( Bacaan Pertama Misa Kudus, hari Jumat sesudah Rabu Abu, Jumat 24-2-12 )
Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allah-nya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?” Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetapi mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukuli dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada YHWH? Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan YHWH barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan YHWH akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! (Yes 58:1-9a)
Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-6,18-19; Bacaan Injil: Mat 9:14-15.
Seringkah kita mengalami yang berikut ini? Kita menepati segala praktek keagamaan – misalnya berpuasa da/atau berpantang – namun kemudian menyadari bahwa hati kita tidak ada dalam tindakan kita itu! Barangkali kita diganggu oleh distraksi-distraksi, oleh rasa susah, barangkali karena kita sedang sakit sehingga tidak merasa nyaman secara fisik, barangkali karena kita sedang lelah. Apapun alasannya, kita dibebani dengan perasaan bahwa kita telah gagal membangun relasi yang berarti dengan Allah. Sebagaimana halnya dengan semua upaya menepati aturan-aturan keagamaan, tujuan puasa adalah untuk menjadi bejana-bejana yang lebih terang, lebih murni bagi kehidupan di dalam jalan Allah, bukannya untuk memastikan bahwa kita melakukan “semua hal-hal yang benar”.
Sekarang, langkah-langkah apa saja yang dapat kita ambil selama masa Prapaskah ini untuk menyangkal atau menolak kecenderungan-kecenderungan egosentris yang selama ini telah menghalangi kita untuk keluar bertemu dengan para saudari dan saudara kita yang lain? Kita dapat menyediakan ruangan dalam hati kita bagi Yesus lewat puasa. Kita juga dapat menyediakan waktu yang sedikit lebih panjang daripada biasanya untuk membaca dan merenungkan sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci ketimbang waktu untuk menonton televisi. Barangkali kita dapat menyumbangkan sebagian dari “waktu bebas” kita untuk berperan serta dalam kegiatan sosial di tingkat paroki, wilayah atau lingkungan dlsb. Barangkali kita juga dapat pantang marah dan ngomel-ngomel. Apapun kegiatan yang kita pilih, apabila kita memalingkan hati kita kepada Allah, maka sebagaimana diproklamasikan oleh sang nabi, terang kita akan merekah seperti fajar (lihat Yes 58:8).
DOA: Tuhan Yesus, kami sungguh berkeinginan untuk menyenangkan-Mu. Anugerahilah kami dengan rahmat-Mu pada masa Prapaskah ini untuk menjinakkan nafsu kami akan hal-hal yang dimaksudkan untuk pemuasan diri kami sendiri, sehingga kami hanya merasa lapar dan haus akan kasih-Mu saja. Transformasikanlah hati kami sehingga yang ada di dalamnya hanyalah kerinduan untuk melakukan kehendak Bapa surgawi dan memuliakan nama-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan