Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Jumaat, Januari 25, 2019

YESUS ADALAH MESIAS YANG DIRINDUKAN KEDATANGAN-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA III [TAHUN C] - 27 Januari 2019
Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang dikemukakan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah saya menyelidiki semua kejadian itu dengan seksama dari asal mulanya, saya mengambil keputusan untuk membukukannya secara teratur untukmu, agar kamu dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajar kepadamu benar.
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Lalu tersebarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya dan setelah membuka kitab itu, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”  Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk 1:1-4; 4:14-21) 
Bacaan Pertama: Neh 8:3-5-7,9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-10,15; Bacaan Kedua: 1Kor12:12-30 (1Kor 12:12-14,27) 
Lukas menulis Injilnya untuk meneguhkan iman Teofilus. Banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang seperti Teofilus sehubungan dengan iman-kepercayaannya kepada Yesus Kristus. Lukas ingin memecahkan persoalan-persoalan itu. Penulis Injil ini mengumpulkan segala data, menyelidikinya dengan seksama, kemudian membukukannya secara teratur bagi Teofilus agar dia dapat mengetahui bahwa “segala sesuatu yang diajarkan kepadanya sungguh benar” (lihat Luk 1:4). Kitab Injil ini menjadi seperti kontrol atas segala sesuatu yang diterimanya sehubungan dengan iman-kepercayaannya. Apa pun yang akan terjadi dalam perjalanan imannya, Teofilus (atau siapa saja) dapat membuka Kitab Injil ini dan memperdalam imannya.

Sesudah peristiwa pencobaan di padang gurun Yehuda (Luk 4:1-13), kembalilah Yesus dalam kuasa Roh Kudus ke Galilea untuk mulai mengajar di rumah-rumah ibadat (Luk 4:14-15). Seluruh karya perutusan Yesus adalah atas dorongan Roh Kudus. Ia memang penuh dengan Roh Kudus (lihat Luk 4:1).

Yesus pergi ke sinagoga  di Nazaret pada suatu hari Sabat. Ia berdiri untuk membaca Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya. Ia mengambil bacaan yang familiar, yang barangkali sudah dihafal luar kepala oleh umat karena menggemakan kerinduan mereka akan Sang Mesias yang akan datang memerdekakan mereka. Namun ternyata umat yang hadir belum tahu bahwa yang tengah berdiri di hadapan mereka itu adalah Dia yang dirindukan kedatangan-Nya itu.
Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai Sang Mesias, Dia yang diurapi Roh Kudus untuk membebaskan umat Allah dari dosa. Dia berdiri di tengah-tengah mereka sebagai Kabar Baik itu sendiri, yang datang kepada “orang-orang miskin”, “wong cilik”, yang semuanya membutuhkan penyelamatan. Dia membawakan kesembuhan lewat kata-kata-Nya dan jamahan-Nya, dan berkat dari Bapa dicurahkan atas semua orang yang menerima Dia.
Seperti pada waktu Dia berdiri di depan umat dalam sinagoga pada hari itu, Yesus sekarang juga berdiri di hadapan kita masing-masing seraya berkata, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk 4:21). Apakah kita mengenali-Nya? Dapatkah kita memindahkan fokus pandangan mata kita, dari diri kita sendiri kepada Yesus, Harapan kita? Setiap hari Dia menawarkan kepada kita karya Roh Kudus yang telah ditawarkan-Nya kepada para kudus terbesar sepanjang masa.
Karena kematian dan kebangkitan Yesus, Roh Kudus telah datang berdiam dalam diri kita guna membawa kepada kita kebebasan dari dosa dan keakraban dengan Allah, Bapa kita. Dia telah datang untuk menyembuhkan hati kita dan tubuh kita. Dia telah datang untuk menyatakan kepada kita cinta kasih Bapa surgawi. Dia telah datang untuk memenuhi diri kita dengan sukacita di tengah-tengah banyak pencobaan yang kita hadapi. Dia menawarkan kepada kita semua hikmat-Nya dan kekuatan-Nya selagi kita berusaha untuk menyenangkan Tuhan. Selagi Roh Kudus memenuhi diri kita lebih dan lebih lagi, Dia dapat mengalir keluar – melalui kita – ke dunia di sekeliling kita, memberikan kuat-kuasa kepada kita guna mengalahkan dosa dan kejahatan, tidak hanya dalam diri kita, tetapi dalam diri orang-orang yang ada di sekeliling kita juga.

DOA: Roh Kudus, kami merasa takjub bahwa Dikau akan datang dan hidup dalam diri kami! Kami membuka hati kami bagi-Mu dan mohon kepada-Mu agar berkarya dalam diri kami dan melalui kami. Terima kasih untuk cintakasih-Mu, penyembuhan-Mu dan kuasa-Mu. Amin.

Ahad, Januari 13, 2019

KAMU AKAN KUJADIKAN PENJALA MANUSIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Senin, 14 Januari 2019)
Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan B. Odorikus dari Pordenone, Imam
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
Ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, Ia melihat Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia. (Mrk 1:14-20) 
Bacaan Pertama: Ibr 1:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 97:1-2,6-7,9
“Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk 1:17)
Yesus yang datang ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:14-15). Yesus menemukan orang-orang yang rindu untuk dibebaskan, tidak hanya dari cengkeraman penjajah Roma, melainkan juga dari jeratan dosa dan maut. Kepada Simon dan saudaranya, Andreas yang sedang menebarkan jala di danau, Yesus berkata: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk 1:17).

Unsur penentu dalam bacaan ini adalah panggilan Yesus itu sendiri, bukannya tanggapan yang diberikan oleh kedua pasang bersaudara itu. Tidak ada sedikit pun catatan mengenai kualitas ke empat orang yang dipanggil-Nya itu, juga tidak disinggung cocok-tidak-cocoknya mereka untuk menjadi pengikut-Nya dan terlibat aktif dalam misi-Nya. Yesus memanggil empat orang nelayan ini untuk mengikut Dia, mengamati pekerjaan-Nya, mendengarkan pengajaran-Nya dan mulai tertantang oleh-Nya.
Yesus juga ingin mengajar kita semua untuk menginjili teman-teman dan para anggota keluarga kita sama efektifnya sebagaimana Dia menginjili para pengikut-Nya. Yesus berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagai sebuah “tempat” yang diperintah oleh Allah yang mahakuasa, namun juga “seorang” Allah yang mempribadi. Allah-lah yang meraja, Allah-lah yang memerintah! Lalu Yesus menindak-lanjuti kata-kata-Nya dengan karya belas-kasih dan membuat banyak mukjizat dan tanda-heran lainnya. Orang-orang yang lapar diberi makan, orang-orang sakit disembuhkan, para pendosa diyakinkan bahwa dosa mereka diampuni karena belas kasih Allah, orang-orang yang memandang diri “benar” ditantang-Nya, dan kepada orang-orang yang sedang merasa cemas, galau, bingung, diberikan-Nya pengharapan. Sekarang Yesus ingin mengatakan kepada kita, bahwa kita semua adalah para anggota kerajaan-Nya yang sangat berharga, yang dipenuhi oleh Roh Kudus-Nya dengan kapasitas untuk menggerakkan hati dan pikiran orang-orang sebagaimana telah dilakukan-Nya dengan penuh kuat-kuasa.
Sekarang, percayakah Saudari/Saudara kepada janji Yesus, bahwa anda dan saya akan dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya (Yoh 14:12)? Apakah anda mendengar Allah berbicara kepada anda? Dalam situasi-situasi yang mana saja anda menerima kekuatan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan? Kapan anda sungguh berseru kepada-Nya mohon pertolongan, dan anda menerima hikmat-kebijaksanaan? Bilamana anda merasa bersalah karena kata-kata yang anda ucapkan, lakukan, atau pikirkan, dan mengalami pembersihan melalui pertobatan?

Masing-masing contoh di atas menunjukkan kuat-kuasa Allah yang aktif dalam kehidupan anda – suatu kuat-kuasa untuk memberi kesaksian tentang kasih-Nya dan kehadiran-Nya. Oleh karena itu, marilah kita semua membuka mata hati kita bagi cara-cara atau jalan-jalan Allah memberikan kepada kita masing-masing hikmat-kebijaksanaan kapan harus berbicara, kapan harus diam, kapan untuk melakukan intervensi, kapan untuk mengundurkan diri, kapan untuk merangkul seorang pendosa dan kapan untuk memberikan waktu kepadanya guna berpikir dan melakukan refleksi.
Percayalah Saudari-Saudaraku, kita semua dapat menjadi pewarta Kabar Baik seperti Yesus sendiri, menunjukkan kepada orang-orang yang kita temui bagaimana kiranya kalau sudah mengalami transformasi oleh Allah Yang Mahakuasa sendiri.
DOA: Tuhan Yesus, berikanlah kepadaku keyakinan untuk men-sharing-kan dengan orang-orang lain kehidupan yang telah Kauberikan kepadaku. Bentuklah aku menjadi seorang pribadi yang mau dan mampu mengasihi dengan bela rasa dan hanya mengandalkan pada kuat-kuasa-Mu semata. Amin.

ENGKAULAH ANAK-KU YANG TERKASIH, KEPADA-MULAH AKU BERKENAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Pembaptisan Tuhan – Minggu, 13 Januari 2019)

Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan.”  (Luk 3:15-16,21-22)
Bacaan Pertama: Yes 42:1-4,6-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 29:1–4,9-10; Bacaan Kedua: Kis 10:34-38 
“Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Luk 3:22)
Kata-kata ini terdengar pada saat pembaptisan Yesus, tidak lama sebelum Ia mengawali pelayanan-Nya di muka umum. Ada yang mengatakan  bahwa mungkin saja kata-kata yang sama terdengar-ulang namun dengan suara yang lebih lirih-menyedihkan, pada saat akhir karya pelayanan Yesus, yakni ketika Dia terpaku di kayu salib, lalu “menghembuskan napas terakhir-Nya” (Luk 23:46). Yang mau dikemukakan di sini adalah bahwa sepanjang hidup-Nya Yesus sungguh adalah “Anak terkasih Bapa dan sungguh berkenan kepada-Nya”.

Itulah sebabnya mengapa tidak hanya Perjanjian Baru, tetapi juga Perjanjian Lama menunjuk kepada Yesus dan memandang kepada-Nya. Ketika untuk pertama kalinya dia berkhotbah di depan Kornelius dan keluarganya, Petrus memproklamirkan martabat ketuhanan Yesus di atas segalanya – bagaimana Allah mengurapi-Nya dengan Roh Kudus dan kuasa (Kis 10:36-38). Namun jauh sebelum Petrus, nabi Yesaya dengan fasihnya telah bernubuat mengenai Sang Mesias sebagai seseorang yang dipilih Allah dan kepadanya Dia berkenan: “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa”  (Yes 42:1).
Bagaimana dengan kita sendiri? Kita juga perlu memandang Yesus, memusatkan hidup kita pada-Nya dan belajar “Siapa Dia sebenarnya”. Terlalu sering pusat hidup kita adalah diri kita sendiri, bahkan dalam spiritualitas kita …… kita berusaha untuk menjadi lebih baik, lebih suci, lebih penuh sukacita. Namun sukacita Bapa surgawi terletak pada Yesus; sukacita Roh Kudus adalah untuk mengajar kita siapa Yesus itu. Yesus adalah sungguh dan sepenuhnya manusia, namun Ia juga sungguh dan sepenuhnya Allah. Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus adalah contoh sempurna bagaimana kita seharusnya menghayati hidup kita – hidup sepenuhnya bagi kemuliaan Allah, terbuka sepenuhnya kepada Allah, sadar sepenuhnya tentang potensi kita sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26).

Yohanes Pembaptis tahu bahwa Yesus berbeda, namun memerlukan Roh Kudus untuk mengajarkannya sampai dia dapat mengatakan: “Ia inilah Anak Allah” (Yoh 1:34). Para murid hidup beberapa tahun dengan Yesus dan hanya secara perlahan-lahan mereka pun baru meyadari apa yang membuat Dia begitu berbeda dengan mereka, dalam cara berpikir, berkata-kata dan bertindak. Namun hanya setelah Roh Kudus turun atas diri mereka pada hari Pentakosta-lah para murid mampu untuk mulai berkhotbah kepada orang-orang lain mengenai “Siapa Yesus itu” (Kis 2:1-40).
Selagi kita merayakan turun-Nya Roh Kudus pada waktu pembaptisan Yesus, baiklah kita berdoa agar supaya Roh Kudus turun ke atas diri kita secara baru, bahwa Dia akan memperdalam perwahyuan tentang Yesus, kepada siapa Allah berkenan. Baiklah kita mohon kepada Roh Allah untuk mendaftarkan kita ke dalam “Sekolah Kristus”, sehingga kita dapat belajar dari Yesus sang Guru. Kita mau mohon agar ke-aku-an kita semakin mengecil sehingga dengan demikian Kristus pun dapat semakin meningkat besar dalam diri kita. Pada suatu saat kelak, ketika Bapa surgawi memandang kita, semoga Dia melihat kita sebagai para murid Yesus yang sudah menjadi seperti Anak-Nya sendiri, dan kita pun berkenan kepada-Nya.

DOA: Allah yang Mahakasih dan Penyayang, tolonglah kami agar dapat menjadi murid-murid sejati dari Anak-Mu, Yesus Kristus, sehingga dengan demikian kami dapat selalu mengikuti kehendak-Mu yang kudus. Berikanlah kepada kami kekuatan untuk mengikuti panggilan-Mu sehingga kebenaran-Mu dapat berdiam dalam hati kami. Amin. 

Khamis, Januari 10, 2019

KESAKSIAN SANG BENTARA TENTANG YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Sabtu, 12 Januari 2019)
Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan S. Bernardus dari Corleone, Biarawan Kapusin
 

Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia tinggal di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi, Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air. Orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.
Lalu timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya, “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah bersaksi, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Jawab Yohanes, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga. Kamu sendiri dapat bersaksi bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang punya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. (Yoh 3:22-30) 
Bacaan Pertama: 1Yoh 5:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6,9 
Seorang pemain sepak bola baru saja menciptakan sebuah gol spektakuler, ia baru saja berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan pada menit terakhir sebuah pertandingan menentukan. Ia pun kemudian diarak dengan penuh kegembiraan oleh rekan-rekan satu timnya dan para penonton pendukung tim-nya pun mengelu-elukan dia. Untuk kesekian kalinya mereka menjadi juara liga sepak bola di negeri mereka! Seorang eksekutif perusahaan baru saja menutup sebuah business deal yang sangat penting. Ia melihat pandangan kagum penuh penghargaan dari atasannya dan para rekan kerjanya. Seorang remaja baru saja lulus SMU, dan ia difoto bersama dengan kedua orangtuanya yang bangga akan prestasinya. Ya, di dalam masyarakat seperti kita kenal, biasanya kekaguman datang hanya sebagai ganjaran atas capaian atau perbuatan yang legitim dan baik menurut ukuran manusia.
Namun, Yohanes pembaptis mengungkapkan bahwa Yesus memandang diri kita secara berbeda. Dia bersukacita karena memandang kita apa adanya, bukan hanya karena apa yang berhasil kita capai. Kita adalah “mempelai/pengantin” dan Kristus adalah “mempelai laki-laki” (Why 21:1-2). Yesus memandang kita dengan sukacita sebegitu rupa sehingga pada kenyataannya Dia bernyanyi karena kita. Hal ini mengingatkan kita kepada ayat Kitab Suci berikut ini: “TUHAN (YHWH) Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai …” (Zef 3:17). Ia senang sekali memandang kita seperti seseorang memandang kekasihnya, dan Ia bergembira melakukan sesuatu yang baik bagi kita karena Dia mengasihi kita. Mari kita lihat apa yang dikatakan-Nya: “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku. Aku akan bergirang karena mereka untuk berbuat baik kepada mereka dan Aku akan membuat mereka tumbuh di negeri ini dengan kesetiaan, dengan segenap hati-Ku dan dengan segenap jiwa-Ku” (Yer 32:40-41). “Capaian” kita, prestasi kita, terletak pada penerimaan kasih-Nya dengan kerendahan hati, dan berjuang untuk hidup sebagai mempelai-Nya yang setia.

Selagi Yohanes Pembaptis mengamati awal karya Yesus di depan umum, ia dengan segala senang hati menuntun para pengikutnya kepada sang “mempelai laki-laki”. Motto-nya sekarang adalah, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30). Kesenangan Yohanes karena boleh ikut ambil bagian dalam cintakasih Yesus lebih besar daripada kepuasan apa saja yang mungkin dirasakannya karena berhasil dengan baik melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Mendengar suara Yesus saja sudah menjadikan Yohanes penuh dengan sukacita (Yoh 3:29).
Sebagaimana halnya dengan Yohanes Pembaptis, kita pun dapat bersukacita dalam Yesus sementara kita menantikan datangnya saat untuk perjamuan surgawi, seperti ada tertulis: “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba”  (Why 19:9). Saat itu adalah saat di mana “Ia akan menghapus segala air mata dari mata kita, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (lihat Why 21:4). Cobalah kita membayangkan bagaimana merdunya suara para malaikat yang dengan penuh sukacita menyanyikan puji-pujian mereka selagi mereka melihat betapa besar kasih Allah kepada pengantinnya.

Pada hari ini, baiklah kita sediakan waktu yang istimewa untuk merenungkan bagaimana Yesus, sang mempelai laki-laki, sungguh rindu untuk hidup bersama kita  dalam kehidupan kekal.
DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau begitu mengasihi diriku dan sungguh menyenangi aku, bahkan ketika aku berada dalam kelemahan-kelemahanku. Tuhan Yesus, aku ingin menjadi mempelai-Mu yang senantiasa menyenangkan hati-Mu. Biarlah cara-cara-Mu semakin besar dalam diriku dan cara-caraku sendiri menjadi semakin kecil. Terima kasih, ya Tuhan Yesus, karena Engkau membuat sukacitaku menjadi penuh selagi aku mendekat kepada-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

YESUS DATANG KE TENGAH DUNIA DENGAN BELARASA DAN KASIH YANG BESAR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Jumat, 11 Januari 2019)
 

Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu, dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk penyucianmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersebar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi, Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang terpencil dan berdoa. (Luk 5:12-16) 
Bacaan Pertama: 1Yoh 5:5-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 147:12-15,19-20 
Para penderita kusta dan sakit-penyakit kulit lainnya membawa dalam diri mereka stigma “najis” dilihat dari sudut rituale keagamaan. Pada zaman Yesus mereka dipaksa untuk hidup dalam semacam “karantina”. yang kondisinya buruk, kotor dan jorok. Kita hanya dapat membayangkan beban berat psikologis dan emosional sehari-hari yang harus dipikul oleh orang-orang kusta ini.
Dosa adalah sebuah penyakit spiritual yang juga mengakibatkan penderitanya hidup dalam semacam “karantina”. Dosa memisahkan kita satu sama lain dan membuat kita teralienasi/terasing dari Allah. Seperti penyakit fisik, dosa juga mempengaruhi kondisi tubuh dan pikiran kita. Seperti penyakit menular, dosa juga dapat membawa pengaruh buruk atas diri para anggota Tubuh Kristus yang lain. Akhirnya, apabila tidak diurus dengan baik, kondisi pribadi seseorang yang disebabkan oleh dosa dapat menggiringnya kepada kematian kekal.
Dengan belarasa dan kasih yang besar, Yesus datang ke tengah dunia untuk menawarkan sentuhan-Nya yang menyembuhkan segala sakit-penyakit. Dengan risiko “ketularan” penyakit dan kenajisan, Yesus tetap menemui orang-orang sakit, orang-orang yang tersisihkan dlsb., kemudian membersihkan/mentahirkan mereka. Setiap kali Yesus menyentuh seseorang dan membuang penyakit atau beban berat seseorang, sebenarnya ini adalah pratanda dari saat-saat di mana Dia akan “menanggung penyakit dan kesengsaraan kita” di atas kayu salib, dengan demikian memenangkan penebusan bagi umat Allah (lihat Yes 53:4,10-12).

Dalam Yesus, kita pun dapat diubah dari kondisi tidak tahir menjadi tahir, dari sakit menjadi sehat, dari kematian berpindah ke dalam kehidupan, dari dalam kegelapan dosa berpindah ke dalam pancaran cahaya terang kehadiran Allah. Yesus datang untuk menyembuhkan kita dengan “rahmat-Nya melalui permandian kelahiran kembali dan melalui pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit 3:5). Darah Kristus yang memancar ke luar dari lambung-Nya memiliki kuat-kuasa untuk menyembuhkan kita bahkan pada hari ini, sementara kita berseru kepada-Nya: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku” (Luk 5:12).
Dalam Kristus kita tidak lagi perlu menderita luka-luka kebencian, kemurkaan dan kecemburuan. Kita pun dapat disembuhkan dari berbagai dosa yang menular. Kita tidak perlu lagi hidup dikemudikan oleh rasa takut dan dikendalikan oleh rasa bersalah. Yesus mengampuni kita, menawarkan kepada kita damai sejahtera dan suatu hidup baru dalam Dia. Apabila kita mengenakan kebenaran-Nya, maka kita pun dapat berjalan dalam terang-Nya, bahkan dengan orang-orang dari siapa kita dahulu telah teralienasi. Semua ini sungguh merupakan pesan pengharapan!
Berbicara dalam nama TUHAN (YHWH), nabi Yehezkiel bernubuat: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu ……  Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu …” (Yeh 36:25-26). Saudari dan Saudara yang dikasihi Kristus, marilah sekarang kita berpaling kepada Yesus dalam iman dan memperkenankan Dia membersihkan kita.
DOA: Tuhan Yesus, jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Amin.

Rabu, Januari 09, 2019

YESUS DIUTUS UNTUK MENGGENAPI JANJI-JANJI ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Kamis, 10 Januari 2019)
 

Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Lalu tersebarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementaraa itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya dan setelah membuka kitab itu, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Semua orang itu membenarkan dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya. (Luk 4:14-22a) 
Bacaan Pertama: 1Yoh 4:19-5:4; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-2,14-15,17 
“Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk 4:21) 
Pada hari ini, Yesus menggenapi nubuatan untuk “mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin” dan “memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan” (Luk 4:18,19; bdk. Yes 61:1 [lengkap: 61:1-4]). Kita mengetahui bahwa Yesus adalah sang Mesias, “Dia yang diurapi”, yang diutus untuk memenuhi janji-janji Allah. Namun demikian, baiklah anda sekarang membayangkan diri anda sebagai salah seorang yang hadir dalam sinagoga di Nazaret, mendengar Yesus mengumumkan bahwa petikan dari kitab nabi Yesaya yang dibacakan oleh-Nya itu dipenuhi di depan mata anda sendiri: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk 4:21). Barangkali anda bertanya dalam hati: “Bagaimana saya sungguh dapat dibebaskan dari dosa, atau dibebaskan dari rasa bersalah dan ketiadaan harapan? Kapankah terakhir kali saya merasa diperhatikan oleh seorang pribadi manusia yang lain, …… oleh Allah?”

Bagi seorang Yahudi pada zaman Yesus, “tahun rahmat Tuhan” mengacu pada tahun Yubileum (tahun Yobel) yang digambarkan dalam kitab Imamat bab 25. Setiap tahun yang ke-50 (tahun setelah 7 x 7 tahun sabat) harus dikuduskan, semua utang harus diampuni sebagai lunas dan semua budak harus dibebaskan; setiap orang di Israel dipanggil untuk merayakan dan beristirahat. Tahun sabat adalah setiap tahun ke-7, tahun perhentian penuh; sabat bagi TUHAN (YHWH), setelah 6 tahun bekerja keras. Terima kasih penuh syukur patut kita sampaikan kepada Yesus, karena dengan kehadiran-Nya dosa kita dapat diampuni setiap hari; perbudakan terhadap cara-cara lama dapat  dihilangkan setiap waktu melalui Roh-Nya. Kita semua dapat bersukacita selagi kita mendengar kata-kata ini.
Sebelum episode di Nazaret ini, Yesus telah diurapi dengan Roh Kudus pada waktu dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, lalu dicobai di padang gurun (Luk 3:21-22; 4:1). Melalui baptisan, kita ikut ambil bagian dalam pengurapan ini. Seperti Yesus, kita pun telah diperlengkapi dengan apa saja yang diperlukan untuk memberitakan “pembebasan kepada orang-orang tawanan” dan kebaikan Allah kepada orang-orang di sekeliling kita. Roh Kudus yang ada dalam diri kita ingin agar kita men-sharing-kan Injil dengan orang-orang lain, dengan penuh kepercayaan bahwa Dia akan menolong kita.

Allah ingin agar anak-anak-Nya membuka hati mereka bagi “wong cilik”, orang-orang yang tersingkirkan dalam masyarakat, mereka yang merasa tertekan oleh kecemasan dan berbagai kesulitan hidup, mereka yang masih terbelenggu oleh dosa. Selagi Roh Kudus berseru dalam diri kita, “Abba! Bapa!” (Rm 8:15) dan memberikan kepada kita kata-kata yang cocok untuk diucapkan pada saat yang cocok, maka kita mampu untuk membawa kebaikan Allah kepada mereka yang membutuhkan.
DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakasih, kami ingin menerima kebaikan-Mu, ya Tuhanku. Engkau telah membebaskan kami dari perbudakan dosa dan telah membuka mata kami terhadap hikmat-kebijaksaan yang kami peroleh karena mengikuti jalan-jalan-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, berdayakanlah kami agar dapat menuntun orang-orang lain kepada-Mu, sehingga dengan demikian Kabar Baik Yesus Kristus dapat diterima di dalam hati semua umat-Mu. Bentuklah kami masing-masing agar semakin serupa dengan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.