( Bacaan Injil Misa Kudus, Pekan Biasa V, Sabtu 11-2-12 )
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA, Peringatan SP Maria dari Lourdes
Pada waktu itu ada lagi orang banyak jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata, “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini, karena sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab, “Bagaimana di tempat yang terpencil ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka, “Kamu punya berapa roti?” Jawab mereka, “Tujuh.” Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya mereka menyajikannya, dan mereka pun menyajikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan kecil, dan sesudah mengucap syukur atasnya, Ia menyuruh menyajikannya pula. Mereka pun makan sampai kenyang. Kemudian mereka mengumpulkan potongan-potongan roti yang lebih, sebanyak tujuh bakul. Jumlah mereka kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pergi. Ia segera naik ke perahu bersama murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta (Mrk 8:1-10).
Bacaan Pertama: 1Raj 12:26-32; 13:33-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:6-7,19-22
Apakah yang anda rasakan sekiranya seseorang membukakan pintu bagi anda – teristimewa ketika tangan sedang penuh memegang belanjaan? Apakah hal itu tidak menghangatkan hati anda walaupun sedikit saja? Bukankah anda lebih mengingat perawat di rumah sakit yang melayani anak anda yang sedang diopname dengan senyumnya yang hangat (selalu tidak lupa menyapa dengan “selamat sore” dll. ketimbang perawat yang sekadar mengerjakan tugas-tugas betapa pun efisienny dia bekerja? Kita semua mengenali adanya bela-rasa dan kebaikan hati ketika kita memandang seseorang, dan dalam banyak keadaan hal seperti itu mencerahkan hari kita.
Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa Dia memiliki bela-rasa terhadap orang banyak yang telah mengikuti-Nya selama tiga hari penuh dan persediaan makanan mereka pun sudah habis: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini, karena sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan” (Mrk 8:2). Yesus ingin menunjukkan bahwa tidak benarlah untuk membubarkan orang banyak yang mengikuti-Nya dan mengharapkan yang terbaik. Ia ingin menunjukkan bahwa bela-rasa yang otentik melibatkan tindakan yang melampaui hal-hal praktis dan menyangkut juga pengorbanan diri sampai titik tertentu untuk menolong mengangkat penderitaan orang lain.
Yesus menunjukkan bela-rasa seperti ini sepanjang hidup-Nya di dunia. Bela-rasa-Nya inilah yang merupakan alasan mengapa Dia menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat yang membebani orang-orang. Inilah pula yang menyebabkan mengapa Dia bekerja keras dari pagi sampai malam hari berkhotbah dan mengajar. Akhirnya, inilah juga alasan mengapa Dia mengesampingkan kemuliaan surgawi dan menjadi seorang manusia seperti kita: Allah yang merendahkan diri-Nya! Dia tidak berdiam diri di tengah kenyamanan surgawi sambil menggeleng-gelengkan kepala-Nya dengan penuh ras kasihan atas keadaan umat manusia yang menyedihkan. Ia juga tidak memandang kita sebagai robot, yang dengan satu kali tepukan tangan-Nya akan menjadi beres lagi. Dengan berkat penuh dari Bapa-Nya, Yesus menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa-dosa kita semua. Dengan begitu, Dia mencapati jauh lebih banyak dan lebih besar daripada sekadar merasa kasihan.
Bela-rasa kita terhadap orang-orang lain akan sama kuat-kuasanya dan juga dapat merupakan pemberian hidup kita sendiri bagi orang-orang lain. Apakah ketika menghibur seorang sahabat yang sedang bersedih atau menyediakan waktu untuk tugas pelayanan di paroki, kita dapat menjadi perpanjangan tangan-tangan kasih Yesus di dunia. Tidak ada magic formula istimewa yang harus diikuti. Yang diperlukan hanyalah hasrat untuk memberi kepada orang lain – betapa pun kecilnya – apa saja yang telah kita terima dari Kristus. Apabila kita mengosongkan diri dengan cara ini, maka kita akan mengalami Yesus mengisi diri kita dengan lebih banyak lagi – sampai titik di mana kasih-Nya mengalir keluar dari diri kita dan memberdayakan kita untuk memberi makan kepada mereka di sekeliling kita yang sedang merasa “lapar”.
DOA: Tuhan Yesus, bukalah mataku agar dapat melihat semua saudari dan saudaraku yang sedang kesepian dan patah hati. Ajarlah aku untuk mau dan mampu mengasihi mereka dengan kasih-Mu dan untuk memberi makan mereka dengan sabda-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan