Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Khamis, April 26, 2018

TUHAN YESUS ADALAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Jumat, 27 April 2018
Serikat Yesus: Peringatan S. Petrus Kanisius, Imam Pujangga Gereja
 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Apabila aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
Kemana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” Kata Tomas kepada-Nya, “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Kata Yesus kepadanya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:1-6) 
Bacaan Pertama: Kis 13:26-33; Mazmur Tanggapan: Mzm 2:6-11
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6)
Yohanes menggunakan kata-kata ini untuk menggambarkan sentralitas dari peranan Yesus dalam penyelamatan. Ajaran-ajaran Yesus ini berada pada pusat niat Allah bagi para murid-Nya dan fondasi dari kehidupan mereka sebagai murid-murid-Nya. Kata-kata ini sungguh memberi pengharapan kepada para murid-Nya dahulu dan juga kita sekarang sebagai umat yang percaya!
Yesus mengungkapkan hasrat paling besar dari Allah, yaitu bahwa kita akan berdiam bersama dengan Dia selamanya dan bahwa Yesus sendirilah yang akan berjalan di depan kita guna menyiapkan sebuah tempat bagi kita dan membawa kita ke sana (Yoh 14:3-4). Pertanyaan yang diajukan oleh Tomas berkaitan dengan “jalan” (Yoh 14:5) menyediakan konteks bagi Yesus untuk menjelaskan tujuan dari hidup manusia dan sarana-sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Tujuan manusia adalah “datang kepada Bapa”; jalan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui Yesus … hanya Yesus! (Yoh 14:6).
Yesus tidak hanya sekadar “sebuah jalan”, atau hanyalah “seorang pemandu” sepanjang jalan. Ia adalah “sarana” melaluinya kita datang kepada Bapa; … melalui iman kepada Yesus dan mengikuti jejak-Nya, maka kepada orang diberikan hidup kekal. Yesus melipat-gandakan peranan-Nya sebagai “jalan” dengan mengatakan bahwa Dia adalah “kebenaran” dan “hidup”. Arti dari kata-kata Yunani dari kata-kata ini dapat memberi pencerahan atas kepenuhan maknanya.
Kata “kebenaran” mengacu pada hakekat aktual dari sesuatu, dan diperlawankan dengan “penampilan” (Inggris: appearance) dan “lambang-lambang” (Inggris: symbols). Yesuslah satu-satunya jalan yang benar kepada Bapa surgawi, jalan yang memimpin kepada kehidupan. “Hidup” tidak hanya mengacu pada hidup-fisik, melainkan juga “hidup spiritual”, kebahagiaan penuh-berkat yang tertinggi, yang dimaksudkan oleh Allah bagi umat-Nya. Selagi kita merangkul erat-erat sabda Yesus dalam iman, kita melihat bahwa kebenaran ini akan membawa kepada kita kehidupan dan menarik kita kepada Bapa surgawi.
Datang kepada Bapa surgawi memerlukan upaya dari pihak kita selagi kita menanggapi rahmat-Nya. Dalam hal ini kita perlu berdoa dan meditasi atas kebenaran-kebenaran iman-kepercayaan kita; kita juga membutuhkan “persekutuan” (Latin: Communio) dengan saudari-saudara yang lain dalam Tubuh Kristus, yaitu Gereja,  dan tidak kalah pentingnya adalah bagi kita untuk terlibat secara positif dalam mengasihi orang miskin dan menderita dalam masyarakat kita. Mengapa? Karena Allah menyatakan diri-Nya dalam diri orang-orang lain, teristimewa dalam diri “wong cilik”. Ini adalah upaya yang akan memampukan kita untuk mengikuti “jalan” itu. Inilah alasannya mengapa senantiasa baik bagi kita untuk membuat resolusi spiritual setiap bulan dalam rangka mengikuti jejak Yesus untuk sampai kepada Bapa di surga.
DOA: Tuhan Yesus, kami percaya dengan sepenuh hati bahwa Engkau adalah “jalan dan kebenaran dan hidup”, dan tidak ada seorang pun dapat datang kepada Bapa di surga tanpa melalui Engkau. Terpujilah nama-Mu yang mahakudus, sekarang dan selamanya. Amin.
Sumber :

Rabu, April 25, 2018

ALLAH BEGITU MENGASIHI KITA DAN INGIN AGAR KITA ADA BERSAMA DIA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Kamis, 26 April 2018)
Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia; tetapi Yohanes meninggalkan mereka lalu kembali ke Yerusalem. Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat menyuruh bertanya kepada mereka, “Saudara-saudara, jika ada di antara kamu mempunyai pesan untuk menguatkan umat ini, sampaikanlah!” Lalu bangkitlah Paulus. Ia memberi isyarat dengan tangannya, lalu berkata, “Hai orang-orang Israel dan kamu yang takut akan Allah, dengarkanlah! Allah umat Israel ini telah memilih nenek moyang kita dan membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan tangan-Nya yang teracung Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri itu. Empat puluh tahun lamanya Ia bersabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun. Setelah membinasakan tujuh bangsa di tanah Kanaan, Ia membagi-bagikan tanah itu kepada mereka untuk menjadi warisan mereka selama kira-kira empat ratus lima puluh tahun. Sesudah itu Ia memberikan mereka hakim-hakim sampai pada zaman Nabi Samuel. Kemudian mereka meminta seorang raja dan Allah memberikan kepada mereka Saul anak Kish dari suku Benyamin, empat puluh tahun lamanya. Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah bersaksi, “Aku telah mendapat Daud anak Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.’ Sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, dari keturunnyalah Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan baptisan tobat kepada seluruh bangsa Israel. Ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata, ‘Sangkamu aku ini siapa? Aku bukan Dia. Sesungguhnya Ia akan datang kemudian daripada aku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak.’ (Kis 13:13-25)
Mazmur Tanggapan: Mzm  89:2-3,21-22,25,27; Bacaan Injil: Yoh 13:16-20
Apakah yang anda akan lakukan apabila anda dipanggil untuk memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang-orang yang anda belum pernah temui sebelumnya? Apakah hal paling penting yang anda ingin katakan kepada mereka? Pesan Injil sebenarnya jelas. Allah begitu mengasihi kita dan ingin agar kita ada bersama Dia. Dia selalu setia dengan janji-janji-Nya. Inilah pesan yang diwartakan oleh Paulus kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia di Pisidia. Inilah juga pesan yang harus kita beritakan pada zaman modern ini.
Pada waktu Paulus dan Barnabas diutus untuk perjalanan misioner mereka yang pertama, mereka berkhotbah dalam sinagoga. Paulus menggunakan kesempatan ini untuk berbicara kepada orang-orang yang hadir tentang kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-janji yang telah dibuat-Nya melalui para nabi. Secara singkat memaparkan jalan sejarah bangsa Yahudi sambil menggambarkan betapa Bapa di surga tetap setia kepada umat-Nya dari zaman ke zaman – bahkan pada saat-saat di mana mereka meninggalkan-Nya. Pada akhirnya, Allah memberikan Yesus kepada mereka, sebagai Dia yang melalui-Nya mereka dapat menerima keselamatan seperti yang dimaksudkan-Nya.

Apabila Allah tetap komit kepada umat-Nya dari abad ke abad, kita dapat mempercayai-Nya untuk kesetiaan-Nya kepada kita juga. Apalagi kita tahu bahwa kita adalah orang-orang pendosa yang sungguh membutuhkan penebusan. Yesus menyerahkan hidup-Nya sendiri agar kita dapat memperoleh suatu kehidupan baru. Yang kita perlukan hanyalah menerima kehidupan baru tersebut. Dalam Yesus kita mempunyai harta kekayaan yang tak terkira nilainya. Suatu jaminan dan pengharapan yang penuh berkat!
Kita dapat bertanya kepada diri kita masing-masing: Apakah aku telah mengalami kebenaran yang indah ini? Kita juga dapat mengambil waktu untuk memandang kehidupan kita di masa lampau dan mohon kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada kita jalan-jalan yang telah kita tempuh di bawah bimbingan-Nya dan perlindungan-Nya. Kita mohon kepada-Nya agar menunjukkan kepada kita saat-saat di mana tangan-tangan Allah terlihat campur tangan dalam kehidupan kita, bahkan ketika kita sedang berada jauh dari diri-Nya. Baiklah kita mengingat juga kapan saja Dia menjawab doa-doa kita dan setia pada janji-janji-Nya. Marilah kita berterima kasih penuh syukur kepada-Nya untuk saat-saat itu dan biarlah kebenaran-kebenaran-Nya mencairkan hati kita masing-masing. Biarlah Dia merangkul diri kita dengan penuh kasih.
DOA: Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu, ya Bapa, karena Engkau senantiasa beserta kami dan tidak pernah membuang kami. Terima kasih karena Engkau telah memberikan Putera-Mu yang tunggal kepada kami dan berbagi/syering hidup-Mu dengan kami. Kami juga berterima kasih karena Engkau menginginkan kami agar bersama-Mu sepanjang segala masa dan mengasihi kami dengan suatu kasih yang kekal. Amin.
Sumber :

Sabtu, April 21, 2018

HANYA YESUS YANG DAPAT MENYELAMATKAN KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH IV [TAHUN B], 22 April 2018)
HARI MINGGU PANGGILAN
Lalu Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus, menjawab mereka, “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu perbuatan baik kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa mana orang itu disembuhkan, maka ketahuilah  oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati – bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dalam keadaan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun ia telah menjadi batu penjuru. Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:8-12) 
Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,21-23,26,28-29; Bacaan Kedua: 1Yoh 3:1-2; Bacaan Injil: Yoh 10:11-18 
“Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12)
Ada pesan indah yang terdapat dalam cerita tentang seorang lumpuh yang disembuhkan dalam nama Yesus (lihat Kis 3:1-10; bacaan pertama Misa Kudus, Hari Rabu dalam Oktaf Paskah). Orang itu lumpuh sejak lahir dan sudah berumur 40 tahun. Setelah disembuhkan, akhirnya dia mampu masuk ke dalam Bait Allah, sambil melompat-lompat serta memuji-muji Allah (lihat Kis 3:8). Karena mukjizat itu orang-orang berkumpul, dan Petrus pun mulai berkhotbah. Dia berbicara kepada orang-orang itu tentang keselamatan yang dari Yesus dan memberi kesaksian yang berani perihal kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Kita dapat membayangkan betapa hati para pendengar yang menjadi percaya begitu dipenuhi oleh sukacita dan pengharapan.
Namun demikian, para pemuka agama Yahudi tidak mau menerima Kabar Baik tersebut, mereka malah menolaknya mentah-mentah. Kendati pun ada bukti jelas perihal kesembuhan orang lumpuh yang sekarang jelas-jelas sehat berdiri di depan mereka dan mereka pun menerima terlibatnya kuat-kuasa tertentu di luar kekuatan yang bersifat alamiah dalam “keajaiban” tersebut, para pemuka agama Yahudi itu tetap saja menolaknya.
Dengan Wafat dan Kebangkitan-Nya, Yesus telah menyelamatkan kita semua (bdk. Tit 3:5). Untuk menerima anugerah keselamatan ini, kita harus percaya kepada Yesus (Ef 2:8). Kita juga harus mengakui kebutuhan kita untuk diselamatkan. Kita semua telah berdosa (Rm 3:23), dan kita tidak bisa serta tidak mampu untuk memberi silih atas satu dosa saja dari segala dosa kita, sebab akibat dari dosa itu sangat fatal dan merusak. Maka untuk mengakui adanya kebutuhan untuk diselamatkan, kita harus mulai menyadari betapa buruk dan besarnya dosa-dosa kita, kemudian mengakui kesalahan-kesalahan kita.

Apabila kita menahan rasa salah atau malahan menyangkalnya, atau begitu tidak manusiawi karena memandang diri kita tidak dapat berbuat salah, maka kita tidak akan pernah menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita. Mengapa? Karena kita tidak mau menerima kenyataan adanya kebutuhan kita untuk diselamatkan.
Itulah sebabnya mengapa Petrus – pada hari Pentakosta dan setelahnya – mengkhotbahkan pesan adanya kesalahan dan dosa-dosa kita-manusia selain pesan tentang adanya penyelamatan. Sang Rasul berkata kepada para pemuka agama Yahudi: “…… Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, ……” (Kis 4:10; bdk. 2:23). “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun ia telah menjadi batu penjuru” (Kis 4:11; bdk. Mzm 118:22). “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh melalui tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis 2:23). “Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telaah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus memutuskan untuk melepaskan Dia. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh untuk diberikan kepada kamu. Kamu telah membunuh Perintis Kehidupan, tetapi Allah telah membangkitkan dia dari antara orang mati, dan tentang hal itu kami adalah saksi” (Kis 3:13-15), “…… karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu diampuni” (Kis 3:19).
Sekarang, marilah kita mengingat berbagai dosa dan kesalahan kita masing-masing. Baiklah kita mengakui bahwa kita masing-masing sebenarnya ikut ambil bagian dalam penderitaan sengsara, penyaliban sampai mati dari Yesus itu. Tujuan akhir dari proses ini adalah pertobatan, keselamatan dan hidup baru dalam Kristus yang bangkit.
DOA: Bapa surgawi, dikuduskanlah nama-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, jadikanlah aku seorang pribadi yang dapat merasakan diri bersalah karena hal ini sehat dan berikanlah kepadaku iman agar dapat sungguh selamat. Amin.
Sumber :

Jumaat, April 20, 2018

MELALUI ROH KUDUS, YESUS MENGULURKAN TANGAN-NYA KEPADA KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Sabtu, 21 April 2018) 
Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan dan jumlahnya bertambah besar oleh pertolongan Roh Kudus.
Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang tinggal di Lida. Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya, “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangkitlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangkitlah orang itu. Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan.
Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita – dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Karena Lida dekat dengan Yope, murid-murid yang mendengar bahwa Petrus ada di Lida, menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan, “Segeralah datang ke tempat kami.”  Lalu berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setibanya di sana, ia dibawa ke ruang atas. Semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian yang dibuat Dorkas waktu ia masih bersama mereka. Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata, “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersebar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. (Kis 9:31-42)  
Mazmur Tanggapan: Mzm 116: 12-17; Bacaan Injil: Yoh 6:60-69 
Pada bagian yang awal dari “Kisah para Rasul”, Lukas menggambarkan pengejaran dan penganiayaan terhadap Gereja di Yerusalem (Kis 8:1-3). Akan tetapi pada hari ini kita membaca Gereja “berada dalam keadaan damai”, …. “dibangun”(Kis 9:31). Mengapa terjadi perubahan seperti itu? Bagian akhir dari ayat ini memberikan alasannya: “hidup dalam takut akan Tuhan dan bertambah besar oleh pertolongan Roh Kudus” (Yoh 9:31). Bilamana kita (anda dan saya) disentuh Roh Kudus, maka kita akan bergerak dalam hidup kita secara bebas dan dengan penuh keyakinan.

Kita melihat kebebasan ini dalam diri Petrus, seorang mantan nelayan biasa yang membuat mukjizat-mukjizat yang serupa dengan mukjizat-mukjizat Yesus sendiri. Apakah Petrus merasa gugup ketika menghadapi kelumpuhan yang diderita Eneas dan/atau kematian Tabita (Dorkas)? Dari bacaan di atas, tidak nampak adanya tanda-tanda kegugupan dalam diri Petrus dalam situasi-situasi yang dihadapinya. Daripada membiarkan dirinya dihinggapi rasa bingung apa yang harus dikatakannya atau bagaimana mengatakannya, rasa percaya Petrus pada Yesus memampukannya untuk bertindak secara bebas dan dengan kesederhanaan yang besar dan mengagumkan. Petrus menggunakan kata-kata sehari-hari yang tidak muluk-muluk. Kepada Eneas yang sudah 8 tahun lamanya terbaring di tempat karena lumpuh, Petrus berkata: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangkitlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” (Kis 9:34). Kepada Tabita yang sudah menjadi mayat, Petrus berkata; “Tabita, bangkitlah!” (Kis 9:40). Tentu Petrus berdoa sebelum melakukan mukjizat, seperti dalam kasus Tabita di mana tercatat Petrus menyuruh semua orang ke luar, lalu ia berlutut dan berdoa (Kis 9:40). Petrus membuat banyak mukjizat yang memimpin orang banyak berbalik kepada Tuhan (Kis 9:35,42).
Mengamati bagaimana Yesus bertindak melalui Petrus seharusnya membuat kita berpikir. Petrus ini bukanlah seseorang yang mempunyai reputasi sebagai seorang yang fasih berbicara atau berpidato dan juga bukanlah orang yang dapat mengontrol diri. Sebaliknya dia dikenal sebagai orang yang suka berbicara tanpa pikir-pikir terlebih dahulu, seorang yang suka bertindak secara impulsif. Apabila seseorang yang jauh dari sempurna itu dipanggil untuk melakukan pekerjaan Tuhan, maka apakah tidak mungkin apabila Yesus pun ingin menggunakan kita juga? Bukankah tetap ada kemungkinan bagi kita untuk dapat melayani Dia tanpa harus menjadi sempurna atau sepenuhnya yakin bagaimana harus melangkah selanjutnya?
Kita dapat mencoba mengikuti arahan/pimpinan dari Roh Kudus, namun bagaimana kalau hasilnya tidak positif? Contoh-contoh dari Petrus menunjukkan bahwa Kristus hidup dalam diri kita masing-masing. Secara tetap Dia menawarkan keberanian dan pengharapan. Jadi, kalau memang diperlukan, kita bertobat dan mengakui dosa-dosa kita, kemudian mendengarkan suara Yesus yang lemah-lembut yang akan menolong kita kembali ke rel ….. membangun Kerajaan-Nya. Melalui Petrus, Yesus mengulurkan tangan-Nya sendiri kepada Tabita dan membantunya untuk bangkit berdiri. Demikian pula, melalui Roh Kudus-Nya, Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada kita. Oleh karena itu marilah kita bangkit dalam setiap peristiwa, kita berbicara bebas tentang Kabar Baik kepada setiap orang yang kita jumpai, tentunya seturut dorongan Roh Kudus.
DOA: Tuhan Yesus, dengan kekuatanku sendiri aku tidak akan pernah mampu melakukan hal-hal yang Kaulakukan. Namun demikian Engkau sangat bermurah-hati. Engkau telah membagikan Roh Kudus-Mu sendiri dengan diriku dan memberdayakanku untuk melakukan pekerjaan-Mu. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Bentuklah hatiku. Aku sungguh ingin menjadi seperti Engkau. Amin.
Sumber :

Khamis, April 19, 2018

SAULUS BERTOBAT

(Bacaan Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Jumat, 20 April 2018)
Sementara itu hati Saulus masih berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa untuk dibawa kepada rumah-rumah ibadat Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikut Jalan Tuhan, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
Dalam perjalanan ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapa Engkau, Tuan?”  Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah  ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Teman-teman seperjalanannya pun termangu-mangu karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang pun. Saulus bangkit berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Selama tiga hari ia tidak dapat melihat dan selama itu juga ia tidak makan dan minum.
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Tuhan berfirman kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!”  Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!”  Firman tuhan, “Bangkitlah dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sedang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Lagi pula di sini dia memperoleh kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”  Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk  ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”  Seketika itu juga seolah-oleh selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (Kis 9:1-20)
Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Injil: Yoh 6:52-59
Cerita mengenai pertobatan Santo Paulus barangkali merupakan salah satu yang paling dramatis dari cerita-cerita yang termuat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Cerita itu pun merupakan undangan istimewa bagi kita semua untuk mengingatkan kita pada pertobatan kita masing-masing. Beberapa dari kita telah mempunyai pengalaman dramatis di mana kita merasakan perubahan yang terjadi secara instan. Akan tetapi, orang-orang lain mempunyai pengalaman perubahan yang terjadi secara tahap demi tahap sementara terang Kristus dengan perlahan-lahan terbit di atas diri kita. Apa pun yang terjadi, bukti telah terjadinya pertobatan atau conversio adalah hidup yang berubah. Apabila kita (anda dan saya) mencoba hidup bagi Yesus setiap hari dan berupaya untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, maka dalam hal ini ada conversio. Seperti yang ditulis oleh Santo Paulus sendiri: “…… tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1Kor 12:3).

Bilamana anda merasa kurang yakin apakah anda telah melakukan pertobatan atau conversio, maka cobalah melakukan exercise berikut ini. Ambillah secarik kertas. Tulislah di bagian kiri: SEBELUM KRISTUS, dan tulislah di bagian kanan: SESUDAH PERTOBATAN. Tutuplah mata anda sejenak dan renungkanlah bagaimana hidup anda sebelum anda sampai pada iman-kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Kristus. Setelah itu anda mulai menuliskan kata-kata atau frase-frase untuk menggambarkannya. Di bawah judul SEBELUM KRISTUS, anda dapat menulis kata-kata atau frase-frase seperti berikut ini (ini hanyalah contoh-contoh): hidup yang berpusat pada diri sendiri, merasa takut, sombong, hidup tanpa tujuan yang jelas, didorong oleh hasrat akan kenikmatan duniawI, gelisah, sering marah. Sekarang renungkanlah sejenak kehidupanmu sekarang (SESUDAH PERTOBATAN): Kata-kata atau frase-frase seperti hidup yang berpusat pada Allah, penuh sukacita, merasa diampuni oleh Allah, berbahagia, merasa damai, menaruh kepercayaan kepada orang lain, sabar. Apa pun yang ditulis di sebelah kiri atau kanan, kita masing-masing harus mampu mengindentifikasikan bagaimana daftar sebelah kiri telah semakin sedikit dan singkat dan daftar di sebleh kanan telah semakin banyak dan panjang.
Dalam Wasiatnya yang dibuat menjelang kematiannya, Santo Fransikus dari Assisi menggambarkan pertobatannya dengan singkat dan menarik: “Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus, untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Akan tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Setelah aku meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu aku meninggalkan dunia” (Wasiat 1-3). Dari sini kita lihat bahwa inisiatif selalu berada di pihak Allah. Dia-lah yang memberikan karunia/anugerah kepada seseorang untuk melakukan pertobatan. Tugas orang bersangkutan adalah membuka diri bagi anugerah Allah itu.
Khotbah-khotbah Paulus, baik dalam “Kisah para Rasul” maupun banyak suratnya yang terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dipenuhi dengan acuan-acuan kepada awal pertobatannya – hari di mana Paulus mulai memberikan hidupnya kepada Yesus. Baiklah bagi kita semua untuk mencoba hal yang sama. Baiklah bagi kita masing-masing menulis secara singkat “cerita pertobatan” kita sendiri. Bagaimana kita mulai sungguh mengenal dan mengalami Yesus sebagai penebus dan Tuhan (Kyrios) dari alam tercipta? Apa yang memotivasi diri kita masing-masing memberikan hati kita kepadanya dan menyambut Dia ke dalam hidup kita? Kita juga harus sering melakukan review atau tinjauan-ulang, dan mengamati pertumbuhan rohani kita selagi Roh Kudus mengisi diri kita dengan keyakinan akan kuat-kuasa Allah untuk memberi hal-hal baik bagi umat-Nya yang setia.
DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau membawa diriku untuk beriman kepada-Mu. Aku mohon kepada-Mu agar aku Kauberikan kesempatan untuk syering/berbagi dengan orang lain bagaimana Engkau telah membuat perubahan dalam hidupku. Amin.
Sumber :

Selasa, April 17, 2018

YESUS MENAWARKAN ROTI KEHIDUPAN KEPADA KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Kamis, 19 April 2018)
Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: ‘Mereka semua akan diajar oleh Allah.’ Setiap orang, yang telah mendengar dan belajar dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, dialah yang telah melihat Bapa. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Siapa saja yang percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Akulah roti kehidupan. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati. Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. (Yoh 6:44-51)
Bacaan Pertama: Kis 8:26-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:8-9.16-17,20
“Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa.” (Yoh 6:44)
Apakah yang menarik orang kepada Yesus? Mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nyakah? Pengusiran roh-roh jahat yang dramatis itukah? Membangkitkan orang matikah? Barangkali tidak! Orang-orang Yahudi sudah terbiasa dengan konsep mukjizat dan tanda heran lainnya. Pada zaman Musa ada manna yang turun dari surga di tengah-tengah padang gurun. Elia telah menghentikan hujan untuk tidak turun selama tiga tahun dan mendatangkan api dari surga.
Orang-orang berduyun-duyun mendatangi Yesus karena Dia menawarkan kepada mereka sesuatu yang lebih daripada sekadar tanda-tanda ajaib dari surga. Yesus menawarkan kepada mereka “Roti Kehidupan” – makanan spiritual dan relasi pemberian-hidup yang vital dengan Allah. Yesus menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka tidak perlu pergi mencari di atas gunung yang sunyi terpencil atau sebuah kuil untuk menemukan kehadiran Allah. Allah selalu ada beserta mereka, bekerja dalam situasi sehari-hari kehidupan mereka. Yang mereka butuhkan adalah mengenali suara-Nya dalam ucapan kata-kata pengampunan, kata-kata pemberian dukungan, kata-kata penghiburan, kata-kata peneguhan dari orang-orang yang penuh perhatian. Juga merasakan sentuhan-Nya dalam sentuhan  tangan-tangan orang yang memperhatikan dengan penuh kasih, dan mengalami kebaikan-Nya dalam karya pelayanan kasih orang-orang yang berprihatin terhadap situasi mereka.

Santo Martinus dari Tours [316-397] memberi separuh dari jubahnya kepada seorang pengemis yang sedang menggigil kedinginan. Dalam suatu penglihatan, dia disadarkan bahwa pengemis itu adalah Yesus sendiri, yang menjadi miskin demi kita manusia berdosa. Pada waktu Santo Fransiskus dari Assisi [1181-1226] merangkul dan mencium seorang kusta, ternyata dia disadarkan bahwa dia sebenarnya melihat Yesus yang tersalib demi keselamatan kita. Ketika Santa Bunda Teresa dari Kalkuta [1910-1997] membawa seorang tunawisma yang hampir mati di pinggir jalan ke dalam rumah penampungan yang diasuhnya, sebenarnya dia berjumpa dengan Yesus, yang tidak memiliki rumah dan kenyamanan demi meringankan serta menghilangkan penderitaan kita-manusia karena keterpisahan dari Allah.
Apakah kiranya yang menggerakkan hati seorang ibu untuk merawat bayinya sepanjang malam hari dan/atau menghibur seorang anaknya yang sedang sakit? Apakah yang mendesak seorang pekerja tambang yang sudah keletihan untuk menolong sepanjang malam seorang rekan kerjanya yang terjebak karena tanah longsor? Apakah yang membuat orang melawan bahaya yang mengancam dirinya sendiri untuk menyelamatkan seseorang yang terjebak dalam sebuah rumah yang sedang terbakar hebat, atau orang yang hampir tenggelam? Mengapa terdapat begitu banyak sukarelawati-sukarelawan yang bekerja berjam-jam seharinya untuk menolong anak-anak yang mengalami cacat fisik ataupun mental; juga dalam bidang pendidikan, perawatan orang sakit, perumahan yang layak dlsb. Jawaban untuk semua pertanyaan di atas: kasih Allah!

Allah senantiasa ada di  belakang setiap tindakan kebaikan, bahkan ketika tidak seorang pun mengenali kehadiran-Nya. Oleh karena itu dunia ini tidaklah tanpa pengharapan. Kehadiran-Nya yang tidak terlihat diungkapkan dalam setiap senyum penuh persahabatan, setiap pekerjaan baik yang dilakukan, setiap pengampunan atas hutang, setiap relasi-pribadi terluka yang disembuhkan. Allah menggunakan “bejana-bejana tanah liat”, bahkan juga “orang yang tidak percaya”, untuk menunjukkan kemuliaan dan kebaikan-Nya kepada sebuah dunia yang membutuhkan kasih dan belas kasih-Nya.
DOA: Bapa surgawi, kebaikan-Mu memenuhi seluruh bumi. Semoga kebaikan hati-Mu mencairkan hati kami dengan puji-pujian dan ketakjuban. Amin.
Sumber :

Isnin, April 16, 2018

ROH KUDUSLAH YANG BEKERJA DALAM DAN LEWAT DIRI PARA MURID/RASUL

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III – Rabu, 18 April 2018)
Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua memperhatikan dengan sepenuh hati apa yang diberitahukannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh  dan orang timpang disembuhkan. Karena itu, sangatlah besar sukacita dalam kota itu. (Kis 8:1b-8)
Mazmur Tanggapan:  Mzm 66:1-3a,4-7a; Bacaan Injil: Yoh 6:35-40
Seperti Stefanus dan para murid/rasul yang lain, Filipus juga orang biasa-biasa saja, seperti kita. Hanya ada satu rahasia dari Filipus ini … dia menyerahkan dirinya sepenuh-penuhnya kepada Yesus. Karena dirinya dipenuhi Roh Kudus, maka Filipus mampu untuk membuat mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda heran lainnya, juga mewartakan Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus.
Stefanus dan Filipus adalah “orang-orang biasa” yang melakukan “hal-hal luarbiasa” oleh kuat-kuasa Roh Kudus dalam diri mereka. Pada setiap zaman, Allah mencari orang-orang biasa yang mau memberikan diri mereka kepada Yesus dan menjadi alat-alat-Nya dalam dunia.
Berbagai mukjizat, tanda heran, dan penyembuhan, merupakan bagian-bagian hakiki dari Injil. Allah tidak bermaksud bahwa peristiwa-peristiwa istimewa ini hanya terjadi pada zaman Yesus di tanah Palestina dulu. Semua itu juga bukan merupakan “bumbu pemanis” dalam kitab-kitab Injil, bukan dongeng atau pun mitos, yang disusun oleh Gereja Perdana untuk tujuan pengajaran. Dalam setiap generasi Allah melakukan hal-hal yang dipenuhi keajaiban melalui pelayan-pelayan-Nya yang nota bene  adalah orang-orang biasa. Berbagai mukjizat, tanda-tanda heran lainnya, pengusiran roh-roh jahat dan penyembuhan merupakan suatu bagian integral dari setiap kegiatan evangelisasi.
Dari bacaan Injil kita dapat melihat, bahwa Yesus membuat mukjizat, mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan orang-orang sakit secara tetap, namun bukan maksud Yesus untuk memperagakan showmanship atau “tebar pesona”. Samasekali bukan! Yesus bukan tukang sulap, bukan seorang entertainer dan bukan pula seorang stage performer (pemain panggung) pada umumnyaSetiap mukjizat yang dibuat Yesus dimaksudkan untuk menarik orang-orang kepada diri-Nya dan kepada Bapa-Nya yang berbelas-kasih. Kuasa Allah menakjubkan yang bekerja dalam diri dan melalui Filipus seyogianya menjadi pelajaran sangat berguna bagi kita semua, bahwa kita dapat mengandalkan diri pada rahmat Allah untuk hal-hal yang tidak terbatas pada kebutuhan kita sehari-hari. Mukjizat-mukjizat terjadi setiap hari manakala Allah bergerak. Ia pun memiliki hasrat mendalam agar berbagai mukjizat menjadi bagian dari pengalaman hidup kita juga.

Allah memberikan karunia-karunia berbeda-beda kepada masing-masing kita (lihat 1Kor 12 dan 14; bdk. Ef 4). Akan tetapi karya Roh Kudus dapat terhambat apabila kita dibatasi/membatasi diri dengan ide-ide yang sudah ada dalam pikiran kita tentang apa yang dapat kita harapkan dari Allah. Oleh karena itu, marilah kita mohon kepada Roh Kudus agar kita dapat memahami Injil dan kuasa pesan Injil itu secara lebih mendalam. Tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat dilakukan oleh Allah. Kita harus yakin bahwa Allah melakukan apa saja untuk memulihkan kita – dalam roh, pikiran dan fisik kita. Baiklah kita menghadap Dia setiap hari dengan ketaatan yang penuh kerendahan-hati. Kita persilahkan kuasa-Nya yang menakjubkan untuk bekerja dalam diri kita.
DOA: Roh Kudus, tolonglah aku membuka pintu hatiku lebar-lebar bagi-Mu. Datanglah, ya Roh Kudus dan ubahlah aku. Tolonglah aku agar dapat menerima karunia-karunia yang kaukehendaki untuk dianugerahkan kepadaku, sehingga dengan demikian aku dapat mewartakan Injil Tuhan Yesus Kristus dengan efektif. Perkenankanlah aku mengalami kuat-kuasa-Mu yang menakjubkan itu dalam hidupku. Amin.
Sumber :

Ahad, April 15, 2018

IMAN–KEPERCAYAAN KEPADA SEORANG PRIBADI YANG TELAH DIUTUS ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Senin, 16 April 2018)
Keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat bahwa tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.
Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya, “Rabi, kapan Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang telah dimeteraikan Allah Bapa.” Lalu kata mereka kepada-Nya, “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka, “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh 6:22-29)
Bacaan Pertama: Kis 6:8-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:23-24,26-27,29-30
“Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yoh 6:29).
“Kalau saja aku dapat percaya kepada Allah dengan lebih teguh!” “Betapa kecewa tentunya Allah terhadap ketiadaan imanku!” Sampai berapa seringkah kita berpikir seperti ini, menyalahkan diri kita sendiri (atau orang lain) karena tidak cukup percaya? “Pendekatan” seperti ini berlainan sekali dengan sabda Yesus kepada orang banyak di Kapernaum. Iman bukanlah sesuatu yang dihasilkan oleh upaya-upaya kita sendiri; iman adalah sebuah karya Allah dalam diri kita, suatu anugerah, suatu karunia yang diberikan oleh-Nya secara “gratis” – bebas biaya, termasuk “ongkir” tentunya.
Karunia iman ini ditanamkan dalam diri kita sebagai sebutir benih, yaitu pada waktu kita dibaptis. Benih iman ini bertumbuh setiap kali kita menyerahkan diri kita kepada Allah dalam berbagai situasi kehidupan kita, menaruh kepercayaan kita sepenuhnya kepada-Nya dan taat kepada sabda-Nya. Iman menjadi semakin mendalam setiap kali kita memperkenankan Allah membuktikan bahwa Dia penuh kasih dan kuat, mampu melindungi kita dan memberikan kepada kita hikmat-Nya.
Orang banyak yang mengikuti Yesus ke seberang Danau Galilea, yaitu Danau Tiberias, telah menyaksikan Yesus membuat mukjizat pergandaan roti dan ikan di atas gunung yang berumput hijau (Yoh 6:1-14), dan mereka ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang diri-Nya. Setelah memuaskan rasa ingin-tahu orang banyak itu, sekarang Yesus ingin memperdalam iman mereka, menggerakkan mereka untuk percaya kepada diri-Nya dan bukan hanya kepada apa yang diperbuat-Nya (Yoh 6:26). Walaupun setelah itu orang banyak masih meminta “tanda” lagi daripada-Nya untuk membuat mereka percaya kepada-Nya (Yoh 6:30), Yesus mengetahui bahwa kebutuhan riil – kebutuhan sejati – orang banyak itu adalah kebutuhan akan kasih-Nya. Oleh karena itu, Yesus melanjutkan pembicaraan-Nya dengan mereka, memancing pertanyaan-pertanyaan dari mereka agar mempersiapkan mereka untuk pekerjaan yang lebih mendalam ini.
Yesus sungguh seorang Pribadi yang sabar. Ia melihat berbagai kelemahan dan kesalahan kita – bahkan lebih jelas daripada yang kita sendiri lihat – namun Ia tidak menghukum kita. Malah Dia mengundang kita untuk “mencicipi lebih lagi” kasih-Nya dan memperkenankan-Nya menyembuhkan kita. Dipenuhi dengan belas kasih dan bela-rasa, Yesus bahkan memberikan kepada kita kemampuan untuk percaya kepada-Nya. Dengan banyak cara, secara konstan Yesus  bekerja, menyiapkan hati kita untuk pernyataan diri-Nya yang lebih mendalam. Ini sungguh “karya Allah” – menuntun kita kepada iman-kepercayaan kepada seorang Pribadi yang telah diutus-Nya.
DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu untuk kesempatan-kesempatan yang Kauberikan kepada kami untuk bertumbuh dalam iman. Oleh Roh Kudus-Mu, tolonglah kami untuk menaruh kepercayaan kepada-Mu dan untuk membuka hati kami lebih lebar lagi bagi kasih-Mu. Amin.
Sumber :