(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Adven – Sabtu, 10 Desember 2016)
Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Kalau demikian, mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus, “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. (Mat 17:10-13)
Bacaan pertama: Sir 48:1-4.9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3,15-16,18-19
Ada sebuah tradisi yang berkembang di kalangan orang-orang Yahudi, yaitu bahwa Nabi Elia akan datang kembali ke dunia untuk menyiapkan kedatangan sang Mesias. Satu alasan mengapa ada orang-orang yang tidak menerima Yesus sebagai Mesias (Kristus) adalah, bahwa menurut pandangan mereka Elia belum datang kembali sebagai bentara sang Mesias itu.
Elia adalah seorang nabi besar dari kerajaan utara dalam periode pemerintahan Raja Ahab dan permaisurinya yang jahat, Izebel. Izebel menyembah berhala, yaitu Baal. Perempuan jahat ini juga menjadi penyebab sejumlah nabi Israel dibunuh (lihat 1Raj 17:1 – 2Raj 2:13). Pelayanan kenabian Elia termasuk pergandaan roti (termasuk tepung serta minyak) dan membangkitkan orang dari kematian (lihat 1Raj 17:7-24), semua itu menunjukkan kedaulatan Allah yang esa dan benar. Allah berbicara kepada Elia di gunung Horeb, seakan dia adalah seorang Musa yang baru, yang akan memimpin umat Israel untuk keluar dari kemurtadan. Pentingnya peranan Elia dicerminkan dalam peristiwa kenaikannya ke surga dengan kereta berapi dengan kuda berapi (2Raj 2:11-12). Pada masa Nabi (kecil) Maleakhi (c. 475 SM), umat Yahudi mengharapkan nabi Elia (yang mereka percaya tidak pernah mati), akan kembali menjelang datangnya hari YHWH yang besar dan dahsyat itu (Mal 4:5-6). Kepercayaan ini dicerminkan dalam Sir 48:1-11 (Harap dibaca ya karena ini tulisan yang indah) dan dalam Kitab Makabe yang pertama: “Elia telah diangkat ke surga, karena kegiatannya yang hangat untuk hukum Taurat” (1Mak 2:58).
Hari ini pun, setelah hampir 2.000 tahun orang Romawi menghancurkan Yerusalem (tahun 70), pada upacara Paskah mengenangkan keluaran dari Mesir, orang-orang Yahudi menuang air anggur ke dalam cangkir yang disediakan bagi nabi Elia. Mereka membuka pintu-pintu rumah mereka bagi sang nabi untuk masuk dalam mengantisipasi kedatangan Mesias. Dalam perjamuan Paskah, orang-orang Yahudi berkata: “Tahun depan di Yerusalem”, hal ini mengkaitkan kedatangan Elia dengan penebusan secara nasional.
Komentar Yesus tentang Elia secara langsung dilakukan setelah Dia dimuliakan di atas gunung (transfigurasi-Nya), pada saat mana Yesus tampak dalam kemuliaan-Nya bersama Musa dan Elia di depan tiga orang murid-Nya, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Kemudian Bapa surgawi berfirman kepada mereka: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Yesus mengidentifikasikan Yohanes Pembaptis sebagai Elia, namun tidak dalam arti literal, melainkan secara fungsional sebagai bentara Mesias. Maka jawaban Yesus bahwa Elia telah datang dalam diri Yohanes Pembaptis ini tidak ada hubungannya dengan ide reinkarnasi. Yang patut dicatat adalah, bahwa Elia dan Yohanes Pembaptis dipandang sebagai personifikasi dari umat dengan siapa Allah telah membuat sebuah perjanjian. Mereka “ditakdirkan” untuk menjadi “pendahulu” Mesias. Lewat jawaban-Nya itu sebenarnya Yesus meneguhkan firman Bapa, bahwa Dia adalah “sang Terurapi” (Ibrani: Meshiakh atau Mesias). Allah memegang firman-Nya dengan menggenapi nubuat-nubuat para nabi Yahudi.
Kristus adalah pusat sejarah. Segala sesuatu yang ada sebelum Dia menyiapkan kedatangan-Nya. Umat dan perjanjian mereka dengan Allah, para nabi dan ajaran-ajaran mereka tentang Allah, semua membawa kepada kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Sekarang segalanya mengalir dari Kristus dan misi-Nya di dunia. Kristus tidak sekadar pusat sejarah, Ia juga fokus sejarah. Ia menajamkan visi kita tentang Allah. Ia membuat jelas makna dan tujuan eksistensi manusia. Ia membuat pembedaan jelas ide tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Dalam masa Adven ini, marilah kita memusatkan perhatian kita pada Yesus Kristus. Biarlah Ia menjadi Pribadi yang merupakan pusat keberadaan kita yang utuh. Biarlah ajaran dan kehidupan-Nya memberikan makna dan tujuan bagi keberadaan kita.
DOA: Bapa surgawi, kami berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau telah mengutus nabi-nabi seperti Musa, Elia dan Yohanes Pembaptis untuk memimpin kami kepada pertobatan dan kepada sang Mesias yang telah menebus tidak hanya Israel, melainkan juga seluruh dunia. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan