( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Santo Blasius, Uskup & Martir, Jumat 3-2-12 )
Seperti lemak dipungut dari korban penghapus dosa, demikianlah Daud dipungut dari orang-orang Israel. Singa-singa dipermainkan olehnya seolah-olah kambing jantan belaka, dan beruang-beruang seakan-akan hanya anak domba saja. Buikankah di masa mudanya ia membunuh seorang raksasa srta mengambil nista dari bangsanya dengan melemparkan batu dari pengumban dan mencampakkan kebanggaan Goliat? Sebab berserulah ia kepada Tuhan Yang Mahatinggi, yang memberikan kekuatan kepada tangan kanannya, sehingga Daud merebahkan orang yang gagah dalam pertempuran, sedangkan tanduk bangsanya ditinggalkannya. Maka dari itu ia dimuliakan karena “laksaan”, dan dipuji-puji oleh karena berkat-berkat dari Tuhan,
Mazmur Tanggapan: Mzm 18:31,47,50-51; Bacaan Injil: Mrk 6:14-29ketika mahkota yang mulia dipersembahkan kepadanya. Sebab ia membasmi segala musuh di kelilingnya, dan meniadakan orang-orang Filistin, lawannya serta mematahkan tanduk mereka hingga hari ini. Dalam segala tindakannya Daud menghormati Tuhan, dan dengan kata yang luhur menghormati Yang Kudus, Yang Mahatinggi. Ia bernyanyi dengan segenap hati, dan mengasihi Penciptanya. Di depan mezbah ditaruhnya kecapi, dan memperindah lagu-
lagunya dengan bunyinya. Ia memberikan kemeriahan kepada segala perayaan, dan hari-hari raya diaturnya secara sempurna. Maka orang memuji-muji Nama Tuhan yang kudus, dan mulai pagi-pagi benar suara orang bertalun-talun di tempat kudus-Nya. Tuhan mengampuni segala dosanya serta meninggikan tanduknya untuk selama-lamanya. Iapun memberinya perjanjian kerajaan, dan menganugerahkan kepadanya takhta yang mulia di Israel. (Sir 47:2-11)
Apakah yang membuat Daud begitu besar? Kekuatan pribadi? Kesempurnaan moral? Apabila kita melihat sejumlah kisah tentang Daud yang dicatat kembali oleh penulis Kitab Yesus bin Sirakh dalam bacaan hari ini, maka kita dapat memperoleh jawabannya. Ciri-ciri pribadi yang paling besar adalah devosinya dan rasa hormatnya kepada Allah yang hidup. Daud memang jauh dari sempurna, menunjukkan sisi kedosaan seorang manusia yang memang sering merupakan kenyataan. Akan tetapi, walaupun pada saat berhadapan dengan dosa-dosanya sendiri, Daud menegakkan kebenaran tentang kekudusan Allah dan kedaulatan-Nya: dengan rendah hati dia mengakui ketidakpantasan dirinya.
Pada waktu tantangan Goliat kepada serdadu-serdadu Israel membuat mereka ketakutan, anak muda yang bernama Daud setuju untuk melawan Goliat – si raksasa Filistin itu (lihat 1Sam 17). Daud tidak sudi menyaksikan pasukan tentara Israel yang nota bene adalah tentara TUHAN (YHWH) kalah dan dipermalukan oleh bangsa Filistin. Kalau kita mengandalkan diri pada kalkulasi-kalkulasi manusia semata, maka tidak ada sedikit pun kemungkinan baginya untuk menang atas Goliat. Namun Daud sungguh percaya bahwa Allah-lah yang “mengatur” hasil akhir dari pertarungan antara dirinya dengan Goliat. Daud menunjukkan iman, keyakinan, dan rasa percaya yang harus dimiliki oleh setiap murid Kristiani dalam Yesus. Daud mengetahui bahwa Allah bertindak dengan penuh kuasa demi umat-Nya.
Allah tidak meninggikan Daud karena dia bebas dari dosa. Walaupun pengabdiannya kepada Allah nyaris sempurna, Daud hanyalah seorang manusia yang rentan dan memiliki kecenderungan untuk berdosa, seperti kita juga. Akan tetapi, Daud memiliki iman kepada YHWH-Allah yang begitu besar. Daud memang seorang pribadi yang besar di mata Allah karena caranya bagaimana memberi tanggapan ketika menghadapi kedosaan. Pada waktu dia dikonfrontir dengan perselingkuhannya dan keterlibatannya dalam kematian Uria, suami Batsyeba, perempuan selingkuhannya yang kemudian dijadikan istrinya yang kesekian (lihat 2Sam 11-12), hati Daud serasa terkoyak-koyak dan dengan rendah hati dia bertobat, menerima hukuman apa saja yang akan dijatuhkan Allah atas dirinya (baca Mzm 51: Miserere).
Kita telah melihat iman sederhana Daud kepada Allah yang bertindak dengan penuh kuasa demi umat-Nya. Sekarang, marilah kita melakukan pertobatan; mengakui segala dosa dan kekurangan kita, dan memiliki iman dalam kemampuan Roh Allah untuk bekerja dalam diri kita. Daud adalah seorang gembala muda biasa-biasa saja – tidak istimewa – yang oleh ayahnya sendiri malah dianggap remeh dan tidak diikutsertakan dalam kontes pemilihan calon raja Israel di hadapan nabi Samuel, namun Ia-lah yang dipilih Allah dan diurapi-Nya. Dengan demikian, walaupun diri kita tidak hebat di mata orang-orang lain, kita pun dapat menjadi pilihan Allah, karena kita memiliki iman dan menaruh kepercayaan kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita!
DOA: Bapa surgawi, bukalah mata-hati kami agar dapat melihat apa artinya hidup ini bagi anak-anak-Mu yang sungguh mengasihi-Mu dan mengikuti jejak Putera-Mu terkasih, Tuhan Yesus, meskipun masih jauh dari sempurna. Ya Allahku yang baik, berikanlah kepadaku sebuah hati seperti hati raja Daud, sehingga akupun dapat mengenal kuasa dan perlindungan-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan