(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVI – Kamis, 3 Oktober 2013)
Setelah itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus
mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak
dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan pemilik tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu
seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi
atau kantong perbekalan atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa
pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih
dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Jikalau di situ ada orang yang layak
menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika
tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan
minumlah apa yang diberikan kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jikalau kamu masuk ke dalam sebuah
kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan
sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka:
Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah
kota dan kamu tidak tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota
itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan
di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata
kepadamu: Pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota
itu.” (Luk 10:1-12)
Bacaan Pertama: Neh
8:1-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-11
Yesus menginginkan
agar semua orang diselamatkan. Ini senantiasa menjadi hasrat hati-Nya yang
terdalam, dan inilah alasan mengapa Dia mengutus para murid-Nya ke setiap kota
dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lukas
merupakan satu-satunya pengarang Injil yang mencatat perjalanan misioner 70
(atau 72) orang murid Yesus ini. Kelihatannya Lukas ingin mengingatkan para
pembaca Injilnya akan sifat misioner dari Gereja yang akan digambarkannya
secara lebih lengkap dalam “Kisah Para Rasul”.
Malah ada sejumlah
pakar Kitab Suci yang melihat adanya suatu keterkaitan antara jumlah murid yang
diutus dan jumlah bangsa yang ada dalam dunia seturut ajaran para rabi abad
pertama. Dalam “Kisah Para Rasul” tercatat bahwa sesaat sebelum Yesus diangkat
ke surga, Dia mengatakan bahwa dengan kuasa Roh Kudus para murid-Nya akan
menjadi saksi-saksi-Nya di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
‘sampai ke ujung bumi’” (Kis 1:8). Dengan demikian para murid akan mewartakan
Injil kepada suatu perwakilan dari seluruh dunia.
Dalam hati-Nya,
Yesus sangat mengetahui bahwa tuaian memang banyak, akan tetapi waktunya
sangatlah singkat. Ada begitu banyak orang yang harus diperhatikan, begitu
banyak yang perlu melihat tanda-tanda Kerajaan yang akan datang, sehingga Yesus
mengutus para “duta”-Nya untuk mempersiapkan orang-orang agar dapat menerima
karunia salib. Mereka tidak perlu meyakinkan orang-orang dengan berbagai
argumen yang rumit-jelimet atau spekulasi yang tinggi-tinggi. Sebaliknya,
mereka diminta untuk – dalam nama-Nya – menyembuhkan orang sakit, mengusir
roh-roh jahat yang merasuki orang-orang (Luk 10:17), dan mewartakan bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat (Luk 10:9). Dengan demikian, tergantung pada setiap
orang untuk memutuskan apakah menerima Yesus atau menolak-Nya.
Yesus mengingatkan
para murid-Nya bahwa dalam menjalankan misi mereka, mereka akan menghadapi
perlawanan secara diam-diam dan/atau terang-terangan. Yesus mengutus mereka
seperti “anak-anak domba ke tengah-tengah serigala” (lihat Luk 10:3). Akan
tetapi, walaupun di tengah-tengah oposisi, pengejaran dan penganiayaan, mereka
harus mendekati orang-orang dengan sebuah pengharapan yang didasarkan pada iman
akan kebesaran tak-tertandingi dari kuat-kuasa Allah.
Bahkan pada hari
ini, sementara kita menantikan tuaian akhir, Yesus masih saja memanggil kita
untuk mewartakan Injil ke tengah-tengah dunia. Dengan kasih kita satu sama
lain, dengan ketaatan penuh kerendahan hati kepada Allah, dan dengan kata-kata
yang kita ucapkan, kita dapat ikut ambil bagian dalam peranan murid-murid Yesus
yang pertama sebagai duta-duta-Nya. Kita juga merupakan “pekerja-pekerja” yang
ingin diutus oleh Yesus untuk menuai. Karena Kerajaan-Nya sedemikian berharga,
marilah kita mengkomit diri kita untuk bekerja bagi Tuhan seturut panggilan-Nya
kepada kita.
DOA: Tuhan Yesus,
bukalah mata (hati) kami agar dapat melihat bahwa tuaian memang banyak. Utuslah
kami, ya Tuhan, sebagai pekerja-pekerja-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan