(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Kamis, 28 Februari 2013)

Bacaan Pertama: Yer
17:5-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6
Orang kaya dalam
perumpamaan Yesus ini kelihatannya mempunyai segalanya: pakaian dan jubah dari
kain yang tenunannya halus dan mahal, makanan-minuman yang terbaik, dan kita
dapat mengasumsikan bahwa para hamba atau pelayannya senantiasa siap
melayaninya dalam segala kebutuhannya. Selagi menceritakan perumpamaan ini, tentang
si orang kaya itu Yesus mengatakan bahwa “setiap hari ia bersukaria dalam
kemewahan” (Luk 16:19) untuk menunjukkan bahwa orang kaya itu tidak kekurangan
sesuatu apa pun untuk hidup baik dan nyaman. Orang ini begitu kaya dan berkuasa
sehingga ada indikasi bahwa keluarganya pun bahkan memiliki salinan Kitab
Taurat sendiri dan juga kitab para nabi (lihat Luk 16:29). Dengan segala
harta-kekayaan yang dimilikinya dan juga Kitab Sucinya, maka tentunya tidak ada
alasan baginya untuk mengabaikan kebutuhan orang miskin yang berbaring dekat
pintu rumahnya. Namun sayangnya, orang kaya itu mengabaikan keberadaan si
miskin itu.
Kesalahan orang
kaya itu bukanlah fakta bahwa dia adalah seorang kaya, melainkan dia begitu
sibuk dengan pemuasan dirinya dengan segala kenikmatan sehingga tidak
memperkenankan sabda Allah dalam Kitab Suci – atau seruan orang miskin – untuk
merobek hatinya. Sebagai sabda Allah, Kitab Suci memiliki kuat-kuasa untuk
merobek hati kita dan membuka diri kita bagi kebenaran-kebenaran Injili dan janji-janji
Allah. Ini benar dalam Perjanjian Lama seperti juga benar dalam Perjanjian
Baru. Abraham mengatakan kepada si orang kaya itu bahwa saudara-saudaranya
mempunyai “Musa dan para nabi” untuk mengajar mereka tentang Allah,
perintah-perintah-Nya dan kasih-Nya – dan semua itu seharusnya cukup bagi
mereka.
Kitab Suci sebagai
sabda Allah mempunyai kekuatan untuk menyentuh dan mengubah diri kita. Sang
pemazmur mengatakan: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat
orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk
dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN (YHWH),
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mzm 1:1-2).
Hidup kita
sehari-hari dipenuhi kesibukan, kebutuhan-kebutuhan keluarga, tuntutan-tuntutan
di tempat kerja, dan urusan rumah tangga yang kelihatannya tak selesai-selesai.
Ini semua adalah tanggung-jawab yang baik dan perlu. Namun apabila semua itu
menjadi fokus kita satu-satunya, maka dengan mudah membuat kita luput menyadari
keberadaan Lazarus-Lazarus dalam kehidupan kita, dan seperti si orang kaya
dalam perumpamaan Yesus ini, kita pun akan terjerat pada urusan-urusan kita
sendiri. Allah menginginkan begitu banyak lagi bagi diri kita. Yang diperlukan
dari diri kita adalah membuka pintu dan jendela hati kita dan menyerahkan diri
kita kepada-Nya, maka kita pun akan menemukan kekayaan berkelimpahan dari
sabda-Nya, kekayaan yang dapat menjadi makanan pesta kita setiap hari. Semoga
kita senantiasa membuka diri kita bagi sabda Allah.
DOA: Roh Kudus
Allah, berikanlah kepadaku sebuah hati yang terbuka dan dapat menerima
pengajaran-Mu. Aku mungkin sangat sibuk hari ini, namun aku tetap memohon
kepada-Mu untuk menolong aku menyerahkan waktuku dan pemusatan perhatianku
kepada-Mu, sehingga aku pun dapat disentuh oleh sabda-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan