( Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan B. Dionisius dan Redemptus, Biarawan Martir Indonesia, Kamis 1-12-11 )
Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: “Pada kita ada kota yang kuat, untuk
Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,19-21,25-27; Bacaan Injil: Mat 7:21,24-27keselamatan kita TUHAN (YHWH) telah memasang tembok dan benteng. Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia! Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada YHWH selama-lamanya, sebab YHWH ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu. Kaki orang-orang sengsara, telapak kaki orang-orang lemah akan menginjak-injaknya.” ( Yes 26:1-6 )
Dalam visinya tentang zaman mesianis, Yesaya melihat sebuah kerajaan yang dihuni oleh “bangsa-bangsa yang benar, yang tetap setia pada iman” – orang-orang miskin dan membutuhkan – sementara yang angkuh dan ditinggikan direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu (lihat Yes 26:2-6). Banyak sekali ayat-ayat dalam Kitab Suci yang berbicara mengenai kasih Allah terhadap orang-orang lemah dan rendah hati dan penghakiman-Nya atas orang-orang yang angkuh-sombong, seperti yang ditulis oleh sang pemazmur: “YHWH itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh” (Mzm 138:6). Seperti yang dikatakan Maria dalam kidungnya: “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” (Luk 1:53). Juga seperti yang disabdakan-Nya sendiri: “Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:12).
Sementara komunitas suster-suster kecilnya semakin bertumbuh-kembang dan popular, seorang imam dengan ambisi berlebihan yang berafiliasi dengan mereka mulai mengambil semakin banyak kredit atas karya kasih Jeanne dan para susternya. Pada akhirnya si imam itu berhasil mendesak Jeanne untuk “pensiun dini”, sedangkan dia sendiri bertumbuh menjadi semakin populer. Selama masa susah ini Jeanne tidak pernah protes di muka publik. Ia tahu sekali, bahwa “Suster-suster kecil dari Orang Miskin” adalah karya Allah sendiri – bukan karyanya – sehingga dengan demikian Jeanne mampu menyerahkannya dan melanjutkan pemusatan perhatiannya pada tujuan tertinggi, yaitu mengasihi Tuhan Allah dalam segala situasi. Jeanne Jugan dibeatifikasikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 3 Oktober 1982 dan dikanonisasikan sebagai seorang Santa oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2009.
DOA: Bapa surgawi, rahmat-Mu cukuplah bagiku dalam segala situasi yang kuhadapi dalam hidup ini. Ajarlah aku untuk tetap berdiri tegak dalam segala kelemahanku dan bergembira untuk rahmat berlimpah dari-Mu yang ada dalam diriku. Bapa, aku sungguh rindu untuk bertemu dengan-Mu – muka ketemu muka – dan melihat sendiri segala kebesaran-Mu. Tolonglah aku agar tetap setia pada hal-hal yang akan membawaku lebih dekat lagi kepada-Mu, sehingga pengenalan dan kasihku kepada-Mu menjadi semakin dalam pula. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS