Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, Februari 26, 2018

SEGEROMBOLAN ORANG-ORANG MUNAFIK

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Selasa, 27 Februari 2018)
Lalu berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terbaik di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil orang ‘Rabi.’  Tetapi kamu, janganlah kamu disebut ‘Rabi’; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Janganlah kamu menyebut siapa pun ‘bapak’ di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah kamu disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Mesias. Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Mat 23:1-12) 
Bacaan Pertama: Yes 1:10,16-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:8-9,16-17,21,23
Kalau kita renungkan sejenak bacaan Injil hari ini, terasa ada rasa jengkel, mendongkol dan marah yang terkandung dalam kata-kata yang diucapkan Yesus tentang para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Orang-orang itu memegang posisi terpandang dalam masyarakat Yahudi. Mereka dihormati, namun mereka tidak lebih daripada segerombolan orang-orang munafik.
Yesus memang lain.  Ia memperlakukan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini secara berbeda, apabila dibandingkan dengan orang banyak. Yesus melihat tindakan-tindakan dan opini-opini mereka, bukan sekadar karena posisi mereka dalam masyarakat. Kita – manusia kebanyakan – sering tergoda untuk menilai bagian luar saja dari diri seseorang, tetapi Yesus melihat bagian dalamnya. Yesus tidak mempunyai masalah dengan fungsi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dia bahkan mengajar orang banyak dan murid-murid-Nya untuk mentaati apa yang diajarkan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu. Ucapan Yesus tidak mengagetkan orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya karena para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu memang sangat dihormati dalam masyarakat Yahudi. Mereka dikenal untuk pengetahuan mereka dan dalam hal menepati Hukum Musa (Taurat). Yesus sendiri tidak datang ke dunia untuk meniadakan hukum Taurat. Dalam ‘Khotbah di Bukit’, Ia mengatakan,  “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat 5:17). Santo Paulus bahkan menulis: “Kristus adalah tujuan akhir hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya” (Rm 10:4).
Yang diserang oleh Yesus bukanlah posisi terhormat para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, bukan juga pengaruh mereka. Ia tidak menyerang para ahli Taurat untuk pengetahuan mereka tentang tradisi, melainkan cara mereka memelintir semua itu untuk keuntungan mereka sendiri dan membangun kesan betapa pentingnya mereka. Yesus juga tidak menyalahkan orang-orang Farisi untuk semangat mereka sehubungan dengan hal-ikwal Allah, melainkan karena fokus mereka terlalu banyak pada hal-hal kecil yang harus ditaati, sehingga tidak cukup banyak perhatian pada Allah dan perintah-Nya untuk mengasihi. Baik para ahli Taurat maupun orang-orang Farisi berada dalam posisi di mana mereka dapat memberikan pelayanan bagi bangsa Yahudi. Mereka sesungguhnya dapat mengabdikan diri mereka untuk mendorong atau menyemangati bangsa Yahudi dalam hal doa, saling mengasihi dan merangkul belas kasihan Allah. Sayangnya semua ini menjadi kabur sebagai akibat dari kesombongan, egoisme dan cinta kehormatan (gila hormat).
Seperti para rasul, kita juga harus menaruh perhatian pada panggilan Yesus agar menjadi rendah hati dan melayani sesama kita. Kadang-kadang garis pemisah antara kekudusan dan ketamakan/ keserakahan dapat menjadi sedemikian tipis. Oleh karena itu, baiklah kita menyadari bahwa semakin dekat kita dengan Yesus, semakin banyak pula kita mendengar suara-Nya, yang mendorong dan menyemangati kita, ajaran-ajaran-Nya, dan bahkan mengoreksi kita apabila diperlukan.
DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku menjaga hatiku agar terbuka bagi cara-cara Engkau bekerja di dalam dunia sekarang. Semoga aku tidak terlalu terpaku pada tradisi-tradisi, sehingga luput melihat Engkau dan hati-Mu yang penuh kasih. Amin.
Sumber :

Khamis, Februari 22, 2018

SURAT SUCI DARI YESUS PENEBUS DOSA

Demi penyucian tetesan darah Yesus Allah manusia,
yang  mengucur di jalan menuju Kalvari


Salinan Suci Orasi Yesus ini, aslinya terdapat di makam suci Yesus Penebus manusia di Yerusalem, disemayamkan dalam sebuah peti perak oleh Bapa Suci dan Para Raja dan Ratu iman Kristen.

St. Elisabeth Ratu Hungaria dengan St. Mathilda bersama St. Bridget ingin mengetahui kisah sengsara Yesus, mempersembahkan doa-doa khusus dan sungguh-sungguh di mana kemudian Yesus Anak Allah Penyelamat manusia menampakkan diriNya dan menjelaskan kepada para santa ini :

  • Aku Yesus dari Surga hadir di dunia, demi memperbaiki iman manusia. Pada jaman dahulu banyak manusia yang sungguh-sungguh beriman, dan panenan mereka berlimpah-limpah, namun kini sebaliknya, jarang ada manusia yang sungguh-sungguh beriman.
  • Kalau kamu ingin memanen hasil yang berlimpah, janganlah bekerja pada hari Minggu sebab kamu harus ke Gereja dan berdoa kepada Allah demi menyesali dosa-dosamu. Allah Bapa-Ku telah memberi kamu 6 hari kerja dan 1 hari istirahat, supaya mempersembahkan kurban, menolong para miskin, dan melayani gereja.
  • Barangsiapa yang berkeras memusuhi agama Ku dan meremehkan Surat Orasi ini akan Ku sangkal. Sebaliknya barangsiapa yang membawa Salinan Orasi Suci ini akan dibebaskan dari mati tenggelam dan ajal mendadak, akan dibebaskan dari penyakit menular, dan sambaran kilat. Belum bisa meninggal dunia sebelum mengaku dosa, akan dibebaskan dari penguasa lalim, dan dari semua pengadu dan saksi palsu.
  • Ibu-ibu yang dalam bahaya melahirkan, dengan memelihara Orasi Yesus ini, segera sanggup menguasai keadaannya. Di rumah-rumah yang menyimpan Orasi Suci ini tidak akan mengalami gangguan iblis. Empat puluh hari sebelum ajalnya, bagi laki-laki maupun perempuan yang memiliki Orasi Suci ini, Bunda Maria akan menampakkan diri kepadanya.
Bagi manusia yang percaya, yang mau mendaraskan doa setiap hari selama 3 tahun; 2x Bapa Kami-Salam Maria dan Kemuliaan, demi memuliakan "semua tetesan darahKu yang hilang", Aku akan melimpahkan 5 karunia :

  1. Indulgensi penuh dan pengampunan dosa-dosanya.
  2. Dibebaskan dari sengsara dan siksa dosa di api penyucian.
  3. Bila kamu meninggal sebelum menyelesaikan doa selama tahun ini, bagi kamu dianggap sudah menyelesaikannya.
  4. Dengan begini pada saat kematianmu, sama saja dengan kamu sudah menyerahkan semua darahmu demi iman suci.
  5. Aku akan turun dari surga dan menyambut jiwamu sampai generasi keempat.

CAMKANLAH

  • Jumlah serdadu yang dipersenjatai ada 150;
  • Yang menghela-Ku dalam keadaan dibelenggu ada 23; algojo-algojo pengadilan ada 83;
  • Penamparan di kepala-Ku sebanyak 108 kali;
  • Peludahan ke muka-Ku sebanyak 180 kali;
  • Aku dicambuki pada dada-Ku sebanyak 6666 kali;
  • Dipalu pada kepala-Ku sebanyak 110 kali;
  • Aku didorong dengan keras pada jam 12:00;
  • Rambut-Ku dijambak, kepala-Ku ditekan dengan duri-duri dan Janggut-Ku ditarik 24 kali;
  • Mendapat luka di kepala 20; luka karena cambukan kawat 72;
  • Luka dalam karena duri di kepala 1110;
  • Luka dalam karena duri di dahi ada 3;
  • Aku kemudian dilucuti dan dikenakan pakaian sebagai Raja palsu;
  • Bilur di badan-Ku ada 1000;
  • Serdadu-serdadu yang menggiring-Ku menuju Kalvari 608;
  • Yang memperhatikan Aku dengan sungguh-sungguh ada 3;
  • dan yang menghina-Ku sebanyak 1008;
  • Tetesan darah-ku yang hilang terbuang ada 28.430.
(Bernadetta da SS Pope Leo XIII in Roma 5 Aprile 1890)

MARILAH KITA BERPEGANG TEGUH PADA PERSATUAN DAN KESATUAN KRISTIANI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari biasa Pekan I Prapaskah – Jumat, 23 Februari 2018)
Aku berkata kepadamu: Jika kamu tidak melakukan kehendak Allah melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu ini jangan menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai habis. (Mat 5:20-26) 
Bacaan Pertama: Yeh 18:21-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-8
Tafsir Yesus tentang hukum Musa tentunya telah mengejutkan para pendengar-Nya. Bagi Yesus, kemarahan, caci-maki dan penghinaan dengan mengata-ngatai “jahil” sudah berada di luar batas, sudah kelewatan. Bukan hanya apa yang kita lakukan yang penting, melainkan juga apa yang ada dalam pikiran kita. Sekarang, mengapa Yesus  begitu menekankan pentingnya relasi atau hubungan? Karena kita adalah anak-anak Allah, dengan kita bersaudara satu sama lain. Kita begitu erat diikat bersama, sehingga setiap perpecahan akan merusak seluruh tubuh Kristus.
Sebagai orang-orang Kristiani, kita ditantang untuk memelihara, melestarikan dan membangun persatuan dan kesatuan kita dalam Kristus. Tantangan ini berlaku sampai kepada setiap interaksi dengan orang-orang lain. Misalnya, bagaimana kita berelasi dengan para anggota keluarga kita sendiri, para tetangga, dan para kolega kita di tempat kerja? Apakah kita baik hati? Apakah kita memperlakukan mereka dengan adil? Apakah kita memperhatikan mereka yang mempunyai berbagai kebutuhan, teristimewa saudari dan saudara kita yang miskin dan berada dalam kesendirian.
Kita begitu erat berhubungan satu sama lain dalam tubuh Kristus (Gereja), sehingga dosa apa saja yang kita komit mempunyai konsekuensi-konsekuensi tidak hanya atas diri kita, melainkan terhadap orang-orang lain juga. Persatuan dan kesatuan kita bersifat integral sehubungan dengan kehidupan dalam Kristus! Kita hanya dapat menjadi pihak yang turut ambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus (Trinitas) sejauh kita terikat satu sama lain. Inilah rencana Bapa surgawi bagi kita semua. Di lain pihak, apa bila kita berdosa melawan sesama kita atau melawan Allah, maka kita mengaburkan relasi kita dengan para anggota tubuh Kristus lainnya. Celakanya, perseteruan kita dengan sesama dan/atau Allah inilah yang diinginkan oleh Iblis. Itulah sebabnya, mengapa pengampunan dan perdamaian (rekonsiliasi) itu penting.
Dengan demikian, marilah kita berpegang teguh pada persatuan dan kesatuan Kristiani, satu-satunya pengharapan kita akan sukacita dan damai-sejahtera. Seringkali kesombongan dan kekerasan kepala dan hati kita menghalangi kita untuk mengakui keikutsertaan atau peranan negatif kita yang telah mengakibatkan suatu relasi menjadi rusak,  bahkan sampai berantakan. Kita harus belajar untuk menggantungkan diri pada Allah guna menolong kita melihat dengan mata yang baru situasi-situasi yang kita hadapi, teristimewa relasi-relasi. Marilah kita mohon kepada-Nya untuk menunjukkan kepada kita apa yang dapat kita lakukan untuk menjadi agen-agen guna tercapainya rekonsiliasi,  bukan perpecahan.
Bahkan dalam situasi-situasi di mana rekonsiliasi terasa sulit untuk tercapai, kita tetap dapat membuat suatu perbedaan dengan menyerahkan segala perasaan yang mengandung kepahitan dan penolakan kepada Allah, dan mohon kepada-Nya dari kedalaman hati kita agar mengampuni kita.
DOA: Roh Kudus Allah, inspirasikanlah dalam diriku suatu hasrat mendalam untuk bersatu secara dekat serta erat dengan saudari-saudari dan saudara-saudaraku. Persatukanlah semua orang Kristiani ke dalam sebuah keluarga dan ciptakanlah ikatan cintakasih yang tidak dapat dipatahkan. Amin.
Sumber :

Selasa, Februari 20, 2018

TANDA NABI YUNUS ???

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah – Rabu, 21 Februari  2018)
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus, “Orang-orang zaman ini adalah orang jahat. Mereka meminta suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk orang-orang zaman ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang-orang zaman ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama orang-orang zaman ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!”  (Luk 11:29-32) 
Bacaan Pertama: Yun 3:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-4,12-13,18-19 
Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus dengan “tanda Nabi Yunus”? Injil Lukas memahami tanda ini sebagai pewartaan atau pemberitaan tentang pertobatan (Luk 11:29,32). Tidak seperti penulis Injil Matius, dia tidak membuat allusi kepada Yunus yang tiga hari tiga malam lamanya berada dalam perut ikan paus (lihat Mat 12:40).
Yesus mengatakan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya, bahwa tanda satu-satunya yang akan diberikan oleh-Nya adalah tanda Nabi Yunus. Ia sendiri sebenarnya cukup sebagai tanda bagi mereka, seperti Yunus adalah sebuah tanda bagi orang-orang Niniwe. Pada waktu Yunus datang membawakan berita pertobatan yang sederhana kepada penduduk kota kafir ini, maka mereka menanggapi pemberitaannya dengan melakukan pertobatan secara mendalam dan iman yang mendalam kepada Allah. Yesus mewartakan pesan pertobatan yang sama kepada orang banyak yang mengikuti-Nya. Dengan menyebut mereka “generasi jahat” (lihat Luk 11:29) Yesus mengingatkan mereka, bahwa mereka akan dihakimi untuk kekerasan-kepala dan ketidak-percayaan mereka. Siapa yang menghakimi? Orang-orang Niniwe yang telah bertobat karena pemberitaan Yunus, karena “sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus” (Luk 11:32).
Kata “tanda” mengacu pada sebuah peringatan atau petuah, juga dapat berarti suatu tanda atau indikasi tentang “alam surgawi”. Yesus adalah “tanda” untuk generasi-Nya karena Dia membawa Kerajaan Allah, “alam surgawi”, ke tengah-tengah orang banyak. Dalam ajaran-ajaran dan tindakan-tindakan-Nya, Yesus adalah contoh paling sempurna, dia menantang ketidak-kudusan dengan hidup-nya yang murni dan kudus sebagai Putera Allah. Setiap hal yang dilakukan dan dikatakan Yesus menunjuk pada Bapa-Nya. Jauh lebih daripada Yunus, Yesus adalah suatu “tanda” yang mewujudkan Kerajaan Allah dan menyerukan agar orang-orang untuk melakukan pertobatan. Kehadiran-Nya membuat setiap orang berada dalam situasi krisis, karena sebagai Terang Dunia Yesus mengungkap kondisi hatinya yang terdalam. “Tanda” ini dimaksudkan untuk memanggil orang-orang kembali kepada Allah.

Yesus adalah suatu “tanda” bagi kita pada zaman ini juga. Kata-kata-Nya (sabda-Nya; firman-Nya) masih dapat dibaca dalam Kitab Suci. Firman-Nya itu memiliki kuat-kuasa yang sama bagi kita seperti dua ribu tahun lalu, karena diberdayakan oleh Roh Allah yang kekal-abadi. Marilah kita renungkan apa yang ditulis dalam “Surat kepada Orang Ibrani” : “… firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk sangat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup menilai pikiran dan niat hati kita” (Ibr 4:12). Marilah kita memperkenankan firman Yesus menjadi pedang ini, yang memotong sampai ke hati-terdalam kita dan mengungkapkan tanggapan terhadap Allah yang seharusnya kita buat.
DOA: Tuhan Yesus, perkenankanlah Roh Kudus-Mu membuat hatiku tidak keras-alot terhadap-Mu. Tembuslah hatiku dengan firman-Mu agar aku dapat menanggapi pesan pertobatan yang Kauberitakan. Amin.

Isnin, Februari 19, 2018

DOA BAPA KAMI YANG DIWARISKAN OLEH YESUS SENDIRI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah – Selasa, 20 Februari 2018)
Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi, janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu, berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. [Karena Engkaulah yang punya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:7-15) 
Bacaan Pertama: Yes 55:10-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 34:4-7,16-19
Kadang-kadang kita dibuat sadar bahwa kata-kata Yesus yang paling sederhana juga berisikan jawaban terhadap keadaan-keadaan kehidupan kita yang paling menantang. Demikian pula dengan doa “Bapa Kami” ini. Karena sedemikian seringnya kita mendoakan doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri ini, maka kita dapat saja luput menangkap maknanya yang begitu kaya.
Mendoakan doa “Bapa Kami” dapat membawa pengharapan kepada kita dan juga kesembuhan  Doa ini juga dapat membuka pintu bagi suatu relasi yang lebih mendalam dengan Allah, suatu relasi yang dapat menjadi begitu mendalam sehingga mencerminkan kasih dan keintiman antara Yesus dan Bapa-Nya. Melalui doa ini, kita semua dapat mengalami berkat yang indah: Allah menawarkan kepada kita kasih-Nya, yaitu kasih sama dengan yang diberikan-Nya kepada Yesus, Putera-Nya yang terkasih (lihat Yoh 17:26).
Kata-kata pertama dari doa ini, “Bapa kami”, memperkenalkan kita kepada kasih Allah bagi kita. Dapatkah kita membayangkan seorang pribadi yang begitu berkuasa di dunia ini menawarkan diri untuk memelihara serta memperhatikan segala kebutuhan kita, sebagai anak-anaknya? Namun TUHAN semesta alam, yang kilat-kilat-Nya menerangi dunia dan yang keadilan-Nya diberitakan oleh surga/ langit (Mzm 97:4-6), …… Ia mengundang kita semua untuk memanggil diri-Nya “Bapa”. Betapa kecil pun kita merasakan diri kita di hadapan-Nya, betapa tidak berartinya kita, betapa tidak berharganya, faktanya adalah bahwa kita adalah anak-anak-Nya yang sungguh sangat berharga di mata Dia, sangat dikasihi-Nya, sejak permulaan waktu.
Manakala kita mengatakan “jadilah kehendak-Mu”, kita tidak sekadar menyerahkan diri kita kepada “seorang” Allah yang suka mengambil keputusan dengan sewenang-wenang. Sebaliknyalah, dengan mengatakan “jadilah kehendak-Mu” kita secara aktif merangkul segalanya yang telah disediakan oleh Bapa untuk kita. Kita menaruh kepercayaan kita dalam diri seorang pribadi yang rencana-Nya bagi kita jauh melampaui harapan kita yang seringkali terbatas. Selagi kita mengalami iman seperti ini, kita pun belajar tentang kebenaran janji-janji Allah. Ia menunjukkan kepada kita, hari lepas hari, bahwa rencana-rencana-Nya bagi kita adalah untuk/demi kebaikan kita, “yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan” (lihat Yer 29:11).
Allah, Bapa surgawi, tidak pernah meninggalkan kita dan tidak pernah Dia merencanakan sesuatu yang jahat atas diri kita, sesuatu yang akan mencelakakan diri kita. Kasih-Nya sempurna. Oleh karena itu, hari ini selagi kita berdoa “Bapa kami”, baiklah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membawa kita kepada suatu relasi yang lebih mendalam lagi dengan Allah. Kita adalah anak-anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya, dan hanya Dialah yang dapat memenuhi semua kebutuhan dan harapan kita. Daripada percaya kepada segala sumber daya  kita sendiri yang serba terbatas, marilah kita mencari pertolongan-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita hari ini. Pada waktu kita berdoa, baiklah kita mohon agar diberikan hati seperti Hati Yesus, selagi kita mengatakan “jadilah kehendak-Mu”.
DOA: Roh Kudus Allah, ajarlah kami untuk berdoa seperti yang diajarkan Yesus kepada kami. Bukalah diri kami agar dapat sampai pada suatu relasi yang lebih mendalam dengan Bapa surgawi. Penuhilah diri kami dengan pengetahuan akan martabat kami sebagai anak-anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Oleh kuasa-Mu, mampukanlah kami untuk menyerahkan hidup kami ke dalam pemeliharaan-Nya yang penuh kasih. Amin.

Sumber : 

Sabtu, Februari 03, 2018

KEHADIRAN YESUS MEMANIFESTASIKAN PERPADUAN KUAT-KUASA, OTORITAS DAN KASIH-NYA SECARA MENAKJUBKAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA V [Tahun B], 4 Februari 2018)
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus bersama Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Seluruh penduduk kota itu pun berkerumun di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya mencari-cari Dia. Ketika mereka menemukan-Nya, mereka berkata kepada-Nya, “Semua orang mencari Engkau.”  Jawab-Nya, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota sekitar ini, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”  Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.  (Mrk 1:29-39)
Bacaan Pertama: Ayb 7:1-4,6-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 147:1-6; Bacaan Kedua: 1Kor 9:16-19,22-23
Pernahkah anda merasa pada suatu pagi hari, bahwa anda sungguh merasa tidak mampu bangkit dari tempat tidurmu? Barangkali sesuatu yang anda tidak/kurang senangi masuk dalam jadual  hari itu; misalnya pertemuan dengan para wakil serikat sekerja dalam rangka PHK puluhan orang buruh pabrik karena kebijakan reduksi biaya perusahaan, mengunjungi ibu mertua yang sedang diopname di rumah sakit, atau karena anda memang sedang tidak enak badan, dlsb.

Seperti ibu mertua Simon Petrus yang sedang menderita sakit demam, kita juga dapat dibuat tertekan oleh beban-beban yang bersifat fisik, emosional atau spiritual. Selama masa-masa “penderitaan” seperti itu, kita dapat mengalami depresi, sehingga hampir tidak dimungkinkanlah bagi kita untuk mengasihi dan memperhatikan orang-orang lain. Bahkan pada saat-saat seperti itu tidak mudahlah bagi kita untuk percaya bahwa Allah (atau siapa saja) sungguh memperhatikan diri kita.
Ketika Yesus mendengar tentang ibu mertua Simon Petrus, langsung Ia pergi ke tempat tinggal perempuan itu. Yesus memegang tangan perempuan itu dan membangunkannya, lalu lenyaplah demamnya. Singkatnya, Yesus menyembuhkan ibu Simon Petrus, dan perempuan itu mulai melayani Yesus dan para murid yang hadir di tempat itu. Kuat-kuasa, otoritas dan kasih yang sungguh luarbiasa, dimanifestasikan dalam kehadiran Yesus. Tidak sesuatu pun – penyakit, dosa, roh jahat – yang dapat melawan Dia.
Markus menyajikan cerita ini dalam Injilnya untuk menunjukkan bagaimana Yesus menggunakan otoritas-Nya dengan penuh kasih. Ia sedemikian mengasihi kita sehingga Dia menjadi seorang manusia dan masuk ke dalam kondisi kita-manusia yang lemah dan terluka, lalu Dia berjaya lewat penyerahan hidup-Nya sendiri di atas kayu salib. Ia mengambil segala penderitaan kita dan memikul sendiri sakit-penyakit kita. Sekarang Ia mengundang kita menerima kasih-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Sang pemazmur menulis: “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mzm 147:3). Yesus sungguh ingin menyembuhkan kita sedalam mungkin – dengan meningkatkan kapasitas kita untuk menerima dalam iman segala sesuatu yang dilakukan-Nya bagi kita di atas kayu salib, dengan menarik kita lebih dekat lagi kepada diri-Nya.
Karena senantiasa berjuang untuk menjadi serupa dengan Gurunya, Santo Paulus dengan tulus dan berani menulis kepada jemaat di Korintus seperti berikut: “Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat memenangkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin menyelamatkan beberapa orang dari antara mereka. Semuanya ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya” (1Kor 9:22-23). Apabila kita sungguh percaya kepada Yesus Kristus, maka harus turut ambil bagian dalam misteri-misteri-Nya di atas altar, dan senantiasa patuh serta taat kepada perintah-perintah-Nya. Dengan demikian, Roh Kudus akan masuk ke dalam diri kita dengan lebih mendalam lagi dan memberikan kepada kita kuasa untuk mencerminkan kasih Kristus dengan lebih penuh lagi. Yesus ingin memerintah atas segala kegiatan kita melalui Roh-Nya, untuk membuat kita mengasihi Tuhan dan melayani umat-Nya dengan kerendahan hati dan bela-rasa.

Karena diperkuat oleh kehadiran Roh Kudus dalam diri kita, marilah kita berjalan dalam otoritas dan bela-rasa Yesus. Selagi kita melakukannya, maka – berkat rahmat Tuhan – kita pun akan menerima kemampuan seperti Paulus, yaitu untuk menjadi segalanya bagi semua orang, melayani mereka dalam kasih.
DOA: Tuhan Yesus, memerintahlah atas segala kegiatan kami melalui Roh Kudus-Mu, agar kami dapat mengasihi-Mu secara total, dengan demikian mampu melayani umat-Mu dengan kerendahan hati dan bela-rasa. Oleh Roh Kudus-Mu, bentuklah diriku menjadi murid-Mu yang baik, sehingga – seperti Paulus dan Engkau sendiri – aku dapat menjadi segalanya bagi semua orang.  Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS