(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Rabu, 9 Januari 2019)
Sesudah itu Yesus segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dahulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Menjelang malam perahu itu sudah di tengah danau, sementara Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan diatas air dan hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka, “Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun reda. Mereka sangat tercengang, sebab mereka belum juga mengerti walaupun sudah mengalami peristiwa roti itu, dan hati mereka tetap tidak peka. (Mrk 6:45-52)
Bacaan Pertama: 1Yoh 4:11-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-210-13
Dalam beberapa hari ini, liturgi Gereja terus memberikan bukti kepada kita guna menunjukkan siapa Kristus sebenarnya. Kemarin kita melihat kuasa Yesus untuk melipat-gandakan roti dan ikan. Namun demikian, para murid-Nya “belum juga mengerti walaupun sudah mengalami peristiwa roti itu, dan hati mereka tetap tidak peka” (Mrk 6:52). Pada hari ini kita menyaksikan kuasa Yesus atas kekuatan alam selagi Dia berjalan di atas air dan meredakan angin sakal. Ini adalah Yesus yang sama, yang dua pekan lalu dalam liturgi digambarkan sebagai seorang anak kecil tak berdaya di dalam palungan.
“Berjalan di atas air” yang dilakukan oleh Yesus dalam peristiwa ini bukanlah sekadar suatu pertunjukan kekuasaan (Inggris: show of power). Perjanjian Lama memandang “berjalan di atas air” sebagai suatu fungsi ilahi. Dalam Kitab Ayub misalnya, Ayub mendeklarasikan bahwa Allah “seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut” (Ayb 9:8). Dengan “berjalan di atas air” Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Manifestasi ini dipertinggi/ditingkatkan dengan pernyataan Markus yang penuh misteri: “Ia …… hendak melewati mereka” (Mrk 6:48). Ketika YHWH menyatakan kemuliaan-Nya kepada Musa, Dia pertama-tama “melewati”-nya sehingga Musa hanya dapat melihat Dia dari belakang dan Musa pun selamat karena tidak ada orang yang melihat YHWH dapat hidup (lihat Kel 33:19-23). Akan tetapi, kepada para murid-Nya, Yesus menunjukkan wajah-Nya.
Dengan demikian, tidak mengherankanlah bila kita membaca betapa terkejutnya para murid Yesus ketika melihat-Nya, mereka berteriak-teriak ketakutan karena mengira Dia hantu. Kata-kata Yesus kepada mereka sangat menyejukkan dan membuat tenang: “Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” (Mrk 6:50). Yesus membawa pesan yang sama kepada semua orang yang sedang dikuasai oleh rasa takut. Ketika kita dilanda rasa takut, apakah kita berpaling kepada Yesus dan memperkenankan Dia menghibur kita? Bayi Yesus dalam palungan di Betlehem tidak berakhir di situ karena selanjutnya kita dipimpin kepada perwahyuan-perwahyuan yang lebih besar sepanjang kehidupan Yesus, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Demikian pula, selagi kita menyerahkan hidup kita kepada Dia dan menaruh kepercayaan kepada-Nya, Ia akan menyatakan hal-hal yang lebih besar lagi kepada kita.
Apakah berbagai manifestasi kekerasan dalam masyarakat kita maupun di dunia menakutkan kita? Apakah kita mengalami kebingungan sehubungan dengan masalah keuangan? Apakah kesehatan tubuh kita merupakan masalah yang serius akhir-akhir ini? Dalam semua hal ini, marilah kita mengingat kata-kata Yesus: “Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” Mengomentari Yesus yang berjalan di atas air, Santo Augustinus dari Hippo [354-430] menulis: “Dia datang melangkahi ombak-ombak; dengan demikian Ia menaruh semua gelombang huruhara kehidupan di bawah kaki-Nya. Hai umat Kristiani – mengapa harus takut?”
DOA: Tuhan Yesus, pada saat-saat aku dibebani oleh rasa takut, perkenankanlah Roh Kudus-Mu mengingatkan aku akan sabda-Mu yang menyejukkan: “Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau adalah sungguh Imanuel yang senantiasa menyertai umat-Mu. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan