(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Filipus Neri, Imam – Jumat, 26 Mei 2017)
HARI PERTAMA NOVENA PENTAKOSTA
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu. Pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. (Yoh 16:20-23a)
Bacaan Pertama: Kis 18:9-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-7
Sekarang kita berada dalam masa istimewa antara HARI RAYA KENAIKAN TUHAN dan HARI RAYA PENTAKOSTA; dan tidak sedikit pula umat Katolik yang mengikuti Novena Pentakosta yang dimulai hari ini. Selama kita berada dalam periode singkat namun khusus ini, marilah kita memusatkan perhatian kepada penyambutan Roh Kudus ke dalam hati kita masing-masing dan ke dalam Gereja dengan penuh kuat-kuasa, karena Dia adalah pengharapan kita. Selama kita masih hidup di atas bumi ini, maka kita seringkali “menangis dan meratap” (Yoh 16:20); kita bergumul dengan dosa dan berbagai macam godaan, dengan rasa sakit, dan penyakit yang diderita serta kematian atau maut itu sendiri. Namun demikian pengharapan kita terletak dalam diri Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita! Roh Kudus yang datang untuk tinggal dalam hati umat beriman pada hari Pentakosta merupakan bukti bahwa Yesus telah memulihkan relasi kita dengan Bapa surgawi dan mengalahkan Iblis oleh kematian dan kebangkitan-Nya.
Pada waktu Yesus “mohon pamit” kepada para murid-Nya, Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan mengalami kesedihan dan rasa sakit dalam dunia ini, namun para murid tidak boleh sampai kehilangan pengharapan. Yesus membandingkan rasa sakit dan dukacita dalam dunia ini dengan rasa sakit dan dukacita seorang perempuan pada saat-saat sebelum melahirkan bayinya, pada saat-saat mana sukacita karena kelahiran seorang anak manusia jauh lebih besar daripada rasa sakit dan dukacita yang dialami selama proses kelahiran itu sendiri. Dalam artian yang sama, penderitaan yang kita alami dalam kehidupan ini bersifat sementara, sementara sukacita surgawi menantikan orang-orang yang percaya kepada Allah (dan menaruh kepercayaan kepada-Nya).
Hidup kita terjamin dalam tangan-tangan Bapa surgawi. Sebagaimana para murid-murid Yesus yang awal, kita juga dapat meratapi dosa kita dan juga kegelapan dalam dunia. Namun pada saat yang sama kita dapat bergembira dalam kuasa dan kasih Allah kita. Kita dapat bergembira karena kita mengenal Dia yang menjadi tumpuan kepercayaan kita. Dengan penuh keyakinan kita percaya bahwa Dia mampu menjaga apa yang telah kita percayakan kepada-Nya sampai pada akhir zaman. Paulus menulis: “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan guru. Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” (2Tim 1:11-12). Sebagaimana seorang ibu yang mengantisipasi kelahiran anaknya sejak saat perkandungannya, kita juga dapat memandang ke depan …… kepada sukacita abadi pada saat kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya, walaupun kita banyak menanggung derita karena iman-kepercayaan kita sekarang.
Yesus Kristus mengalahkan dosa, kematian (maut) dan dunia. Kita dapat menghadapi tantangan-tantangan kita setiap hari dengan penuh pengharapan karena hidup kita telah dibeli dan dibayar lunas oleh darah Juruselamat kita. Karena kita menjadi milik Yesus Kristus, maka tidak ada siapa pun atau apa pun yang dapat merampas kita dari pengharapan kita. Walaupun kegelapan dunia membuat kita sedih, pengharapan kita tetap berada di tangan kuasa dan kasih Allah. Kita mempunyai keyakinan kuat, bahwa apabila Yesus datang kembali kelak, setiap kebutuhan kita akan dipenuhi dan segala penderitaan kita akan berakhir.
DOA: Roh Kudus Allah, kami menyambut Dikau. Penuhilah diri kami, umat-Mu, dengan pengharapan bahwa kami dapat menanggung penderitaan kami pada masa ini, dan menghadap ke depan, yaitu kepada sukacita abadi dalam hadirat Allah pada akhir zaman. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan