(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah –
Jumat, 1 Maret 2013)
“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang
tuan tanah membuka kebun anggur dan membuat pagar sekelilingnya. Ia menggali
lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu.
Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke
negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada
penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi
penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang
seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain lagi dengan batu. Kemudian
tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang
semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.
Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.
Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata
seorang kepada yang lain: Inilah ahli warisnya, mari kita bunuh dia, supaya
warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar
kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Apabila tuan kebun anggur itu datang,
apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata mereka
kepada-Nya, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan
disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya
kepadanya pada waktkunya.” Kata Yesus kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca
dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi
batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata
kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari
kamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu.
Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar
perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti bahwa merekalah yang
dimaksudkan-Nya. Mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut
kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi. (Mat
21:33-43,45-46)
Bacaan Pertama: Kej 37:3-4,12-13,17-28; Mazmur Tanggapan:
Mzm 105:16-21
Perumpamaan Yesus
yang sedikit terselubung tentang “para penggarap kebun anggur (yang jahat)”
sebenarnya merupakan sebuah peringatan kepada para imam kepala dan orang-orang
Farisi. Israel adalah kebun anggur Allah, dan para pemimpinnya adalah para
penggarap yang jahat. Allah telah mempercayakan kepada mereka tanggung-jawab
untuk melayani umat/rakyat Israel, dan mereka telah mengkhianati kepercayaan
itu. Para nenek moyang mereka membunuh nabi-nabi Allah yang diutus dari abad ke
abad, dan sekarang mereka akan membunuh Anak-Nya yang tunggal. Orang-orang
Farisi memahami pesan Yesus dalam perumpamaan ini, dan hal ini hanya membuat
mereka semakin berketetapan hati untuk membunuhnya. Karena berkonfrontasi
dengan para pemimpin agama Yahudi dengan cara begini, maka memulai serangkaian
peristiwa yang pada akhirnya membawa diri-Nya ke kayu salib di Golgota.
Dengan menyitir Mzm
118:22 (Mat 21:42), Yesus bernubuat bahwa orang-orang Farisi akan menolak diri-Nya,
sang “batu penjuru.” Mengapa? Karena mereka gagal untuk melihat apa, bagaimana
dan siapa sebenarnya diri mereka sendiri. Orang-orang Farisi memandang tinggi
diri mereka sendiri. Karena mereka tidak mampu melihat dosa mereka sendiri,
maka mereka tidak mengakui adanya kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat.
Karena mereka mengklaim telah mengikuti segala peraturan yang ada, dan karena
orang-orang lain datang memohon bimbingan dari mereka, mereka membiarkan kuasa
dan prestise mereka menyelubungi dosa mereka dan kebutuhan mereka akan
keselamatan.
Bayangkan berapa
banyak orang sepanjang 2.000 tahun ini yang telah membuat kesalahan yang sama.
Pada setiap zaman, orang-orang yang memiliki kekuasaan, orang-orang yang hidup
nyaman dan kaya-raya seringkali menolak Yesus. Barangkali lebih mudah bagi
orang-orang miskin, orang-orang sakit, dan orang-orang yang yang tersisihkan
dalam masyarakat melihat kebutuhan mereka. Ini adalah orang-orang yang
merangkul Yesus ketika Dia berada di dunia. Orang-orang itu tidak dapat
berpaling ke mana-mana kecuali kepada Yesus, yang mereka percayai sebagai Dia
yang dapat membuat diri mereka utuh.
Kita hidup di
sebuah dunia di mana kata “dosa” jarang terdengar dan di mana pilihan pribadi
digunakan sebagai pembenaran terhadap kejahatan. Seperti orang-orang Farisi,
mata (hati) kita dapat dibutakan sehingga tidak dapat melihat adanya kebutuhan
akan pengampunan. Akan tetapi, kita semua rentan terhadap dosa – terhadap
keserakahan, terhadap kesombongan, terhadap kemasa-bodohan. Menyadari kebutuhan
kita, mengakui dosa-dosa kita dan memohon belaskasih Allah – ini adalah
sikap-sikap hati yang dapat membuka diri kita bagi suatu relasi dengan Tuhan
yang lebih mendalam dan lebih penuh. Ia senantiasa menantikan kita dengan
tangan-tangan terbuka untuk mengampuni kita, menghibur kita dan menyembuhkan
kita.
DOA: Tuhan Yesus,
Engkau adalah batu penjuru hidup kami. Berikanlah kepada kami keberanian dan
kerendahan-hati agar dapat melihat kebutuhan kami akan diri-Mu. Tolonglah kami
untuk datang kepada-Mu sehinga Engkau dapat menyentuh kami dan membuat kami
menjadi pribadi-pribadi yang utuh. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan