(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXI – Selasa, 6 November 2018)
Mendengar itu berkatalah salah seorang yang sedang makan itu kepada Yesus, “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Ada seseorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka semua, satu demi satu, mulai meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan harus pergi melihatnya, aku minta maaf. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu dan harus pergi mencobanya; aku minta maaf. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Lalu kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Tuan rumah itu pun murka dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke semua jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lorong dan paksalah orang-orang yang ada di situ, masuk, supaya rumahku terisi penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.” (Luk 14:15-24)
Bacaan Pertama: Flp 2:5-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:26-32
Yesus mulai memberi sebuah perumpamaan: “Ada seseorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang” (Luk 14:16). Pada waktu makan tiba, orang itu menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: “Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap” (Luk 14:17). Kata-kata Yesus dalam perumpamaan ini terutama mengacu pada panggilan umat pilihan kepada Kerajaan Allah dan pada panggilan orang non-Yahudi (baca: kafir) juga, ketika banyak orang Israel menolak undangan-Nya. Namun demikian, kita dapat menerapkannya pada diri kita sendiri juga.
Kita (anda dan saya) juga telah diundang oleh Tuhan Yesus ke sebuah perjamuan besar, untuk ikut ambil bagian dalam suatu persahabatan intim dengan diri-Nya. Bahkan pada saat ini pun Yesus memanggil kita kepada suatu perjumpaan, suatu dialog dengan Dia dalam doa. Apakah kita telah menanggapi undangan-Nya dengan serius?
Sejumlah orang yang diundang dalam perumpamaan Yesus ini berdalih macam-macam: “Aku telah membeli ladang dan harus pergi melihatnya”, “Aku telah membeli lima pasang lembu dan harus pergi mencobanya”, “Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang” (Luk 14:18,19,20). Tuan rumah itu pun menjadi murka karena berbagai macam dalih yang diungkapkan oleh para undangan tersebut. Langsung saja tuan rumah itu menyuruh hambanya untuk pergi ke berbagai tempat untuk menemukan orang-orang dan “memaksa” mereka datang ke perjamuannya supaya rumahnya terisi penuh (Luk 14:21-23).
Sekarang, bagaimana dengan kita? Apakah kita secara teratur menerima undangan Tuhan untuk berdoa? Atau, apakah kita mengemukakan berbagai dalih untuk menghindar dari waktu hening bersama Tuhan, sampai habis waktu? Apabila kita sedang berdoa, apakah kita juga dibebani dengan berbagai urusan duniawi yang menutup kemungkinan Tuhan berbicara kepada kita, untuk memberikan makanan kepada kita dengan sabda-Nya?
Relasi kasih kita secara pribadi, relasi persahabatan kita dengan Yesus tidak dapat bertumbuh, jika kita tidak memenuhi undangan-Nya untuk menyediakan waktu sehari-hari bersama Dia …… sendiri.
Tidak seorang pun akan ditolak untuk ikut serta dalam perjamuan besar yang diselenggarakan oleh Tuhan. Semuanya tergantung kepada kita sendiri apakah kita mau datang atau tidak. Terserah kepada kita apakah kita mau mengesampingkan keprihatinan dan kepentingan materiil kita untuk sementara waktu setiap hari, atau menaruh semuanya itu di tangan-tangan-Nya, dan memperkenankan-Nya berbicara kepada kita, mengasihi kita, mendengar kita, membuat kita menjadi milik-Nya sendiri.
DOA: Tuhan Yesus, kami berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena dalam doa kami Engkau telah memanggil kami ke dalam persahabatan dengan diri-Mu. Berbicaralah, ya Tuhan. Kami ada di sini untuk mendengarkan Engkau. Buatlah kami utuh dengan sabda-Mu. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan