(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Kamis, 26 April 2018)
Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia; tetapi Yohanes meninggalkan mereka lalu kembali ke Yerusalem. Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat menyuruh bertanya kepada mereka, “Saudara-saudara, jika ada di antara kamu mempunyai pesan untuk menguatkan umat ini, sampaikanlah!” Lalu bangkitlah Paulus. Ia memberi isyarat dengan tangannya, lalu berkata, “Hai orang-orang Israel dan kamu yang takut akan Allah, dengarkanlah! Allah umat Israel ini telah memilih nenek moyang kita dan membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan tangan-Nya yang teracung Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri itu. Empat puluh tahun lamanya Ia bersabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun. Setelah membinasakan tujuh bangsa di tanah Kanaan, Ia membagi-bagikan tanah itu kepada mereka untuk menjadi warisan mereka selama kira-kira empat ratus lima puluh tahun. Sesudah itu Ia memberikan mereka hakim-hakim sampai pada zaman Nabi Samuel. Kemudian mereka meminta seorang raja dan Allah memberikan kepada mereka Saul anak Kish dari suku Benyamin, empat puluh tahun lamanya. Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah bersaksi, “Aku telah mendapat Daud anak Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.’ Sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, dari keturunnyalah Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan baptisan tobat kepada seluruh bangsa Israel. Ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata, ‘Sangkamu aku ini siapa? Aku bukan Dia. Sesungguhnya Ia akan datang kemudian daripada aku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak.’ (Kis 13:13-25)
Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,21-22,25,27; Bacaan Injil: Yoh 13:16-20
Apakah yang anda akan lakukan apabila anda dipanggil untuk memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang-orang yang anda belum pernah temui sebelumnya? Apakah hal paling penting yang anda ingin katakan kepada mereka? Pesan Injil sebenarnya jelas. Allah begitu mengasihi kita dan ingin agar kita ada bersama Dia. Dia selalu setia dengan janji-janji-Nya. Inilah pesan yang diwartakan oleh Paulus kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia di Pisidia. Inilah juga pesan yang harus kita beritakan pada zaman modern ini.
Pada waktu Paulus dan Barnabas diutus untuk perjalanan misioner mereka yang pertama, mereka berkhotbah dalam sinagoga. Paulus menggunakan kesempatan ini untuk berbicara kepada orang-orang yang hadir tentang kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-janji yang telah dibuat-Nya melalui para nabi. Secara singkat memaparkan jalan sejarah bangsa Yahudi sambil menggambarkan betapa Bapa di surga tetap setia kepada umat-Nya dari zaman ke zaman – bahkan pada saat-saat di mana mereka meninggalkan-Nya. Pada akhirnya, Allah memberikan Yesus kepada mereka, sebagai Dia yang melalui-Nya mereka dapat menerima keselamatan seperti yang dimaksudkan-Nya.
Apabila Allah tetap komit kepada umat-Nya dari abad ke abad, kita dapat mempercayai-Nya untuk kesetiaan-Nya kepada kita juga. Apalagi kita tahu bahwa kita adalah orang-orang pendosa yang sungguh membutuhkan penebusan. Yesus menyerahkan hidup-Nya sendiri agar kita dapat memperoleh suatu kehidupan baru. Yang kita perlukan hanyalah menerima kehidupan baru tersebut. Dalam Yesus kita mempunyai harta kekayaan yang tak terkira nilainya. Suatu jaminan dan pengharapan yang penuh berkat!
Kita dapat bertanya kepada diri kita masing-masing: Apakah aku telah mengalami kebenaran yang indah ini? Kita juga dapat mengambil waktu untuk memandang kehidupan kita di masa lampau dan mohon kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada kita jalan-jalan yang telah kita tempuh di bawah bimbingan-Nya dan perlindungan-Nya. Kita mohon kepada-Nya agar menunjukkan kepada kita saat-saat di mana tangan-tangan Allah terlihat campur tangan dalam kehidupan kita, bahkan ketika kita sedang berada jauh dari diri-Nya. Baiklah kita mengingat juga kapan saja Dia menjawab doa-doa kita dan setia pada janji-janji-Nya. Marilah kita berterima kasih penuh syukur kepada-Nya untuk saat-saat itu dan biarlah kebenaran-kebenaran-Nya mencairkan hati kita masing-masing. Biarlah Dia merangkul diri kita dengan penuh kasih.
DOA: Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu, ya Bapa, karena Engkau senantiasa beserta kami dan tidak pernah membuang kami. Terima kasih karena Engkau telah memberikan Putera-Mu yang tunggal kepada kami dan berbagi/syering hidup-Mu dengan kami. Kami juga berterima kasih karena Engkau menginginkan kami agar bersama-Mu sepanjang segala masa dan mengasihi kami dengan suatu kasih yang kekal. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan