(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan
S. Antonius, Abbas – Sabtu, 17 Januari 2015)
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak
datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia lewat di situ,
Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di tempat pemungutan cukai lalu Ia berkata
kepadanya, “Ikutlah Aku!” Lewi pun
bangkit lalu mengikuti Dia. Kemudian
ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang
mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat bahwa
Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada
murid-murid-Nya, “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang
berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata
kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mrk 2:13-17)
Bacaan Pertama: Ibr 4:12-16;
Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-10,15
Andaikan anda sedang memulai
sesuatu yang baru, barangkali suatu bisnis yang baru (apabila anda seorang
pengusaha atau pemimpin di bidang bisnis), bukankah anda ingin memperoleh
orang-orang terbaik untuk mengisi posisi-posisi puncak yang ada, misalnya untuk
anggota direksi perusahaan anda dan posisi kunci lainnya dalam perusahaan anda?
Bukankah anda sebagai seorang pribadi pemimpin yang waras akan mencari
orang-orang yang berlatar pendidikan terbaik dan para go-getters yang akan get the
job done, bukannya para “yes men” atau para penjilat “ABS” yang oportunis?
Walaupun “waras” dalam artian
sesungguhnya, Yesus lain sekali dengan para pemimpin sekular atau keagamaan
yang hidup di dunia. Yesus menemukan para rasul-Nya di perahu-perahu nelayan,
bahkan di “kantor pajak/cukai”, seperti halnya dengan Lewi anak Alfeus atau
Matius ini (Mrk 2:14). Kelihatannya Yesus suka memilih calon-calon yang dapat
dijadikan sahabat-sahabat akrab/intim bagi diri-Nya dan kepada mereka Dia akan
mempercayakan Gereja-Nya.
Pilihan Yesus atas diri Lewi
barangkali membingungkan orang-orang. Sebuah teka-teki pada zaman-Nya. Pada
abad pertama di Israel, para pemungut cukai tidak memiliki status dalam
masyarakat Yahudi. Mereka dihina karena mereka bekerja untuk kekaisaran Roma
dan biasanya mereka memperagakan kekayaan pribadi yang mencolok, tentunya lewat
“pemerasan” atas diri anggota masyarakat. Di sisi lain pilihan Matius atas diri
Yesus juga sama penuh teka-tekinya. Perubahan dirinya yang secara mendadak,
dari seorang pemungut cukai yang tidak patut dipercaya menjadi seorang murid
yang penuh gairah tentunya mengejutkan setiap orang yang mengenalnya. Mengapa
dia mau melepaskan pekerjaannya yang “basah” itu demi mengikuti seorang tukang
kayu dari Nazaret yang menjadi seorang rabi? Tentunya, dalam hal ini “uang”
bukanlah motifnya!
Keputusan Lewi untuk meninggalkan
segalanya dan langsung mengikut Yesus memberikan petunjuk kepada kita mengapa
Yesus memanggil dirinya. Yesus memandang ke dalam hati Lewi dan melihat di hati
itu adanya rasa haus, kerinduan akan Allah dan potensi untuk mengenali harta surgawi.
Lewi membuktikan Yesus benar ketika Dia menerima undangannya untuk merayakan
kehidupan barunya dalam sebuah perjamuan di rumahnya, di mana para pemungut
cukai yang lainpun dan orang-orang berdosa dapat bertemu dengan Tuhan (Mrk
2:15).
Sejak saat itu, Lewi tak
henti-hentinya menawarkan harta-kekayaan Injil yang tak ternilai harganya itu
secara bebas-biaya, semua free-of-charge. Tradisi mengatakan bahwa Lewi atau
Matius ini mewartakan Kabar Baik Yesus Kristus di tengah-tengah orang-orang
Yahudi selama 15 tahun setelah kebangkitan Yesus, kemudian dia pergi ke
Makedonia, Siria dan Persia. Di Persia inilah dikatakan bahwa Matius mengalami kematian sebagai
martir Kristus.
Iman dan devosi yang terbukti
nyata dalam diri Matius adalah kualitas-kualitas pribadi yang diinginkan oleh
Yesus dari kita juga yang hidup pada zaman modern ini. Jangan ragu-ragu!
Apabila Allah dapat mengubah Matius, Petrus dan yang lainnya menjadi
rasul-rasul, bayangkanlah apa yang dapat dilakukan-Nya atas diri kita. Yesus
dapat mengangkat segala halangan yang merintangi diri kita untuk dipakai
oleh-Nya. Yang diminta-Nya hanyalah bahwa kita percaya pada kasih-Nya yang
penuh kerahiman dan kita menaruh kepercayaan pada kuat-kuasa dan rahmat-Nya.
DOA: Tuhan Yesus, di atas segalanya, kuingin
mengenal dan mengalami kasih-Mu, yang melampaui segala sesuatu yang ada,
seperti yang dialami oleh Matius, rasul-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS