meniru dia (lih. 1 Kor 4:16, Fil 3:17; 1 Tes 1:6;
2 Tes 3:7,9). Pada Rasul Paulus kita melihat bagaimana kita mengikuti Kristus.
Tetapi dari siapa kita dapat lebih belajar pada setiap masa, selain dari Ibu
Tuhan Yesus sendiri?
Sr. Lucia sendiri mengakui bahwa yang diberikan kepadanya adalah
penglihatan, tetapi bukan interpretasinya. Interpretasi ini menurut Sr. Lucia,
bukan menjadi miliknya tetapi milik Gereja. “Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa”
adalah kata kunci dari pesan pertama dan kedua Fatima. Sedangkan, kata kunci
pada pesan yang ketiga adalah, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Ini
sesuai dengan Injil dalam Mrk 1:15. Untuk mengetahui tanda jaman adalah untuk
menerima pentingnya pertobatan, dan iman. Maka maksud dari
penampakan-penampakan Bunda Maria ini adalah untuk memimpin orang-orang untuk
bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.
Sekarang tentang penglihatan mengenai malaikat dengan pedang yang
menyala, seperti dalam gambaran di kitab Wahyu. Ini adalah untuk menunjukkan
ancaman penghakiman. Jaman sekarang manusia sendiri dapat menghancurkan dunia
menjadi abu, dengan penemuan-penemuannya, manusia sendiri menempa pedang yang
menyala. Penglihatan kemudian memperlihatkan bahwa kekuatan yang merusak itu
dikalahkan oleh kemuliaan Bunda Allah, dengan ajakan pertobatan. Maka di sini
terdapat pentingnya kehendak bebas manusia: masa depan bukan sesuatu fakta yang
tidak bisa diubah. Maka penglihatan itu adalah untuk mengarahkan kekuatan untuk
mengadakan perubahan ke arah yang benar.
Selanjutnya adalah karakter sinbolis dari penglihatan itu: Tuhan adalah
yang tak terukur, sebagai terang yang tak terukur. Para manusia kelihatan
seperti di dalam cermin. Karena kita sekarang melihat dalam cernin suatu
gambaran yang samar- samar (1 Kor 13:12).
Sekarang tentang gunung yang terjal dengan Salib dipuncaknya. Gunung dan
kota besar yang menjadikan reruntuhan, melambangkan arena sejarah manusia:
arena kreativitas dan harmoni sosial maupun juga arena penghancuran, di mana
manusia menghancurkan hasil pekerjaannya sendiri. Salib merupakan lambang
tujuan dan bimbingan sejarah manusia. Salib mengubah kerusakan menjadi
keselamatan; salib merupakan tanda kemalangan sejarah tetapi juga sebuah janji
bagi sejarah. Lalu tentang penderitaan Uskup (Bapa suci) dan para uskup, imam
dan kaum religius. Jalan Gereja dikatakan sebagai perjalanan Via Crucis,
melalui waktu kekerasan, penghancuran, dan penganiayaan. Seluruh sejarah abad
ini diwakili oleh gambar ini. Abad ini merupakan abad para martir, penganiayaan
Gereja, abad perang dunia dan perang lokal lainnya. Maka diperingatkan oleh
Bunda Maria, “Jika tidak [bertobat], Rusia akan menyebarkan kesesatannya ke
seluruh dunia….”
Di tengah perjalanan ini dari seluruh abad, gambaran Paus yang mendaki
adalah gambaran generasi para Paus dari Paus X sampai Paus yang sekarang,
mereka semua menderita mendaki menuju ke Salib. Di penglihatan itu Paus itu
dibunuh bersama para martir. Bukankah itu yang hampir terjadi pada percobaan
pembunuhan Paus Yohanes Paulus II tanggal 13 Mei 1981? Namun tangan Bunda Maria
menolongnya; kekuatan iman dan doa-doa dapat mempengaruhi sejarah; dan kekuatan
doa lebih kuat daripada peluru.
Ahkirnya, darah Kristus dan darah para martir merupakan satu kesatuan.
Darah para martir turun dari kedua lengan Salib itu. Para martir wafat dalam
persekutuan dengan Kristus. Demi Tubuh Kristus, para martir menggenapkan apa
yang kurang pada penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Darah para martir adalah biji
umat Kristiani. Seperti melalui kematian Kristus, Gereja lahir; maka kematian
para martir menjadi kan kehidupan Gereja semakin berkembang. Maka tak ada
penderitaan yang sia- sia. Dari penderitaan para saksi iman, lahirlah kekuatan
yang memurnikan dan memperbaharui, sebab penderitaan mereka adalah aktualisasi
dari penderitaan Kristus sendiri dan pernyampaian efeknya yang menyelamatkan di
sini dan sekarang.
Maka, arti pesan/ rahasia
Fatima sebagai satu kesatuan adalah ajakan/ desakan bagi para umat beriman untuk berdoa, sebagai jalan untuk
keselamatan jiwa-jiwa dan juga perintah untuk bertobat (penance
and conversion).
Saya ingin menyebutkan lagi ekspresi kuci dari pesan Fatima, “Hatiku
yang tak bernoda akan menang” Apa maksudnya? Hati yang terbuka terhadap Tuhan, dimurnikan oleh kontemplasi akan Tuhan,
adalah lebih kuat daripada senjata apapun. Ketaatan Bunda Maria telah
mengubah dunia, sebab dengan ketaatannya ia telah membawa Kristus ke dunia.
Syukurlah atas “Ya” dari Bunda Maria, Tuhan dapat menjadi manusia di dunia dan
tetap hadir di dunia sepanjang jaman. Walaupun ada kuasa jahat di bumi, seperti
yang kita lihat; namun karena Tuhan sendiri menjadi manusia dan mempunyai hati
manusia, maka karenanya dapat menggiring kehendak bebas manusia menuju apa yang
baik, maka kebebasan memilih yang jahat tidak lagi menjadi keputusan akhir.
Maka ayat yang akhirnya merangkum semua adalah, “Dalam dunia kamu menderita
penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh
16:33)
Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang pesan Penampakan Bunda
Maria di Fatima 1917, dan tanggapan dari Vatikan tentang hal itu. Dari sini
memang kita melihat wahyu pribadi yang diterima oleh Sr. Lucia tersebut tidak
merupakan nubuat khusus tentang akhir jaman. Penglihatan yang demikian
mengenaskan tentang banyaknya korban martir dan bahkan Bapa Paus sendiri,
merupakan peringatan bagi dunia untuk segera bertobat, sebab jika tidak,
kejadian itulah yang dapat terjadi. Maka pesan Fatima tetap sangat penting bagi
kita semua saat ini, yaitu agar kita bertobat, berdoa dan mempunyai hati yang
terbuka seperti hati Bunda Maria. Sebab, apapun yang terjadi, jika kita
mempunyai sikap hati yang demikian dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, maka
kita akan mengalahkan dunia dan melangkah menuju Surga, seperti Bunda Maria.
Sumber dipetik daripada http://www.katolisitas.org/faqs/bagaimana-pandangan-vatikan-tentang-pesan-bunda-maria-di-fatima-1917