(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah – Selasa, 20 Februari 2018)
Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi, janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu, berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. [Karena Engkaulah yang punya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:7-15)
Bacaan Pertama: Yes 55:10-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 34:4-7,16-19
Kadang-kadang kita dibuat sadar bahwa kata-kata Yesus yang paling sederhana juga berisikan jawaban terhadap keadaan-keadaan kehidupan kita yang paling menantang. Demikian pula dengan doa “Bapa Kami” ini. Karena sedemikian seringnya kita mendoakan doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri ini, maka kita dapat saja luput menangkap maknanya yang begitu kaya.
Mendoakan doa “Bapa Kami” dapat membawa pengharapan kepada kita dan juga kesembuhan Doa ini juga dapat membuka pintu bagi suatu relasi yang lebih mendalam dengan Allah, suatu relasi yang dapat menjadi begitu mendalam sehingga mencerminkan kasih dan keintiman antara Yesus dan Bapa-Nya. Melalui doa ini, kita semua dapat mengalami berkat yang indah: Allah menawarkan kepada kita kasih-Nya, yaitu kasih sama dengan yang diberikan-Nya kepada Yesus, Putera-Nya yang terkasih (lihat Yoh 17:26).
Kata-kata pertama dari doa ini, “Bapa kami”, memperkenalkan kita kepada kasih Allah bagi kita. Dapatkah kita membayangkan seorang pribadi yang begitu berkuasa di dunia ini menawarkan diri untuk memelihara serta memperhatikan segala kebutuhan kita, sebagai anak-anaknya? Namun TUHAN semesta alam, yang kilat-kilat-Nya menerangi dunia dan yang keadilan-Nya diberitakan oleh surga/ langit (Mzm 97:4-6), …… Ia mengundang kita semua untuk memanggil diri-Nya “Bapa”. Betapa kecil pun kita merasakan diri kita di hadapan-Nya, betapa tidak berartinya kita, betapa tidak berharganya, faktanya adalah bahwa kita adalah anak-anak-Nya yang sungguh sangat berharga di mata Dia, sangat dikasihi-Nya, sejak permulaan waktu.
Manakala kita mengatakan “jadilah kehendak-Mu”, kita tidak sekadar menyerahkan diri kita kepada “seorang” Allah yang suka mengambil keputusan dengan sewenang-wenang. Sebaliknyalah, dengan mengatakan “jadilah kehendak-Mu” kita secara aktif merangkul segalanya yang telah disediakan oleh Bapa untuk kita. Kita menaruh kepercayaan kita dalam diri seorang pribadi yang rencana-Nya bagi kita jauh melampaui harapan kita yang seringkali terbatas. Selagi kita mengalami iman seperti ini, kita pun belajar tentang kebenaran janji-janji Allah. Ia menunjukkan kepada kita, hari lepas hari, bahwa rencana-rencana-Nya bagi kita adalah untuk/demi kebaikan kita, “yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan” (lihat Yer 29:11).
Allah, Bapa surgawi, tidak pernah meninggalkan kita dan tidak pernah Dia merencanakan sesuatu yang jahat atas diri kita, sesuatu yang akan mencelakakan diri kita. Kasih-Nya sempurna. Oleh karena itu, hari ini selagi kita berdoa “Bapa kami”, baiklah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membawa kita kepada suatu relasi yang lebih mendalam lagi dengan Allah. Kita adalah anak-anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya, dan hanya Dialah yang dapat memenuhi semua kebutuhan dan harapan kita. Daripada percaya kepada segala sumber daya kita sendiri yang serba terbatas, marilah kita mencari pertolongan-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita hari ini. Pada waktu kita berdoa, baiklah kita mohon agar diberikan hati seperti Hati Yesus, selagi kita mengatakan “jadilah kehendak-Mu”.
DOA: Roh Kudus Allah, ajarlah kami untuk berdoa seperti yang diajarkan Yesus kepada kami. Bukalah diri kami agar dapat sampai pada suatu relasi yang lebih mendalam dengan Bapa surgawi. Penuhilah diri kami dengan pengetahuan akan martabat kami sebagai anak-anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Oleh kuasa-Mu, mampukanlah kami untuk menyerahkan hidup kami ke dalam pemeliharaan-Nya yang penuh kasih. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan