Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, Mei 06, 2019

ROTI KEHIDUPAN YANG MEMBERI MAKAN, MEMELIHARA DAN MEMPERKUAT KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Selasa, 7 Mei 2019)
Sebab itu, kata mereka kepada-Nya, “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepada-Mu? Apakah yang Engkau kerjakan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari surga.”
Lalu kata Yesus kepada mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku yang  memberikan kamu roti yang  benar dari surga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia.” Maka kata mereka kepada-Nya, “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka, “Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi. (Yoh 6:30-35)
Bacaan Pertama: Kis 7:51-8:1a; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:3-4,6-8,17,21
Yesus adalah Roti Kehidupan. Ia adalah makanan kita, yang memenuhi setiap kebutuhan kita dan menyembuhkan setiap luka kita. Santo Stefanus – yang kemartirannya kita baca dalam bacaan pertama hari ini – adalah contoh indah dari kebenaran ini. Menurut anda, sampai berapa seringkah diakon Stefanus pergi tanpa makanan atau tanpa kenyamanan rumahnya dan keluarganya sendiri, selagi dia melayani orang-orang miskin dalam Gereja? Bagaimana dengan Santo Paulus yang telah belajar menjadi seorang “minimalis” dalam hal pemuasan kebutuhannya sendiri? Bagaimana dengan Santo Fransiskus dari Assisi sebagai pewarta Injil keliling, baik di Italia maupun di tempat-tempat lain, seperti Tanah Suci? Bagaimana dengan Santo Fransiskus Xaverius yang melanglang buana bertahun-tahun lamanya untuk mewartakan Injil Yesus Kristus? Bagaimana dengan Santa Bunda Teresa dari Kalkuta dan para anggota kongregasinya yang hidup melayani orang-orang paling kecil-miskin di India dan di tempat-tempat lain? Kehidupan orang-orang kudus ini dan orang-orang kudus yang tidak disebutkan namanya memberikan kesaksian tentang apa artinya sukacita besar yang dapat dialami oleh orang-orang yang sudah berjumpa dan mengalami (kasih) Yesus.

Yesus adalah sang Sabda yang menjadi daging atau “Firman yang menjadi manusia” (lihat Yoh 1:14) yang datang dari mulut Allah sendiri. Dia adalah “roti hidup” yang memberi makan, memelihara dan memperkuat kita (Yoh 6:29-33). Selagi kita melakukan perjalanan menuju surga, Yesus adalah pemberian Allah yang istimewa bagi kita: “roti yang turun dari surga; Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati” (Yoh 6:50). Jelaslah, bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN (YHWH)” (Ul 8:3).
Betapa sering kita dapat melupakan segalanya yang telah dilakukan Allah bagi kita, padahal Dia-lah yang menyediakan segala sesuatu bagi kita dan melindungi kita. Sebagai “roti kehidupan” yang turun dari surga (Yoh 6:51), Yesus dapat menanamkan dalam diri kita kuat-kuasa Allah dan memampukan kita menunjukkan kasih dan belas-kasih-Nya kepada setiap orang yang kita jumpai. Inilah yang kita terima selagi kita menyambut Yesus dalam Ekaristi. Kita mengkonsumsi tubuh dan darah-Nya, dan Ia memberikan kepada kita jiwa dan keilahian-Nya. Cara apa lagi yang lebih baik bagi Allah untuk mem berikan hidup-Nya kepada kita?

Marilah kita mengakui Yesus sebagai roti hidup kita yang sejati. Dia akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita dan menyembuhkan luka-luka kita. Dia tidak akan menolak atau membuang siapa pun. Ingatlah iman Santo Stefanus dan Santo Paulus di masa-masa awal Gereja. Tanpa Yesus, mereka tidak dapat survive dari pencobaan-pencobaan yang mereka hadapi. Karena Yesus adalah “roti hidup”, maka kita dapat menggantungkan diri kita sepenuhnya kepada Yesus ini ketimbang sekadar kenyamanan-kenyamanan duniawi. Yesus adalah pemberian Allah bagi kita. Oleh karena itu, marilah kita membuka hati kita untuk mendengar Yesus berbicara kepada kita dalam doa kita, dalam Misa Kudus, dan dalam pembacaan serta permenungan sabda-Nya dalam Kitab Suci. Marilah kita turut ambil bagian dalam keilahian Allah.
DOA: Bapa surgawi, Santo Stefanus ada dalam Yesus. Dalam penderitaannya dia menyatukan dirinya kepada Yesus. Persatukanlah kami semua kepada Putera-Mu  sehingga kami pun dapat meletakkan hidup kami bagi-Mu dan memandang surga seperti Santo Stefanus. Amin.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan