(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Sabtu, 12 Januari 2019)
Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan S. Bernardus dari Corleone, Biarawan Kapusin
Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia tinggal di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi, Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air. Orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.
Lalu timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya, “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah bersaksi, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Jawab Yohanes, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga. Kamu sendiri dapat bersaksi bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang punya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. (Yoh 3:22-30)
Bacaan Pertama: 1Yoh 5:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6,9
Seorang pemain sepak bola baru saja menciptakan sebuah gol spektakuler, ia baru saja berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan pada menit terakhir sebuah pertandingan menentukan. Ia pun kemudian diarak dengan penuh kegembiraan oleh rekan-rekan satu timnya dan para penonton pendukung tim-nya pun mengelu-elukan dia. Untuk kesekian kalinya mereka menjadi juara liga sepak bola di negeri mereka! Seorang eksekutif perusahaan baru saja menutup sebuah business deal yang sangat penting. Ia melihat pandangan kagum penuh penghargaan dari atasannya dan para rekan kerjanya. Seorang remaja baru saja lulus SMU, dan ia difoto bersama dengan kedua orangtuanya yang bangga akan prestasinya. Ya, di dalam masyarakat seperti kita kenal, biasanya kekaguman datang hanya sebagai ganjaran atas capaian atau perbuatan yang legitim dan baik menurut ukuran manusia.
Namun, Yohanes pembaptis mengungkapkan bahwa Yesus memandang diri kita secara berbeda. Dia bersukacita karena memandang kita apa adanya, bukan hanya karena apa yang berhasil kita capai. Kita adalah “mempelai/pengantin” dan Kristus adalah “mempelai laki-laki” (Why 21:1-2). Yesus memandang kita dengan sukacita sebegitu rupa sehingga pada kenyataannya Dia bernyanyi karena kita. Hal ini mengingatkan kita kepada ayat Kitab Suci berikut ini: “TUHAN (YHWH) Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai …” (Zef 3:17). Ia senang sekali memandang kita seperti seseorang memandang kekasihnya, dan Ia bergembira melakukan sesuatu yang baik bagi kita karena Dia mengasihi kita. Mari kita lihat apa yang dikatakan-Nya: “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku. Aku akan bergirang karena mereka untuk berbuat baik kepada mereka dan Aku akan membuat mereka tumbuh di negeri ini dengan kesetiaan, dengan segenap hati-Ku dan dengan segenap jiwa-Ku” (Yer 32:40-41). “Capaian” kita, prestasi kita, terletak pada penerimaan kasih-Nya dengan kerendahan hati, dan berjuang untuk hidup sebagai mempelai-Nya yang setia.
Selagi Yohanes Pembaptis mengamati awal karya Yesus di depan umum, ia dengan segala senang hati menuntun para pengikutnya kepada sang “mempelai laki-laki”. Motto-nya sekarang adalah, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30). Kesenangan Yohanes karena boleh ikut ambil bagian dalam cintakasih Yesus lebih besar daripada kepuasan apa saja yang mungkin dirasakannya karena berhasil dengan baik melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Mendengar suara Yesus saja sudah menjadikan Yohanes penuh dengan sukacita (Yoh 3:29).
Sebagaimana halnya dengan Yohanes Pembaptis, kita pun dapat bersukacita dalam Yesus sementara kita menantikan datangnya saat untuk perjamuan surgawi, seperti ada tertulis: “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba” (Why 19:9). Saat itu adalah saat di mana “Ia akan menghapus segala air mata dari mata kita, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (lihat Why 21:4). Cobalah kita membayangkan bagaimana merdunya suara para malaikat yang dengan penuh sukacita menyanyikan puji-pujian mereka selagi mereka melihat betapa besar kasih Allah kepada pengantinnya.
Pada hari ini, baiklah kita sediakan waktu yang istimewa untuk merenungkan bagaimana Yesus, sang mempelai laki-laki, sungguh rindu untuk hidup bersama kita dalam kehidupan kekal.
DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau begitu mengasihi diriku dan sungguh menyenangi aku, bahkan ketika aku berada dalam kelemahan-kelemahanku. Tuhan Yesus, aku ingin menjadi mempelai-Mu yang senantiasa menyenangkan hati-Mu. Biarlah cara-cara-Mu semakin besar dalam diriku dan cara-caraku sendiri menjadi semakin kecil. Terima kasih, ya Tuhan Yesus, karena Engkau membuat sukacitaku menjadi penuh selagi aku mendekat kepada-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan