(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Teresia dr Avila, Perawan & Pujangga Gereja – Kamis, 15 Oktober 2015)
Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, padahal nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian, kamu mengaku bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Karena itu, hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan sebagian dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari orang-orang zaman ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari orang-orang zaman ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”
Setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan berbagai pertanyaan. Mereka berusaha menjebak-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya. (Luk 11:47-54)
Bacaan Pertama: Rm 3:21-30; Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-6
Yesus mengasihi orang-orang Farisi, walaupun mereka acapkali tampil sebagai lawan-Nya. Misi Yesus adalah untuk menarik semua orang kepada diri-Nya, dan memang inilah hasrat-Nya yang terdalam. Cinta Yesus kepada firman Allah dalam Kitab Suci dan cinta-Nya kepada umat Allah yang selama itu “dituntun” secara salah melalui distorsi-distorsi yang disebabkan oleh orang-orang Farisi, membuat Dia mengecam keras mereka. Dengan membangun makam nabi-nabi, orang-orang Farisi membenarkan perbuatan-perbuatan jahat nenek moyang mereka terhadap para nabi tersebut (Luk 11:48). Orang-orang Farisi sedikit berbeda dengan nenek moyang mereka. Yesus menggunakan contoh penolakan terhadap para nabi sebagai suatu ilustrasi kemunafikan dan kebutaan kaum Farisi ini. Dari Habel sampai Zakharia (yang terbunuh di antara mezbah dan Rumah Allah pada waktu dia mencoba menyerukan kepada bangsanya untuk kembali kepada penyembahan yang benar), para pemimpin umat telah menutup pikiran dan hati mereka terhadap firman Allah dan menggantikannya dengan ide-ide mereka sendri. Dalam penampilan luarnya, orang-orang Farisi ini memang kelihatan religius (suci-suci), namun mereka telah mencoba agama melayani mereka dan hasrat-hasrat hati mereka sendiri, bukannya memperkenankan agama menggerakkan mereka untuk mendengarkan suara Allah dan menanggapi-Nya dalam ketaatan yang suci.
Hikmat Allah ada di tengah-tengah mereka, namun orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu tidak mampu melihat Dia. Mereka berupaya keras untuk “menghabiskan” Yesus, bukan memeluk ajaran-Nya dan mencontoh teladan hidup-Nya. Para ahli Taurat telah mengambil “kunci pengetahuan”, namun mereka sendiri tidak masuk ke dalam rumah “hikmat”, malah menghalang-halangi orang yang berusaha masuk ke dalam rumah itu (Luk 11:52). Ketika menjelaskan “perumpamaan tentang Gembala yang baik”, Yesus bersabda:“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu” (Yoh 10:7). Pintu apa? Pintu untuk masuk ke dalam rumah yang berisikan segala hikmat dan pengetahuan tentang Allah. Dengan menolak Yesus, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat menolak hikmat dan pengetahuan tentang Allah, dengan demikian mereka menutup diri terhadap pekerjaan yang ingin dilakukan Allah guna mentransformasikan diri mereka.
Melalui para nabi, Allah menyiapkan jalan keselamatan oleh kematian Putera-Nya yang tunggal. Para pemimpin umat Yahudi secara konsisten menolak apa yang dikatakan oleh para nabi. Kita juga menghadapi pilihan-pilihan yang serupa dalam hidup kita di zaman modern ini. Allah ingin mengajar kita setiap hari melalui Yesus Kristus. Akankah kita memilih untuk mengikuti jejak Kristus, atau akankah kita memilih untuk menafsirkan Kitab Suci dan perintah-perintah Allah seturut hasrat hati kita sendiri? Akankah kita memilih untuk mengikuti Yesus Kristus dan memperkenankan hidup baru-Nya memerintah dalam diri kita, atau akankah kita membiarkan angkara murka dan keserakahan terus mengatur diri kita? Inilah pilihan-pilihan yang tergelar di depan kita.
DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, Dikau mengutus Santa Teresa dari Avila sebagai seorang saksi tangguh dalam Gereja yang menunjukkan jalan menuju kesempurnaan. Semoga berkat bimbingan Roh Kudus-Mu kami dapat terus belajar dari pengalaman spiritualnya yang luhur, dan biarlah Roh-Mu itu mengobarkan dalam hati kami suatu kerinduan akan kekudusan yang sejati. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Rm 3:21-30), bacalah tulisan yang berjudul “DIBENARKAN KARENA IMAN” (bacaan tanggal 15-10-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2015.
(Tulisan ini adalah saduran dari tulisan saya pada tahun 2009)
Cilandak, 13 Oktober 2015 [B. Honoratus Kosminski, Biarawan Kapusin]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan