(Bacaan Injil
Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Sabtu, 23 Mei 2015)
Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang
dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka
sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata, “Tuhan, siapakah dia
yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata
kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku
menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.
Tetapi engkau: Ikutlah Aku.” Lalu tersebarlah kabar di antara saudara-saudara
itu bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus
bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia
tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”
Dialah murid
yang bersaksi tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu
bahwa kesaksiannya itu benar.
Masih banyak
lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus
dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang
harus ditulis itu. (Yoh 21:20-25)
Bacaan
Pertama: Kis 28:16-20,30-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 11:4-5,7
Selagi kita
mendekati penghujung Masa Paskah, kita membaca enam ayat terakhir dari Injil
Yohanes yang berisikan sebuah pelajaran yang indah bagi kita.
Dalam
penampilan-Nya sebagai Tuhan yang bangkit, Yesus baru saja mengatakan kepada
Petrus bagaimana rasul-Nya itu akan menderita penganiayaan dan mengalami
kematiannya sebagai martir Kristus. Karena Yesus tidak mengatakan apa-apa
tentang kematian Yohanes, Petrus menjadi ingin tahu dan bertanya kepada Yesus, “Tuhan,
bagaimana dengan dia ini?” (Yoh 21:21).
Yesus
tidak pernah memberi jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan “kosong”
yang diajukan demi memenuhi rasa ingin tahu seseorang. Dalam Injil Lukas,
misalnya, ada seseorang yang tertanya kepada Yesus, “Tuhan,
sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab
Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk
melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan
berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat ……” (Luk
13:23 dsj.). Jadi, dalam kasus kita kali ini, Yesus juga memberikan jawaban
yang seakan mengandung “teka-teki”, “Jikalau Aku menghendaki,
supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau:
Ikutlah Aku” (Yoh 21:22). Yesus tidak memberi kepuasan
terhadap rasa ingin tahu Petrus. Yesus hanya mengatakan kepada Petrus agar dia
benar-benar mengikuti jejak-Nya, sampai kepada penyalibannya. Itulah yang
penting!
Mengapa
kita begitu ingin tahu tentang perkara-perkara orang-orang lain? Mengapa kita
bertanya mengenai cara-cara Allah dalam mengasihi masing-masing kita sebagai
individu. Yesus seakan berkata kepada Petrus: “Engkau adalah Petrus dan
Yohanes adalah Yohanes. Aku tidak dapat memperlakukan kamu berdua secara sama.
Aku harus menghargai individualitasmu masing-masing, karunia-karuniamu yang
istimewa.” Patut dicatat bahwa kebenaran ini tidak
hanya berlaku di kalangan kaum awam dalam Gereja, melainkan juga berlaku di
kalangan para anggota pimpinan Gereja.
Seringkali
kita merasa iri hati dan kesal karena Allah kelihatannya memperlakukan
orang-orang lain dengan kasih yang melebihi kasih-Nya kepada kita sendiri.
Bagaimana hal ini sampai terjadi? Allah adalah kasih. Kasih Allah itu tanpa
batas kepada setiap orang tanpa kecuali. Kita harus belajar untuk menerima
kasih-Nya bagi kita dan cara Dia mengasihi kita, walaupun kadang-kadang kita
tidak memahaminya. Mulai saat ini, janganlah sampai kita merasa kurang dikasihi
ketimbang orang-orang lain.
Allah kita
adalah “Allah yang cemburu” (lihat Kel 34:14). Ia menginginkan setiap
relasi-Nya dengan anak-anak-Nya merupakan relasi yang sepenuhnya personal dan
unik.
DOA: Tuhan Yesus,
terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau mengasihiku secara
sangat mempribadi. Aku sungguh berbahagia karena di mata-Mu aku adalah seorang
pribadi yang istimewa. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus Kristus, Tuhan dan
Juruselamatku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS