(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Rabu, 21 Maret 2018)
Lalu kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang telah percaya kepada-Nya, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka, “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tinggal dalam rumah selama-lamanya. Jadi, apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”
“Aku tahu bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapakmu.” Jawab mereka kepada-Nya, “Bapak kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka, “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi sekarang kamu berusaha membunuh Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapakmu sendiri.” Jawab mereka, “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka, “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku datang dari Allah dan sekarang Aku ada di sini. Lagi pula Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. (Yoh 8:31-42)
Bacaan Pertama: Dan 3:14-20,91-92,95, Mazmur Tanggapan: Dan 3:52-56
Ketika Yesus mempertanyakan perlawanan mereka terhadap diri-Nya, para pemuka agama Yahudi membenarkan diri mereka dengan membangga-banggakan garis keturunan mereka: “Kami adalah keturunan Abraham ……Bapak kami ialah Abraham” (Yoh 8:33,39). Melalui Abraham, mereka percaya, bahwa mereka dan semua orang Yahudi adalah anak-anak Allah, yang secara istimewa dipilih-Nya menjadi umat milik-Nya. Yesus menjawab dengan “ya” dengan suatu catatan: “Aku tahu bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu” (Yoh 8:37). Ada ketiadaan kesinambungan antara garis keturunan dan tindakan-tindakan mereka, dan inilah yang dikemukakan oleh Yesus kepada orang-orang itu.
Menjadi seorang anak Abraham, atau seorang anak Allah, lebih daripada sekadar garis keturunan. Setiap anak dilahirkan dengan ciri-ciri genetik orangtuanya. Namun apabila anak itu tidak hidup dengan orangtuanya dan tidak mengambil-oper pandangan dan falsafah hidup mereka, maka suatu unsur yang hakiki sudah hilang. Yesus menyatakan kepada para lawannya, bahwa apabila mereka sungguh-sungguh anak-anak Abraham dalam artian seperti ini, maka mereka akan menunjukkannya dengan percaya kepada-Nya. Penolakan mereka untuk melakukan hal ini mengungkapkan kegagalan untuk mewujudkan pikiran dan hati yang seharusnya mencerminkan seorang turunan Abraham.
Penerapannya pada kehidupan kita jelas. Kita menjadi anak-anak Allah pada waktu pembaptisan, namun Bapa surgawi menginginkan agar kita mulai mengambil gambar dan rupa-Nya – kebiasaan-kebiasaan-Nya, nilai-nilai-Nya dan pandangan-Nya tentang hidup. Bukankah Yesus datang dan kemudian wafat bagi kita? Yesus tidak hanya datang untuk membuang dosa-dosa kita. Dia hidup di antara kita dan mati di dunia, sehingga kita dapat ditransformasikan ke dalam keserupaan dengan Allah, Bapa kita.
Bagaimana kita dapat mencapai keserupaan itu? Hal ini akan terjadi apabila kita taat dan melayani Allah dengan kasih yang ditanam-Nya dalam hati kita. Hari demi hari kita mempunyai kesempatan atau peluang yang tak terbilang banyaknya untuk mengenakan pikiran Bapa surgawi. Hal ini memang tidak terjadi sekaligus, namun sementara kita menyerahkan diri kita ke bawah pelatihan oleh Allah dan mengadopsi pandangan-Nya, maka kita diubah secara bertahap – dan sedikit demi sedikit akan memancarkan sinar terang yang semakin cemerlang sebagai saksi dari kemuliaan Bapa surgawi.
DOA: Bapa surgawi, aku memberikan kepada-Mu pikiran-pikiranku, tindakan-tindakanku, dan kehidupanku hari ini. Aku ingin dikenal sebagai anak-Mu. Ubahlah aku, transformasikanlah aku, sehingga aku dapat memandang dan bertindak sebagai seorang anggota keluarga-Mu. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan