( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VI, Rabu 15-2-12 )
Saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seseorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia seumpama seseorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Ia memandang dirinya lalu pergi dan segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi siapa yang meniliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar lalu melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Jikalau seseorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah yang murni dan tidak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya diri sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. (Yak 1:19-27)
Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5; Bacaan Injil: Mrk 8:22-26
Pada waktu seorang pemuda bergabung dengan salah satu cabang TNI, katakanlah Angkatan Darat, maka kehidupannya mengalami perubahan dalam banyak hal. Ia menerima seragam dan setelah lulus pendidikan akan diberi pangkat dan secara hukum berkewajiban untuk melayani negaranya. Dia harus mengalami pelatihan yang tidak ringan dan karakternya harus dikembangkan, diuji sebelum dinilai pantas dan dapat dipercaya untuk terjun ke lapangan sebagai pembela bangsa dan negara, sebagai seorang anggota TNI yang sejati dan matang. Proses pelatihan ini – semacam “bina lanjut” – berlangsung terus selama karirnya sebagai seorang anggota TNI.
Uraian tentang pemuda di atas dapat membantu kita memahami bacaan pertama hari yang diambil dari “Surat Yakobus”. Bacaan di atas menceritakan kepada kita, bahwa Allah telah menanamkan sabda-Nya ke dalam diri kita masing-masing dengan maksud bahwa sabda-Nya itu dapat bertumbuh menjadi sempurna. Akan tetapi, kita senantiasa berada dalam medan tempur di mana lawan kita telah menyiagakan para “penembak jitu”, yang siap siaga untuk setiap saat membunuh kita. Ingatlah apa yang ditulis oleh Santo Petrus: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh” (1Ptr 5:8-9).
Sebagai orang-orang Kristiani, pelatihan berkelanjutan kita itu harus mencakup pembacaan (dan permenungan) yang teratur dan cukup sering atas sabda Allah dalam Kitab Suci: “Siapa yang meniliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar lalu melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (Yak 1:25). Yakobus kiranya mengemukakan adanya dua pokok penting yang harus diperhatikan dalam rangka pembacaan dan permenungan Kitab Suci ini. Pokok pertamaberkaitan dengan iman, percaya bahwa Roh Kudus akan menyentuh dan mengubah diri kita selagi kita membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci itu. Dengan demikian anda menjadi “pendengar firman” yang baik. Pokok kedua adalah mempraktekkan apa yang telah kita baca dan renungkan; artinya anda menjadi “pelaku firman”. Jika anda bertekad menjadi seorang Kristiani sejati, maka anda tidak dapat memisahkan kedua pokok tersebut dalam kehidupan anda sehari-hari.
Dalam terang peringatan Yakobus tentang “lidah” (Yak 1:19-20), pikirkanlah berapa banyak yang anda pakai setiap hari dalam pembicaraan anda sehari-hari dengan orang-orang lain. Seandainya anda mengambil beberapa menit saja dari waktu pembicaraan anda setiap harinya dan menggunakan beberapa menit itu untuk membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci, maka anda akan merasa takjub ketika menyadari bagaimana Allah menggunakan beberapa menit itu untuk mencerahkan hati anda dan mempengaruhi cara anda berpikir dan bertindak. Kemudian anda pun akan lebih siap untuk mengasihi sesama dan meninggalkan dosa serta menjadi saksi Yesus Kristus yang semakin efektif.
Setiap saat, Allah memberikan kepada kita kesempatan-kesempatan untuk bertumbuh lebih dekat lagi kepada-Nya dan untuk mempraktekkan iman kita. Allah semesta alam sungguh ingin mengubah kita menjadi citra-Nya. Inilah yang sungguh dapat terjadi apabila kita menjadi “pelaku firman” dan pada saat yang sama juta “pendengar firman”.
DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, kuduslah nama-Mu. Kami memuji Dikau, kami meluhurkan Dikau, kami menyembah Dikau, kami memuliakan Dikau, kami bersyukur kepada-Mu karena kemuliaan-Mu yang besar. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bukalah pikiran dan hati kami, teristimewa ketika kami membaca dan merenungkan sabda-Mu dalam Kitab Suci. Kuatkanlah kami dan tolonglah kami agar dapat menjadi saksi-saksi Kristus yang baik melalui tindakan-tindakan cintakasih kami kepada sesama. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan