(Bacaan
Injil Misa Kudus, Peringatan S. Andreas Kim Taegon, Imam & Paulus Chong
Hasang dkk., Martir-martir Korea – Sabtu, 20 September 2014)
Ketika
orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke
kota menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan,
“Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia
menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan
burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang
berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan
menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah
tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru,
“Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Murid-murid-Nya
bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu
diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun
memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di
pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah
Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan
percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah
orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira,
tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa
pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang
telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit
oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak
menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah
orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang
baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15)
Bacaan
Pertama: 1Kor 15:35-37,42-49; Mazmur Tanggapan: Mzm 56:10-14
“Yang
jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman
itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan”
(Luk 8:15).
Injil
hari ini mengingatkan kita bahwa mengasihi Allah dan mengasihi sesama adalah
dua hal:
(1) mendengarkan Sabda Allah dan
(2)
memeliharanya serta melaksanakannya.
Banyak
orang Yahudi dalam masa Yesus hidup di dunia sebagai seorang manusia adalah
para petani. Mereka memahami hal-ikhwal pertanian, misalnya tentang cara
menanam atau menabur benih, tanah yang baik dan tidak baik, pengairan/irigasi
dst. Yesus mengatakan bahwa menyebarkan sabda Allah adalah seperti menabur
benih, yang harus dilakukan pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan
dengan cara yang tepat pula.
Yesus
mengatakan bahwa ada orang-orang yang memang tidak ingin mendengarkan sabda
Allah pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dengan cara yang tepat
pula. Itulah sebabnya mengapa sabda Allah tidak menolong mereka. Itulah
sebabnya mengapa mereka tidak menghasilkan buah. Namun bagi mereka yang sungguh
ingin mendengarkan sabda Allah, dunia yang baru benar-benar terbuka! Hal ini
memberikan kepada mereka keberanian untuk terus melangkah maju, mencerahkan
pikiran-pikiran dan kata-kata yang mereka ucapkan, dan membawa kasih ke dalam
tindakan-tindakan mereka.
Bagian
yang sungguh penting dari petikan di atas adalah frase “mengeluarkan buah dalam
ketekunan”. Memang agak mudahlah untuk menjadi bagian dari orang banyak yang
mendengarkan sabda Allah tentang kasih dan keadilan, tentang hak-hak orang
lain, tentang tugas-tugas kita dalam hidup ini. Namun untuk melaksanakan semua
itu dalam ketekunan dalam hidup kita sehari-hari – hari demi hari – adalah
suatu persoalan lain. Masalah “teori vs praktek” ini juga merupakan pembahasan
yang cukup hangat dalam pertemuan Kitab Suci di lingkungan kami pada malam
tanggal 17 September lalu, ketika kami membahas masalah “hidup untuk melayani”.
Ada
juga dari kita – umat Kristiani – yang masih bersikap pilih-pilih. Kita senang
mendengarkan kata-kata indah tentang kasih dan hal-hal yang enak didengar
lainnya. Akan tetapi, ketika Yesus Kristus berbicara kepada kita tentang
dosa-dosa kita, tentang berbagai ketidakadilan yang kita lakukan, atau hukuman
macam apa yang pantas kita terima untuk semua itu, maka kita tidak sudi
mendengarkan sabda Allah itu. Dalam hal ini kita kelihatannya konsisten. Kita
hanya mencari sisi yang mudah saja dari berbagai hal yang kita hadapi.
Kalau
kita tidak menerima pesan Allah secara keseluruhan, maka kita sebenarnya
tidaklah mendengarkan sabda-Nya. Kalau kita tidak mempraktekkan keseluruhan
perintah Allah dengan cara sebaik-baiknya seturut kemampuan kita, maka kita
sesungguhnya tidak mengeluarkan buah dalam ketekunan.
DOA:
Tuhan Yesus, kubuka hatiku kepada-Mu seperti sebidang tanah yang baik, siap
untuk menerima dari-Mu benih-benih sabda-Mu yang Engkau taburkan ke dalam
hatiku. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan