Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, Februari 28, 2012

( 12 GAMBAR ) CARA MENIRU KETIKA EXAM BUDAK ZAMAN SEKARANG

Kita semua mungkin pernah menipu / meniru dalam peperiksaan, sesetengah orang mungkin terlalu kerap. Di bawah ini merupakan cara generasi menipu dalam peperiksaan












PERTOBATAN KOTA NINIWE

( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah, Rabu 29-2-12 )

Datanglah firman TUHAN (YHWH) kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.” Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah.

Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.

Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: “Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.” Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya. (Yun 3:1-10)

Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-4,12-13,18-19; Bacaan Injil: Luk 11:29-32

Yunus melarikan diri pada waktu YHWH memerintahkan kepadanya untuk mengingatkan penduduk Niniwe tentang penghukuman atas kota itu. Ada banyak kemungkinan bahwa Yunus membenci orang Niniwe karena ancaman militer mereka terhadap kerajaan Israel sebelah utara. Mudahlah untuk membayangkan bahwa seorang Israel akan bergembira menyambut penghukuman Allah atas kota Niniwe dan penduduknya dan mereka tidak ingin berdiri di tengah menghalangi terjadinya peristiwa yang menggembirakan itu. Mengetahui bahwa Allah itu penuh belas kasihan (lihat Yun 4:2), Yunus menolak untuk mengingatkan musuh-musuhnya tentang penghakiman Allah yang akan datang. Lebih suka melihat orang-orang Niniwe itu ditimpa murka Allah, Yunus melarikan diri ke laut guna menghindarkan diri dari panggilannya. Namun Allah terus mengubarnya sampai Yunus akhirnya mau juga pergi dan mengumumkan firman Allah itu kepada orang-orang Niniwe, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan” (Yun 3:4).

Niniwe diberi waktu 40 hari untuk melakukan pertobatan, namun akhirnya hanya memerlukan satu hari saja. Begitu para penduduk kota itu diperingati, mereka berbalik kepada YHWH. Semuanya, bahkan hewan peliharaan pun tidak makan-minum sebagai suatu tanda penyesalan mereka atas dosa-dosa mereka. Menanggapi pertobatan penduduk Niniwe, Allah mengampuni kesalahan penduduk Niniwe dan Ia pun membatalkan rencana penghukuman-Nya atas kota Niniwe dan penduduknya.

Cerita Yunus ini melukiskan kuat-kuasa sabda Allah untuk menembus hati-hati manusia yang yang sudah keras-membatu. Kita dapat memakai pembalikan secara mendadak dari Niniwe sebagai sebuah contoh bagi kita dan suatu sumber pengharapan berkaitan dengan kemungkinan dampak dari sabda-Nya atas diri kita dan sesama kita. Cerita Yunus ini juga dapat mendorong kita untuk berdoa bagi mereka yang belum mengenal Tuhan dan menceritakan kepada mereka tentang Dia. Selagi kita memperkenankan Roh Kudus mengajar kita bagaimana melakukan doa-doa syafaat (doa-doa pengantaraan demi orang lain), maka doa-doa kita pun akan membuat perbedaan! Melalui doa-doa itu Tuhan akan memungkinkan orang-orang menerima sabda-Nya, bertobat dari dosa-dosa mereka, dan menerima keselamatan. Sabda Allah yang penuh kuat-kuasa akan memampukan orang-orang pada hari ini, seperti orang-orang Niniwe, untuk sungguh bertobat dan menerima belas kasihan Allah yang berlimpah.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yunus, kita pun mungkin tidak mau mendoakan atau syering iman kita dengan orang-orang yang pernah menyakiti hati kita. Akan tetapi, apabila kita mentaati perintah Yesus untuk mengasihi musuh-musuh kita, maka dalam kerahiman-Nya Allah akan membuat hati kita lembut dan menolong kita untuk mengampuni yang bersalah kepada kita. Kemudian, doa-doa syafaat kita akan terangkat tanpa halangan sampai kepada-Nya dan melepaskan aliran rahmat penyembuhan dari singgasana Allah.

DOA: Bapa surgawi, sulit bagi diriku untuk mengampuni orang-orang yang telah menyakiti hatiku. Tolonglah aku agar mau dan mampu membuka hatiku dan mengampuni mereka. Jadikanlah hatiku seperti hati Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Isnin, Februari 27, 2012

FIRMAN ALLAH SELALU BERBUAH DAN JANJI-NYA SELALU DITEPATI

( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah, Selasa 28-2-12 )

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya (Yes 55:10-11).


Sabda (Firman) Allah memang selalu menghasilkan buah-buah dan janji-janji-Nya pun selalu ditepati. Kepastian dari kebenaran ini merupakan dasar dari kemampuan Yesus untuk melanjutkan kerja pelayanan-Nya di muka umum, meskipun menghadapi tentangan dan tantangan dari orang Farisi, kebebalan para murid-Nya dan kesalah-pahaman dari anggota keluarga-Nya sendiri.
Mazmur Antar-bacaan: Mzm 34:4-7.16-19; Bacaan Injil: Mat 6:7-15.

Ketika kita mengatakan “ya” terhadap firman Allah, bilamana kita membuat firman itu menjadi milik kita sendiri oleh iman, sebenarnya kita mengatakan, “Tuhan, aku tahu bahwa aku dapat mempercayai-Mu, Engkau adalah andalanku satu-satunya, apa pun yang terjadi. Engkau memang setia sepanjang masa.”Ketidak-percayaan kita pada firman Allah adalah akibat dari kodrat manusiawi yang cenderung berdosa sebagai akibat dari pemberontakan Adam dan Hawa. Karena dosa mempunyai kecenderungan untuk mengeraskan hati kita, maka kita seringkali merasa curiga terhadap kebaikan Allah, kasih-Nya dan kesetiaan-Nya. Namun demikian, Allah tidak pernah mencampakkan kita, bahkan dalam kondisi kita yang terpuruk dan terburuk sekali pun di mata-Nya. Yesus menjadi seorang manusia, sama seperti kita, supaya Dia dapat menyelamatkan kita – meskipun kita menganggap hina dan tidak percaya kepada-Nya. Allah tetap setia pada firman-Nya, meski menghadapi tentangan dan tantangan sekalipun.

Yesus adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia (lihat Yoh 1:14). Dalam Yesus, janji-janji diwujud-nyatakan …… menjadi realitas. Pada waktu kita mengatakan “ya” kepada firman Allah dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita dapat yakin bahwa dia akan menarik kita lebih dekat lagi kepada diri-Nya. Kita pun akan mengalami Dia mencurahkan firman-Nya kepada kita “seperti hujan dan salju” (Yes 55:10) guna memperkenankan kita turut ambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. Jika Dia mengatakan bahwa rencana-Nya bagi kita itu adalah demi kebaikan dan bukannya untuk hal-hal yang buruk, maka kita dapat percaya kepada-Nya. Kalau Dia berjanji bahwa semua orang yang menyerukan nama-Nya akan diselamatkan, maka kita pun pantas merasa nyaman dan terhibur!

Allah berjanji bahwa apabila kita berdiam dalam firman-Nya dan dalam Yesus, “Firman-Nya yang kekal”, maka kita akan diubah dan disembuhkan. Oleh karena itu dalam masa Prapaskah ini seyogianya kita menyediakan secara lebih istimewa lagi prime time kita untuk pembacaan dan permenungan firman Allah dalam Kitab Suci. Buatlah diri kita sungguh hening di hadapan-Nya dan mohon Roh Kudus mengajar kita dan membimbing kita. Dalam iman, kita katakan kepada-Nya: “Ya Tuhan, aku percaya akan firman-Mu. Perkenankanlah firman-Mu itu datang dan memenuhi hidupku.” Kita harus menyingkirkan segala pemikiran atau keyakinan yang salah tentang Allah kita yang baik – kebohongan apa saja yang mencoba meyakinkan kita bahwa Dia tidak setia dalam menepati janji-janji-Nya. Kita pun akan bebas dari rasa takut dan mengalami sukacita bilamana kita melakukan tindakan-tindakan iman seperti itu. Ingatlah apa yang dikatakan oleh sang pemazmur: “Malaikat YHWH berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm 34:7 BIS-LAI; 34:8 TB-LAI).

DOA: Bapa surgawi, bukalah hatiku bagi kuat-kuasa firman-Mu untuk memperbaharui aku. Jadilah pelitaku, jalanku dan hidupku. Ajarlah aku bagaimana berdiam dalam firman-Mu dan mengikuti Yesus, Penebusku dan Guruku. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Ahad, Februari 26, 2012

YESUS KRISTUS DALAM DIRI ORANG-ORANG KECIL

( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari biasa Pekan I Prapaskah, Senin 27-2-12 )

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Lalu Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjenguk aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Lalu orang-orang benar itu akan menjawab Dia, Tuhan, kapan kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Kapan kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Kapan kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Raja itu akan menjawab mereka: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak menjenguk Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, Tuhan, kapan kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Ia akan menjawab mereka: Sesungguhnya Aku berkata, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Orang-orang ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Mat 25:31-46)

Bacaan Pertama: Im 19:1-2,11-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-10,15

Adalah seorang eksekutif muda di Jakarta – katakanlah namanya Markus – yang sudah cukup lama merasa gelisah karena kehidupan spiritualnya. Markus merasa bahwa dirinya selama beberapa bulan belakangan ini sering diingatkan bahwa dia hanya “baik” pada hari Minggu saja, yaitu ketika menghadiri Misa Kudus, padahal di hari-hari lainnya dirinya tidaklah demikian. Kemudian Markus memutuskan bahwa sudah tibalah saat baginya untuk membuat perubahan.

Pada suatu pagi hari dia berdoa yang intinya adalah sebagai berikut: “Tuhan Yesus, nyatakanlah kehadiran-Mu kepadaku secara ajaib pada hari ini.” Doanya sangat intens dan dipenuhi pengharapan, dan dia juga merasakan bahwa sesuatu yang penting akan terjadi dengan berjalannya waktu pada hari itu. Dengan demikian, Markus pun menyiapkan hari itu dengan ekspektasi yang besar.

Benar saja, sesuatu pun terjadi! Pada waktu Markus ke luar dari mobilnya di tempat parkir dekat kantornya, seorang laki-laki tua mendekatinya dan berkata, “Pak, saya orang baru di kota Jakarta.

Dapatkah Bapak menunjukkan kepada saya di manakah apotik yang terdekat?” Tugas itu tidak susah, sehingga permintaan orang itu pun dikabulkan oleh Markus dengan baik. Ia menghantar orang itu sampai ke pinggir jalan besar dan menunjukkan apotik yang memang terletak tidak jauh dari tempat itu. Kemudian, pada jam makan siang, seorang rekan kerjanya (perempuan) mengatakan kepada Markus bahwa dia “merasa tidak enak badan” dan berencana untuk pergi ke dokter setelah makan siang. Rekan kerjanya itu berkata kepada Markus:“Doakan aku, ya!” Markus pun meyakinkan rekan-kerjanya itu bahwa dia akan mendoakannya. Dan ia memang kemudian berdoa untuk pemulihan kesehatan teman

perempuannya itu. Pada sore harinya ketika menuju tempat parkir, Markus bertemu dengan seorang teman sekolahnya di SMA yang sudah kehilangan

pekerjaannya sejak tiga bulan lalu. Markus mengajak temannya itu ke ATM yang tidak jauh dari situ dan “meminjamkan sejumlah uang” sesuai permintaan temannya itu. Pada malam harinya Markus merenungkan apa saja yang telah terjadi dengan dirinya. Kelihatan seakan doanya belum dikabulkan, namun kegalauan spiritualnya sudah terasa terobati.

Yesus mengatakan kepada kita, bahwa Dia hadir manakala kita menyambut orang-orang asing, manakala kita membantu serta merawat orang-orang sakit, manakala kita membantu mereka yang membutuhkan pertolongan. Akan tetapi Markus percaya bahwa doanya untuk mengalami kehadiran Yesus pada hari itu tidak memperoleh jawaban. Barangkali doanya dijawab, namun dengan cara-cara yang begitu biasa sehingga luput dari persepsi si Markus ini. Maklum kehidupan spiritualnya belumlah seperti kehidupan spiritual orang kudus seperti Santa Teresa dari Lisieux [1873-1897] yang dianugerahi kemampuan untuk melihat karya kasih Allah dalam hal-hal yang kecil sekali pun.

Nah, Saudari dan Saudaraku! Kita mungkin tergoda untuk memandang diri kita sebagai seorang kudus yang super,padahal yang diminta Allah adalah, bahwa kita menjadi orang Kristiani yang lebih baik dari hari ke hari. Hal ini justru terjadi melalui/pada peristiwa-peristiwa yang terasa sepele dalam kehidupan kita. Justru dalam hal-hal yang kelihatan/terasa sepele itulah – dengan bantuan rahmat Allah – kita diberi kesempatan untuk menikmati betapa baik Allah itu…… sungguh menakjubkan! Tindakan kasih Allah lewat para saksi-Nya di tengah-tengah umat-Nya seringkali luput dari pandangan mata hati kita karena kita cenderung mengagumi hal-hal yang bersifat spektakuler, bukan hal-hal yang sepele tanpa arti. Kita tidak jarang berkata, “Wah hebat sekali Romo A atau Pendeta B itu, begitu banyak orang sakit yang disembuhkannya”. Tak sengaja kita pun cukup sering mengagung-agungkan Romo atau Pak Pendeta, bukan Yesus! Di lain pihak kita

memandang remeh atau biasa-biasa saja seorang imam cukup tua-usia yang khotbah-khotbahnya tidak “jos”, namun begitu setia setiap hari melayani umat, bepergian dengan mengendara sepeda ontelnya, dan dia melayani umat yang menderita sakit-penyakit tanpa banyak mengeluh. Dia bukan doktor teologi lulusan Jerman atau Roma, namun sangat menghayati tugasnya sebagai pelayan Kristus – sang Gembala Baik. Tanpa banyak kesempatan untuk membaca buku-buku, Romo ini memahami betul arti sejati dari SERVANTHOOD. Boro-boro memiliki BB atau akrab dengan istilah-istilah jejaring sosial seperti face-book atau twitter; selain “gaptek”, yang ada dalam hati dan pikirannya hanyalah melayani Kristus dalam diri orang-orang kecil dan menderita dalam masyarakat yang semrawut dan penuh penderitaan ini. Dari wajahnya terpancarlah kasih Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita! Dengan demikian, ia adalah seorang alter Christus, seperti yang diinginkan Yesus sendiri.

Memang Yesus seringkali adalah tamu yang terkamuflase. Santo Fransiskus dari Assisi, misalnya, berjumpa dengan Kristus dalam diri seorang kusta di tengan jalan. Kita seringkali berdoa agar terjadi mukjizat-mukjizat, namun sebenarnya yang perlu kita minta dalam doa kita adalah agar diberikan KASIH itu sendiri – suatu mukjizat tanpa tandingan!

DOA: Tuhan Yesus yang baik, Engkau yang tersembunyi dalam diri orang-orang kecil dan menderita dalam masyarakat. Engkau senantiasa membuat diri-Mu miskin sehingga kami menjadi kaya. Tolonglah kami agar pada hari ini, kami dapat mengenali-Mu. Terima kasih Tuhan. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Jumaat, Februari 24, 2012

DITEMPA SELAMA 40 HARI

( Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PRAPASKAH I [Tahun B], 26-2-12 )

Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu selama empat puluh hari Ia dicobai oleh Iblis. Ia tinggal bersama dengan binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:12-15)

Bacaan Pertama: Kej 9:8-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-9; Bacaan Kedua: 1Ptr 3:18-22

Pada hari ini – Hari Minggu Prapaskah I – kita semua diajak ke padang gurun! Inilah saatnya untuk mendengar – lagi dan lagi – kisah Yesus yang digoda oleh Iblis. Pada tahun lalu kita mendengar kisah yang sama menurut Injil Matius (Mat 4:1-11), tahun ini dari Injil Markus (Mrk 1:12-15), dan tahun depan dari Injil Lukas (Luk 4:1-13). Kisah dari Injil Matius dan Injil Lukas cukup terinci, dan bagi saya pribadi yang dinarasikan oleh Lukas sungguh indah. Namun Injil Markus tidak memuat kegiatan-kegiatan Yesus maupun Iblis dan juga debat/argumentasi/pertempuran lisan antara kedua pribadi itu. Dalam bacaan Injil hari ini, terasa dengan tenang Markus menarasikan kepergian Yesus ke padang gurun (dibantu oleh para malaikat) untuk memerangi Iblis dan kemudian menutup perikop ini dengan kemunculan-Nya yang berjaya penuh kemenangan.

Pada hari ini kita sudah berada dalam masa Prapaskah, semacam padang gurun tempat kita ditempa untuk selama 6 (enam) pekan. Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun. Di sana, di tempat yang gersang itu Yesus berdiam selama 40 hari dan di sana pula Dia digoda oleh Iblis. Pada zaman Yesus ada ekspektasi dalam diri orang-orang Israel bahwa Mesias adalah utusan Allah yang bertugas mengalahkan Iblis dan roh-roh jahatnya. Untuk melakukan ini sang Mesias harus mengalami suatu pencobaan atas kekuatan yang dimilikinya dan melibatkan dirinya dalam sebuah pertempuran besar.

Secara tradisional padang gurun dipandang sebagai tempat kediaman roh-roh jahat. Dengan datang ke padang gurun Yesus memberi isyarat bahwa pertempuran yang bersifat final dan klimaks antara Allah dan Iblis sudah dimulai. Kehadiran binatang-binatang liar yang tinggal bersama-Nya dan para malaikat yang melayani-Nya menyarankan bahwa Yesus akan muncul sebagai sang pemenang – bukan hanya pada awal perjumpaan mereka, melainkan juga setelah itu dengan cara yang lebih menentukan melalui kebangkitan-Nya dari alam maut, dan akhirnya dalam suatu cara yang definitif pada akhir zaman.

Kita lihat bahwa unsur-unsur pelatihan, disiplin dan persiapan memainkan sebuah peranan yang sangat penting dalam kisah Yesus digoda oleh Iblis itu. Kisah Yesus di padang gurun ini (Mrk 1:12-13) dikedepankan dalam Injil Markus langsung sebelum Dia mengucapkan kata-kata-Nya yang pertama dalam Injil tersebut: “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:14-15). Seakan-akan Markus ingin mengingatkan para pembaca Injilnya, bahwa Yesus kiranya tidak diperkenankan untuk memulai pelayanan-Nya di depan publik sampai Dia menyelesaikan “ujian” selama 40 hari itu.

Dengan kebangkitan-Nya dari alam maut, Yesus telah mengalahkan dosa dan kematian dan Iblis, namun sampai hari ini pun perjuangan-Nya melawan Iblis masih berlangsung, namun medan pertempurannya telah bergeser dari padang gurun ke dalam roh kita. Kemenangan Kristus terjamin, namun harus diselesaikan dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, kita pun harus mengikuti masa pelatihan yang menyangkut disiplin dan pengetesan yang disebut masa Prapaskah ini. Dalam meneladani Tuhan Yesus, kita pun harus siap untuk bertarung dalam pertempuran melawan Iblis dan roh-roh jahatnya, tentunya dalam Nama-Nya yang kudus dan kuasa-Nya, dan dengan menggunakan segala perlengkapan rohani yang dibutuhkan (lihat Ef 6:10-17).

Mengirimkan seorang serdadu ke medan tempur tanpa memberikan kesempatan baginya mengalami pelatihan dasar terlebih dahulu, dapat dinilai sebagai tindakan gegabah (atau “kriminal”?). Namun demikian kita sering mengasumsikan bahwa kita mampu melawan Iblis dari tahun ke tahun tanpa memandang dengan serius makna dari masa Prapaskah ini. Jika kita tidak menjalani “pelatihan” ini setiap tahun untuk menguatkan diri kita dalam Yesus, maka kita cenderung menjadi “lembek” dan senantiasa memilih cara yang lebih mudah. Kencederungan untuk “asal enak sendiri” ini dapat diatasi dengan disiplin masa Prapaskah yang diajarkan Gereja dari masa ke masa, yang programnya terdiri dari kegiatan doa, puasa dan/atau pantang dan pemberian sedekah.

Apabila kita setia dengan disiplin ini, maka kita akan berhasil “keluar” dari masa Prapaskah sebagai pribadi yang telah berubah (menjadi lebih baik tentunya). Lagipula kita pun akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi segala tipu daya Iblis.

DOA: Roh Kudus Allah, penuhi diri kami dengan kuasa-Mu dan sabda-Mu sehingga kami dapat melawan berbagai godaan yang berasal dari Iblis dan roh-roh jahatnya.. Buatlah kami semakin seperti Yesus, anak-anak taat yang senantiasa menyenangkan Bapa surgawi mereka. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENJADI TUKANG REPARASI

( Bacaan Kitab Suci Misa Kudus, Hari Sabtu sesudah Rabu Abu, Sabtu 25-2-12 )

Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. YUHAN (YHWH) akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan.


Engkau akan disebutkan “yang memperbaiki tembok yang tembus, “yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni.” Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus YHWH “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau

Mazmur Tanggapan: Mzm 86:1-6; Bacaan Injil: Luk 5:27-32.berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena YHWH, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut YHWH-lah yang mengatakannya (Yes 58:9b-14)


Dunia di sekeliling kita terasa sakit penuh luka, merana, menyedihkan, dan penuh dengan ketidakadilan serta pelanggaran hak azasi manusia. Baru saja saya melihat di televisi bagaimana dalam sebuah pertandingan sepakbola seorang wasit dipukul sampai pingsan oleh pemain-pemain sepak bola. Beberapa hari sebelumnya sebuah mobil yang dikemudikan oleh seorang yang sedang mabuk karena narkoba telah menabrak mati sampai 9 (sembilan) orang sekaligus. Kita dapat melihat susahnya anak-anak sekolah pergi ke sekolah mereka karena prasarana (seperti jembatan) dan gedung yang mengalami kerusakan berat disebabkan bencana alam dlsb., tetapi di lain pihak para wakil rakyat menghambur-hamburkan uang dalam jumlah yang sungguh fantastis. Sebagian besar anggota aparat keamanan dan penegak hukum bukan membela yang benar, melainkan membela yang bayar. Korupsi sudah mewabah ke mana-mana, tidak hanya terbatas pada instansi-instansi

pemerintahan, dan para pelakunya juga lintas-agama, lintas-generasi, lintas-suku dst. Angkutan umum terasa sudah tidak aman lagi bagi kaum perempuan. Bahkan Gereja pun membutuhkan penyembuhan dan rekonsiliasi di sana-sini. Susah untuk menaruh kepercayaan kepada orang lain! Pembohongan sudah tidak lagi merupakan monopoli anak-anak nakal dan malah sudah merupakan the name of the game di kalangan elite politik/pemerintahan. Setiap hari kita menghadapi risiko disakiti oleh orang lain, dan juga kita menyakiti orang lain. Organisasi pemerintahan terasa sudahdysfunctional dan dalam artian tertentu juga leaderless. Berjalannya roda pemerintahan pun sudah dianalogikan dengan pesawat yang terbang dengan auto pilot. Berbagai kenyataan ini dapat membuat kita menjadi ciut dalam berpengharapan, bahkan tergoda untuk menyerah-pasrah, namun secara salah.

Syukurlah ada Allah yang sungguh memahami benar sampai berapa dalam anak-anak-Nya membutuhkan kesembuhan dan restorasi, dan Dia-lah yang mendatangi kita di tempat kita berada. Ia mengetahui setiap ketidakadilan yang kita alami dan juga kelemahan-kelemahan kita. Dalam belarasa-Nya, Allah memberikan apa saja yang kita butuhkan untuk menyembuhkan luka-luka kita, patah hati kita. Allah menyerahkan Putera-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan umat manusia.Allah mengetahui bagaimana kita masing-masing dapat disembuhkan, dan bagaimana kita dapat membawa kesembuhan kepada orang-orang lain.

Jikalau kita menghadap Allah dengan luka-luka dan penderitaan kita, maka kita pun percaya bahwa Dia akan menghibur kita. Apabila kita melihat berbagai kerusakan (di bidang moral-etika dll.) yang terjadi di sekeliling kita, kemudian berseru kepada-Nya, maka Dia akan memberikan kepada kita hati yang berbela-rasa. Apabila kita melihat kelemahan-kelemahan atau masalah-masalah di rumah atau dalam gereja kita, maka Dia akan menunjukkan apa yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kerusakan atau masalah yang ada. Sungguh menghibur untuk mengetahui bahwa kita tidak perlu sepenuhnya disembuhkan agar dapat melayani orang-orang lain (Ingat istilah wounded healer dari Henri Nouwen?). Di sisi lain kita juga tidak boleh menuntut


Dengan memperkenankan Allah menyentuh kita, baik secara langsung maupun melalui orang-orang lain, maka diri kita dapat disembuhkan dan mengambil karakter Yesus secara lebih penuh. Sebagai akibatnya, kita sendiri dapat menjadi instrumen-instrumen kesembuhan dan kehidupan bagi orang-orang lain. Dalam Yesus, kita adalah para penakluk. Pada hari ini kita masing-masing dapat menjadi para pelayan Tuhan bagi orang-orang di sekeliling kita. Benar, ada bolong-bolong atau retak-retak pada tembok-tembok, namun di sekeliling kita Allah membangkitkan orang-orang bergabung bersama menjadi tukang reparasi bolong-bolong atau retak-retak pada tembok-tembok itu. Marilah kita bergabung dengan Yesus dalam karya agung-Nya yang menghibur dan merestorasi.orang-orang lain untuk menjadi sempurna dulu sebelum kita memperkenankan mereka melayani kita. Allah-lah yang bekerja melalui kita, dan Ia dapat bekerja dengan bejana-bejana yang tidak/belum sempurna.

DOA: Bapa surgawi, sembuhkanlah kami dan tolonglah kami agar dapat keluar menjumpai orang-orang yang menderita. Dengarlah seruan rasa sakit kami dan hiburlah kami. Anugerahilah kami belarasa-Mu bagi orang-orang yang menderita di sekeliling kami. Kami sungguh ingin menjadi tukang reparasi sejati. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Khamis, Februari 23, 2012

PADA WAKTU ITULAH TERANGMU AKAN MEREKAH SEPERTI FAJAR

( Bacaan Pertama Misa Kudus, hari Jumat sesudah Rabu Abu, Jumat 24-2-12 )

Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allah-nya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?” Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetapi mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukuli dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada YHWH? Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan YHWH barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan YHWH akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! (Yes 58:1-9a)

Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-6,18-19; Bacaan Injil: Mat 9:14-15.

Seringkah kita mengalami yang berikut ini? Kita menepati segala praktek keagamaan – misalnya berpuasa da/atau berpantang – namun kemudian menyadari bahwa hati kita tidak ada dalam tindakan kita itu! Barangkali kita diganggu oleh distraksi-distraksi, oleh rasa susah, barangkali karena kita sedang sakit sehingga tidak merasa nyaman secara fisik, barangkali karena kita sedang lelah. Apapun alasannya, kita dibebani dengan perasaan bahwa kita telah gagal membangun relasi yang berarti dengan Allah. Sebagaimana halnya dengan semua upaya menepati aturan-aturan keagamaan, tujuan puasa adalah untuk menjadi bejana-bejana yang lebih terang, lebih murni bagi kehidupan di dalam jalan Allah, bukannya untuk memastikan bahwa kita melakukan “semua hal-hal yang benar”.

Berpuasa yang ditentang Allah dalam Kitab Yesaya termasuk kategori yang diuraikan di atas.Orang-orang Israel memenuhi yang tersurat dalam hukum, namun itu hanyalah tindakan menepati aturan secara eksternal, hal mana tidak menyenangkan Allah. “Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi” (Yes 58:4). TUHAN (YHWH) menginginkan puasa yang menghasilkan perubahan-perubahan yang konkret dalam kehidupan orang-orang. Ia ingin agar mereka “menjinakkan” nafsu mereka yang berpusat pada pemuasan diri sendiri, sehingga mereka dapat menjadi terbuka untuk menerima belarasa-Nya terhadap orang-orang lapar, para tuna wisma, dan mereka yang tertindas. Ia menginginkan agar puasa mereka membuka mata mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan anak-anak-Nya.
Selagi kita mengosongkan diri kita dari hasrat-hasrat untuk mementingkan diri sendiri dan pada saat bersamaan memberikan ruangan bagi Roh Kudus dalam kehidupan kita, maka kita pun akan diubah. Kita akan menjadi bejana-bejana belas kasihan Allah selagi kita memusatkan perhatian kita pada kebutuhan-kebutuhan orang lain lebih daripada kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat kita sendiri.

Sekarang, langkah-langkah apa saja yang dapat kita ambil selama masa Prapaskah ini untuk menyangkal atau menolak kecenderungan-kecenderungan egosentris yang selama ini telah menghalangi kita untuk keluar bertemu dengan para saudari dan saudara kita yang lain? Kita dapat menyediakan ruangan dalam hati kita bagi Yesus lewat puasa. Kita juga dapat menyediakan waktu yang sedikit lebih panjang daripada biasanya untuk membaca dan merenungkan sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci ketimbang waktu untuk menonton televisi. Barangkali kita dapat menyumbangkan sebagian dari “waktu bebas” kita untuk berperan serta dalam kegiatan sosial di tingkat paroki, wilayah atau lingkungan dlsb. Barangkali kita juga dapat pantang marah dan ngomel-ngomel. Apapun kegiatan yang kita pilih, apabila kita memalingkan hati kita kepada Allah, maka sebagaimana diproklamasikan oleh sang nabi, terang kita akan merekah seperti fajar (lihat Yes 58:8).

DOA: Tuhan Yesus, kami sungguh berkeinginan untuk menyenangkan-Mu. Anugerahilah kami dengan rahmat-Mu pada masa Prapaskah ini untuk menjinakkan nafsu kami akan hal-hal yang dimaksudkan untuk pemuasan diri kami sendiri, sehingga kami hanya merasa lapar dan haus akan kasih-Mu saja. Transformasikanlah hati kami sehingga yang ada di dalamnya hanyalah kerinduan untuk melakukan kehendak Bapa surgawi dan memuliakan nama-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Rabu, Februari 22, 2012

SETIAP ORANG YANG MAU MENGIKUT AKU ……

( Bacaan Injil, Hari Kamis sesudah Rabu Abu, Kamis 23-2-12 )

Kemudian Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Kata-Nya kepada mereka semua, “Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena siapa saja yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (Luk 9:22-25).

Bacaan Pertama: Ul 30:15-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6

Tidakkah anda merasa takjub penuh kekaguman ketika menyadari bahwa Yesus Kristus – Putera Allah yang tunggal, Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal Mahakudus – memberikan kepada kita – manusia biasa yang pada suatu hari akan mati – sebuah pilihan? Ia tidak memerintahkan kita untuk mengikuti jejak-Nya; …… Dia mengundang kita.

Apakah pilihan yang ditawarkan oleh Yesus? Apakah ini pilihan untuk menghayati suatu kehidupan yang terus-menerus melibatkan penderitaan: “menyangkal diri dan memikul salib kita” dari hari ke hari, dan secara pasif menerima pencobaan apa saja yang datang menimpa, dengan pengharapan bahwa Allah akan menerima kita? Tidak! Pilihan yang riil adalah untuk mengikuti jejak Yesus dan menerima apa saja yang diminta oleh pilihan itu. Sebuah pilihan untuk memusatkan pandangan mata kita pada Yesus, yang rindu untuk mencurahkan kasih-Nya kedalam hati kita setiap hari. Ini adalah pilihan untuk percaya bahwa dengan Yesus kita dapat mengatasi segala halangan, tantangan, atau kesulitan yang bermunculan – baik secara internal maupun eksternal.

Di sini, pada awal masa Prapaskah, Allah sedang mengajukan sebuah pertanyaan sederhana kepada kita: “Siapa Yesus itu?” Apakah Dia sekadar seorang baik, barangkali bahkan seorang nabi, yang peri kehidupan-Nya harus kita teladani? Atau, Dia adalah Putera Allah yang menjadi manusia agar supaya kita dapat menjadi anak-anak Allah? Apakah Dia seorang hakim yang kaku-keras, yang siap untuk menghukum setiap dosa kita? Ataukah Dia sang “Anak Domba Allah” yang menyerahkan hidup-Nya sendiri agar kita dapat dibebas-merdekakan dari dosa dan ditransformasikan menjadi “gambar dan rupa-Nya” sendiri?

Berabad-abad sebelum kehadiran Yesus di tengah-tengah dunia, Musa mengatakan kepada orang-orang Israel bahwa taat kepada Allah adalah suatu isu hidup-atau-mati: “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan” (Ul 30:15), dan artian tertentu hal ini memang benar. Musa mengetahui perbedaan antara berjalan sehari-hari dengan Tuhan dan berjalan sendiri. Pada hari ini Yesus ingin membuka mata (hati) kita tentang adanya perbedaan itu. Dia ingin mengatakan kepada kita, bahwa apabila kita memilih Dia dari hari ke hari, kemungkinan-kemungkinan yang tersedia untuk kehidupan kita adalah tidak terbatas. Kita tidak hanya akan hidup sebagai sekadar makhluk insani, melainkan akan memperoleh akses kepada segala rahmat dan kuasa Allah yang Mahakuasa! Kita akan dimampukan untuk mengasihi mereka yang sangat sulit kita kasihi, mengampuni mereka yang sangat sulit untuk kita ampuni dan mengatasi permasalahan yang tak mungkin teratasi apabila kita memakai kekuatan kita sendiri. Memang ada masalah “biaya” di sini. Mungkin dalam bentuk berbagai penderitaan dan kesulitan di sepanjang jalan yang kita tempuh, namun kita dapat merasa yakin bahwa selama kita berada dekat dengan Yesus, maka Dia akan sangat dekat dengan diri kita.

DOA: Tuhan Yesus, aku memilih untuk mengikuti jejak-Mu pada hari ini dan hari-hari sepanjang hidupku. Aku menerima janji-Mu tentang kehidupan. Tuhan, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena telah mengundang diriku untuk berada bersama dengan-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku! Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS