(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Atanasius, Uskup Pujangga Gereja – Rabu, 2 Mei 2018)
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yoh 15:1-8)
Bacaan Pertama: Kis 15:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-5
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” (Yoh 15:1)
Sebagai pokok anggur yang benar, Yesus adalah penggenapan dari segala sesuatu yang dikatakan tentang Israel sebagai kebun anggur pilihan Allah (lihat Mzm 80:9; Yes 5:1-7; Yer 2:21; Hos 10:1). Namun semua hal ini hanyalah bayangan dari realitas yang kita kenal sebagai Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah sungguh Putera terkasih dari Bapa di surga, Sang Terpilih dalam artian yang sangat unik. Relasi intim yang terjalin antara Bapa dan Yesus kemudian “diperpanjang” sampai kepada para murid-Nya: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:5).
Ini adalah sebuah alegori yang agak berbeda dengan perumpamaan dalam arti parabel (Inggris: parable). Dalam sebuah parabel, hanya poin utama sajalah yang dimaksudkan untuk diterapkan dalam kehidupan. Sebaliknya, dalam sebuah alegori semua detil diterapkan. Selagi alegori pokok anggur diceritakan, para murid mendengar banyak aspek relasi Kristus dengan mereka. Tema-tema seluruh diskursus dalam Perjamuan Terakhir dapat diringkaskan sebagai berikut: (1) Walaupun Yesus sedang berada pada titik siap untuk berpisah secara fisik, pekerjaan-Nya akan berlanjut; (2) para murid akan diberi amanat untuk melanjutkan tugas-Nya; (3) mereka akan menerima “energi ilahi” untuk melaksanakan tugas itu.
Pekerjaan Bapa sebagai pengusaha adalah memotong ranting yang tidak berbuah dan membersihkan ranting yang berbuah, juga diterapkan pada kehidupan. Pohon anggur adalah sebatang tetumbuhan yang bertumbuh dengan cepat dan harus dipotong, dipangkas secara drastis apabila ingin menghasilkan buah secara berlimpah. Pemangkasan ranting yang tidak berbuah mengingatkan kita bahwa komunitas orang yang sungguh percaya itu dipisahkan dari mereka yang telah “dipangkas” dari Kristus melalui/karena ketidak-percayaan mereka. Pembersihan ranting yang berbuah mengingatkan kita pada proses pemurnian atau pembersihan. Jadi, mengingatkan kita pada peristiwa pembasuhan kaki para murid oleh Yesus sebelum Perjamuan Terakhir, ketika Yesus berkata kepada Petrus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (Yoh 13:8). Akan tetapi, sekarang Yesus meyakinkan mereka kembali para murid bahwa mereka telah dibersihkan oleh ajaran-ajaran-Nya …… “karena firman yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 15:3).
Poin berikutnya dalam alegori ini adalah kebenaran yang indah bahwa para murid merasa nyaman dalam Kristus, seperti ranting dengan pokok anggurnya. Rumah adalah tempat di mana kita berdiam dan di mana kita kembali dan kembali lagi setiap kali kita berada di luar. Inilah bagaimana seorang murid menemukan bahwa hidup-Nya berakar dan bertumpu pada Kristus dan dia selalu kembali kepada Kristus untuk arti, terang dan makanan. Yesus bersabda: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Yang dimaksudkan itu buah macam apa? Kita memperoleh jawabannya dalam Surat Yohanes yang pertama: “Dan inilah perintah-Nya: supaya kita percaya kepada nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita” (1Yoh 3:23).
Percaya berarti membuat pikiran (akal budi) kita dicerahkan oleh ajaran Yesus, untuk mempunyai kepercayaan kita sepenuhnya berakar pada diri-Nya, dan memperoleh damai-sejahtera kita dalam pengampuan ilahi-Nya. Ketika kita begitu berakar dalam Yesus, maka kita dengan sukarela membuka hidup kita dalam kasih praktis bagi orang-orang lain dengan kasih Yesus sendiri.
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Jawaban atas doa dijamin … namun catatlah syaratnya: “jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu”. Kenyataannya adalah bahwa siapa saja yang kokoh berakar dan bertumpu dalam Kristus hanya akan meminta apa saja yang dikehendaki oleh Allah.
“Alegori tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya” ini mengajar kita bahwa menjadi seorang murid Yesus Kristus merupakan suatu panggilan yang agung. Kita ditantang untuk menjadi pelayan-Nya yang menghasilkan buah di tengah dunia dewasa ini. Dengan indah kita dijamin kembali bahwa sukses dalam tugas ini adalah karena “energi ilahi” yang ada dalam diri kita apabila kita hidup dalam Kristus.
DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau berbagi kehidupan ilahi-Mu dengan kami masing-masing. Biarlah segala sesuatu yang kami lakukan dipimpin oleh pengenalan akan kebenaran-Mu. Amin.
Sumber :