( Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PRAPASKAH I [Tahun B], 26-2-12 )
Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu selama empat puluh hari Ia dicobai oleh Iblis. Ia tinggal bersama dengan binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:12-15)
Bacaan Pertama: Kej 9:8-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-9; Bacaan Kedua: 1Ptr 3:18-22
Pada hari ini – Hari Minggu Prapaskah I – kita semua diajak ke padang gurun! Inilah saatnya untuk mendengar – lagi dan lagi – kisah Yesus yang digoda oleh Iblis. Pada tahun lalu kita mendengar kisah yang sama menurut Injil Matius (Mat 4:1-11), tahun ini dari Injil Markus (Mrk 1:12-15), dan tahun depan dari Injil Lukas (Luk 4:1-13). Kisah dari Injil Matius dan Injil Lukas cukup terinci, dan bagi saya pribadi yang dinarasikan oleh Lukas sungguh indah. Namun Injil Markus tidak memuat kegiatan-kegiatan Yesus maupun Iblis dan juga debat/argumentasi/pertempuran lisan antara kedua pribadi itu. Dalam bacaan Injil hari ini, terasa dengan tenang Markus menarasikan kepergian Yesus ke padang gurun (dibantu oleh para malaikat) untuk memerangi Iblis dan kemudian menutup perikop ini dengan kemunculan-Nya yang berjaya penuh kemenangan.
Pada hari ini kita sudah berada dalam masa Prapaskah, semacam padang gurun tempat kita ditempa untuk selama 6 (enam) pekan. Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun. Di sana, di tempat yang gersang itu Yesus berdiam selama 40 hari dan di sana pula Dia digoda oleh Iblis. Pada zaman Yesus ada ekspektasi dalam diri orang-orang Israel bahwa Mesias adalah utusan Allah yang bertugas mengalahkan Iblis dan roh-roh jahatnya. Untuk melakukan ini sang Mesias harus mengalami suatu pencobaan atas kekuatan yang dimilikinya dan melibatkan dirinya dalam sebuah pertempuran besar.
Secara tradisional padang gurun dipandang sebagai tempat kediaman roh-roh jahat. Dengan datang ke padang gurun Yesus memberi isyarat bahwa pertempuran yang bersifat final dan klimaks antara Allah dan Iblis sudah dimulai. Kehadiran binatang-binatang liar yang tinggal bersama-Nya dan para malaikat yang melayani-Nya menyarankan bahwa Yesus akan muncul sebagai sang pemenang – bukan hanya pada awal perjumpaan mereka, melainkan juga setelah itu dengan cara yang lebih menentukan melalui kebangkitan-Nya dari alam maut, dan akhirnya dalam suatu cara yang definitif pada akhir zaman.
Kita lihat bahwa unsur-unsur pelatihan, disiplin dan persiapan memainkan sebuah peranan yang sangat penting dalam kisah Yesus digoda oleh Iblis itu. Kisah Yesus di padang gurun ini (Mrk 1:12-13) dikedepankan dalam Injil Markus langsung sebelum Dia mengucapkan kata-kata-Nya yang pertama dalam Injil tersebut: “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:14-15). Seakan-akan Markus ingin mengingatkan para pembaca Injilnya, bahwa Yesus kiranya tidak diperkenankan untuk memulai pelayanan-Nya di depan publik sampai Dia menyelesaikan “ujian” selama 40 hari itu.
Dengan kebangkitan-Nya dari alam maut, Yesus telah mengalahkan dosa dan kematian dan Iblis, namun sampai hari ini pun perjuangan-Nya melawan Iblis masih berlangsung, namun medan pertempurannya telah bergeser dari padang gurun ke dalam roh kita. Kemenangan Kristus terjamin, namun harus diselesaikan dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, kita pun harus mengikuti masa pelatihan yang menyangkut disiplin dan pengetesan yang disebut masa Prapaskah ini. Dalam meneladani Tuhan Yesus, kita pun harus siap untuk bertarung dalam pertempuran melawan Iblis dan roh-roh jahatnya, tentunya dalam Nama-Nya yang kudus dan kuasa-Nya, dan dengan menggunakan segala perlengkapan rohani yang dibutuhkan (lihat Ef 6:10-17).
Mengirimkan seorang serdadu ke medan tempur tanpa memberikan kesempatan baginya mengalami pelatihan dasar terlebih dahulu, dapat dinilai sebagai tindakan gegabah (atau “kriminal”?). Namun demikian kita sering mengasumsikan bahwa kita mampu melawan Iblis dari tahun ke tahun tanpa memandang dengan serius makna dari masa Prapaskah ini. Jika kita tidak menjalani “pelatihan” ini setiap tahun untuk menguatkan diri kita dalam Yesus, maka kita cenderung menjadi “lembek” dan senantiasa memilih cara yang lebih mudah. Kencederungan untuk “asal enak sendiri” ini dapat diatasi dengan disiplin masa Prapaskah yang diajarkan Gereja dari masa ke masa, yang programnya terdiri dari kegiatan doa, puasa dan/atau pantang dan pemberian sedekah.
Apabila kita setia dengan disiplin ini, maka kita akan berhasil “keluar” dari masa Prapaskah sebagai pribadi yang telah berubah (menjadi lebih baik tentunya). Lagipula kita pun akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi segala tipu daya Iblis.
DOA: Roh Kudus Allah, penuhi diri kami dengan kuasa-Mu dan sabda-Mu sehingga kami dapat melawan berbagai godaan yang berasal dari Iblis dan roh-roh jahatnya.. Buatlah kami semakin seperti Yesus, anak-anak taat yang senantiasa menyenangkan Bapa surgawi mereka. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan