Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Jumaat, September 08, 2017

HARI SABAT SESUNGGUHNYA ADALAH HARI KEBEBASAN DAN SUKACITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII –  Sabtu, 9 September 2017)
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum, menggosoknya dengan tangan mereka dan memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata, “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka, “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam? Kata Yesus lagi kepada mereka, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” (Luk 6:1-5)

Bacaan Pertama: Kol 1:21-23 Mazmur Tanggapan: Mzm 54:3-4,6,8
Lukas menulis Injilnya teristimewa bagi orang-orang dengan latar belakang Yunani, yang tidak memiliki pemahaman atau sedikit saja memiliki pemahaman tentang tradisi Yahudi. Oleh karena itu, tidak mengherankanlah apabila Lukas sering menekankan konfrontasi-konfrontasi Yesus dengan orang-orang Farisi dan para pemuka agama Yahudi lainnya yang pada umumnya berlawanan paham dengan sang Rabi dari Nazaret. Dengan demikian ketika orang-orang Farisi menuduh para murid Yesus melanggar peraturan hari Sabat, maka dengan cepat Yesus membela para murid-Nya dan menunjukkan bahwa tindakan-tindakan mereka masih tetap berada dalam batas-batas hukum. Di sini, dan juga dalam peristiwa-peristiwa lain, Yesus menunjukkan bahwa Dia datang bukan untuk menghapuskan hukum, melainkan untuk menggenapinya. Dengan tegas Yesus menyatakan kepada para lawan-Nya: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Luk 6:5).
Yesus dapat melihat  bagaimana orang-orang Farisi berupaya untuk memegang kendali atas Allah (yang benar kebalikannya, bukan?) dengan menyusun peraturan-peraturan dan panduan-panduan ketat yang seringkali bahkan melampaui tuntutan-tuntutan hukum itu sendiri. Misalnya, tafsiran mereka atas hukum Sabat memusatkan perhatian pada hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat itu. Sebaliknya, Yesus ingin mengindentifikasikan hakekat dari hukum itu dan mengundang umat-Nya untuk mengalami kebebasan yang dimungkinkan apabila mereka memahami tujuan sentral dari setiap hukum Allah. Allah menetapkan hari Sabat karena cintakasih-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya kebebasan dari beban-beban kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat datang menghadap hadirat-Nya dan menyembah-Nya. Memusatkan perhatian pada hal-hal yang tidak boleh dilakukan berarti salah sasaran. Artinya, kita kehilangan kesempatan menerima undangan untuk beristirahat dan disegarkan kembali.
Selagi mereka berjalan di ladang gandum, murid-murid Yesus mempunyai kesempatan menikmati jalan bersama dengan Yesus tanpa “gangguan” dari orang banyak. Ini adalah peluang bagi para murid untuk berada dekat Yesus. Mereka dapat berdoa bersama dengan Dia dan menyaksikan serta mengalami betapa dekat Yesus dengan Bapak-Nya. Waktu Sabat untuk beristirahat dalam keheningan merupakan suatu bagian penting dari relasi mereka dengan Yesus. Disegarkan kembali dengan Dia dengan cara ini akan memampukan mereka untuk menjawab berbagai tuntutan pelayanan yang Yesus ingin percayakan kepada mereka.
Bahkan hari ini pun, Allah ingin agar Sabat merupakan hari di mana kita dapat mengalami kebebasan-Nya yang menyelamatkan dan sukacita. Sebagaimana orang-orang Farisi, kita dapat berhenti bekerja guna memuaskan huruf-huruf yang tersurat dalam Hukum, atau  kita dapat membuat hening hati kita dan beristirahat di depan Yesus. Hari ini, selagi kita mempersiapkan Sabat, marilah kita memohon kepada Yesus agar menyatakan hati-Nya yang penuh kasih dan menyegarkan kita kembali dalam persiapan untuk pekan mendatang.
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena paling sedikit Engkau menyediakan satu hari setiap pekan agar kami dapat bersama-Mu. Terima kasih untuk Roh Kudus yang Kauutus, yang memampukan kami untuk menjadi semakin dekat dengan diri-Mu. Amin.
Sumber :

Tiada ulasan:

Catat Ulasan