(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Rabu, 8 Mei 2019)
Keluarga Fransiskan Kapusin (OFMCap.): Peringatan B. Yeremias dr Salakhia
Kata Yesus kepada mereka, “Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yoh 6:35-40)
Bacaan Pertama: Kis 8:1b-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:1-7
Beberapa tahun lalu ada seorang eksekutif sebuah perusahaan besar yang bernama Max (bukan nama sebenarnya). Max sudah lama bekerja di perusahaan itu. Secara perlahan namun pasti dia menaiki jenjang organisasi dalam perusahaan itu, langkah demi langkah sehingga sampai kepada suatu posisi penting. Akan tetapi, terjadilah sebuah skandal di bidang akuntansi dalam perusahaan, hal mana membuat Max secara tiba-tiba kehilangan pekerjaannya.
Tanpa prestise dari posisinya sebagai seorang eksekutif sebuah perusahaan besar dan tanpa kehebatan gajinya yang relatif besar, Max mulai ditinggalkan oleh “teman-teman”-nya. Puji Tuhan, Max mempunyai seorang teman Kristiani yang tetap bersahabat dengan dirinya dan pada akhirnya menolong Max mengembangkan suatu relasi pribadi dengan Yesus. Max mulai membangun sebuah kehidupan baru berdasarkan nilai-nilai Injili. Dengan berjalannya waktu, kehidupan keluarganya pun mengalami pembaharuan, sebuah pekerjaan baru, dan suatu kebahagiaan yang tidak pernah dikenal dan dialaminya sebelum itu.
Pada suatu hari Minggu pagi, tidak lama setelah Misa usai, Max menyadari bahwa dia masih memiliki kerinduan akan kehidupannya yang lama. Dia sadar bahwa dirinya masih menginginkan gaji besar, jumlah rekening tabungan yang besar seperti dulu. Dia juga masih merindukan makan-minum enak seperti dulu serta “perjalanan dinas” yang memberikan kesempatan kepadanya untuk membuat pengeluaran-pengeluaran biaya entertainment yang relatif besar. Sadar akan ketertarikan ini, Max menjadi kaget juga. “Apa yang salah nih”, pikirnya. “Bukankah aku sudah bertobat?”
Mencicipi kebaikan dan kasih Tuhan tidak ada tandingannya di dunia ini. Yesus berjanji bahwa kita tidak akan lagi pernah mengalami kelaparan dan rasa dahaga sekali kita datang kepada-Nya. Apabila itu halnya, mengapa daya tarik dunia masih begitu memikat hati kita? Bukankah Yesus sudah cukup? Tentu saja! Sesungguhnya Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang kita butuhkan agar dapat hidup dalam kepenuhan.
Namun sayangnya, kita-manusia memiliki kecenderungan untuk berdosa. Ketertarikan kita pada dosa dalam dunia dan godaan-godaan Iblis dinamakan “concupiscentia” (lihat Katekismus Gereja Katolik [KGK], 405). Seperti Max, kita semua mempunyai – dalam diri kita – suatu dorongan menemukan pemenuhan berbagai kebutuhan kita di luar hukum dan kasih Allah. Pemecahan masalahnya adalah dengan berpaling kepada Tuhan Yesus. Ia telah berjanji untuk selalu menyertai kita, teristimewa apabila kita sedang menghadapi godaan. Melalui rahmat-Nya yang mengalir deras dari Kalvari, kita dapat belajar untuk menolak daya tarik dunia. Yesus Kristus, sang “Roti Kehidupan”, selalu siap untuk memberi kita makan dan memuaskan kita!
DOA: Tuhan Yesus, aku berdoa untuk orang-orang yang merasa lapar dan haus akan Engkau. Tolonglah aku agar dapat mengatasi daya tarik dunia. Tuhan, penuhilah diriku dengan kehadiran dan hidup-Mu. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan