(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Sabtu, 21 April 2018)
Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan dan jumlahnya bertambah besar oleh pertolongan Roh Kudus.
Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang tinggal di Lida. Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya, “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangkitlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangkitlah orang itu. Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan.
Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita – dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Karena Lida dekat dengan Yope, murid-murid yang mendengar bahwa Petrus ada di Lida, menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan, “Segeralah datang ke tempat kami.” Lalu berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setibanya di sana, ia dibawa ke ruang atas. Semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian yang dibuat Dorkas waktu ia masih bersama mereka. Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata, “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersebar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. (Kis 9:31-42)
Mazmur Tanggapan: Mzm 116: 12-17; Bacaan Injil: Yoh 6:60-69
Pada bagian yang awal dari “Kisah para Rasul”, Lukas menggambarkan pengejaran dan penganiayaan terhadap Gereja di Yerusalem (Kis 8:1-3). Akan tetapi pada hari ini kita membaca Gereja “berada dalam keadaan damai”, …. “dibangun”(Kis 9:31). Mengapa terjadi perubahan seperti itu? Bagian akhir dari ayat ini memberikan alasannya: “hidup dalam takut akan Tuhan dan bertambah besar oleh pertolongan Roh Kudus” (Yoh 9:31). Bilamana kita (anda dan saya) disentuh Roh Kudus, maka kita akan bergerak dalam hidup kita secara bebas dan dengan penuh keyakinan.
Kita melihat kebebasan ini dalam diri Petrus, seorang mantan nelayan biasa yang membuat mukjizat-mukjizat yang serupa dengan mukjizat-mukjizat Yesus sendiri. Apakah Petrus merasa gugup ketika menghadapi kelumpuhan yang diderita Eneas dan/atau kematian Tabita (Dorkas)? Dari bacaan di atas, tidak nampak adanya tanda-tanda kegugupan dalam diri Petrus dalam situasi-situasi yang dihadapinya. Daripada membiarkan dirinya dihinggapi rasa bingung apa yang harus dikatakannya atau bagaimana mengatakannya, rasa percaya Petrus pada Yesus memampukannya untuk bertindak secara bebas dan dengan kesederhanaan yang besar dan mengagumkan. Petrus menggunakan kata-kata sehari-hari yang tidak muluk-muluk. Kepada Eneas yang sudah 8 tahun lamanya terbaring di tempat karena lumpuh, Petrus berkata: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangkitlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” (Kis 9:34). Kepada Tabita yang sudah menjadi mayat, Petrus berkata; “Tabita, bangkitlah!” (Kis 9:40). Tentu Petrus berdoa sebelum melakukan mukjizat, seperti dalam kasus Tabita di mana tercatat Petrus menyuruh semua orang ke luar, lalu ia berlutut dan berdoa (Kis 9:40). Petrus membuat banyak mukjizat yang memimpin orang banyak berbalik kepada Tuhan (Kis 9:35,42).
Mengamati bagaimana Yesus bertindak melalui Petrus seharusnya membuat kita berpikir. Petrus ini bukanlah seseorang yang mempunyai reputasi sebagai seorang yang fasih berbicara atau berpidato dan juga bukanlah orang yang dapat mengontrol diri. Sebaliknya dia dikenal sebagai orang yang suka berbicara tanpa pikir-pikir terlebih dahulu, seorang yang suka bertindak secara impulsif. Apabila seseorang yang jauh dari sempurna itu dipanggil untuk melakukan pekerjaan Tuhan, maka apakah tidak mungkin apabila Yesus pun ingin menggunakan kita juga? Bukankah tetap ada kemungkinan bagi kita untuk dapat melayani Dia tanpa harus menjadi sempurna atau sepenuhnya yakin bagaimana harus melangkah selanjutnya?
Kita dapat mencoba mengikuti arahan/pimpinan dari Roh Kudus, namun bagaimana kalau hasilnya tidak positif? Contoh-contoh dari Petrus menunjukkan bahwa Kristus hidup dalam diri kita masing-masing. Secara tetap Dia menawarkan keberanian dan pengharapan. Jadi, kalau memang diperlukan, kita bertobat dan mengakui dosa-dosa kita, kemudian mendengarkan suara Yesus yang lemah-lembut yang akan menolong kita kembali ke rel ….. membangun Kerajaan-Nya. Melalui Petrus, Yesus mengulurkan tangan-Nya sendiri kepada Tabita dan membantunya untuk bangkit berdiri. Demikian pula, melalui Roh Kudus-Nya, Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada kita. Oleh karena itu marilah kita bangkit dalam setiap peristiwa, kita berbicara bebas tentang Kabar Baik kepada setiap orang yang kita jumpai, tentunya seturut dorongan Roh Kudus.
DOA: Tuhan Yesus, dengan kekuatanku sendiri aku tidak akan pernah mampu melakukan hal-hal yang Kaulakukan. Namun demikian Engkau sangat bermurah-hati. Engkau telah membagikan Roh Kudus-Mu sendiri dengan diriku dan memberdayakanku untuk melakukan pekerjaan-Mu. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Bentuklah hatiku. Aku sungguh ingin menjadi seperti Engkau. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan