(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa V – Kamis, 9 Februari 2017)
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak ingin seorang pun mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anak perempuannya kerasukan orang jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan sujud di depan kaki-nya. Perempuan itu seorang Yunani keturunan Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anak perempuannya. Lalu Yesus berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak itu dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu menjawab, “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Lalu kata Yesus kepada perempuan itu, “Karena kata-katamu itu, pergilah, setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur dan setan itu sudah keluar. (Mrk 7:24-30)
Bacaan Pertama: Kej 2:18-25; Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-5
Perempuan Yunani keturunan Siro-Fenisia itu tahu bahwa Iblis dan begundal-begundalnya tidak memiliki rasa hormat atau respek terhadap pribadi-pribadi manusia – ras mereka atau agama yang mereka anut. Dengan demikian dia tidak membiarkan iman-kepercayaannya dibutakan oleh prasangka atau praduga buruk. Ketetapan hatinya untuk mencari kesembuhan bagi puterinya berasal dari rasa pedihnya melihat puterinya menderita dari hari ke hari. Apalagi dia sadar sekali bahwa dia tidak memiliki kuasa atau kemampuan apapun untuk menolong puterinya itu. Oleh karena itu, ketika dia mendengar bahwa sang rabi Yahudi masuk ke kotanya, maka baginya perbedaan budaya menjadi tidak ada artinya samasekali. Yang penting baginya, Yesus inilah yang dapat menolong puterinya yang sedang menderita.
Perempuan Siro-Fenisia itu menunjukkan dua kualitas pribadi yang mutlak berkenan di hati Yesus, yaitu “ketekunan” dan “iman”. Kita memang dapat terkagum-kagum akan kemauan keras yang ditunjukkan oleh perempuan ini. Sebagai seorang non-Yahudi dia melanggar kebiasaan sosial yang berlaku pada saat itu dan dia sujud di depan kaki Yesus dan mohon belaskasih dari rabi Yahudi itu. Sebagai seorang non-Yahudi (baca: kafir) memang dia tidak dapat mengharapkan banyak dari para tetangganya yang Yahudi: dia hanyalah seorang perempuan dan non-Yahudi. Akan tetapi dia telah mendengar mengenai pengkhotbah yang bernama Yesus ini dan kuat-kuasa yang menyertai-Nya – kuat-kuasa yang dapat menghancurkan roh-roh jahat. Maka dia tidak akan berhenti minta tolong demi putri yang dicintainya. Yang diinginkannya hanyalah “remah-remah” dari rahmat penyembuhan Yesus (lihat Mrk 7:28). Perempuan itu percaya hanya inilah yang dibutuhkan untuk pelepasan puterinya dari cengkeraman roh jahat, dan tanggapan imannya membuat Yesus tergerak secara mendalam. Mengapa? Karena inilah macam iman yang membuka diri kita bagi kuasa penyembuhan Yesus. Perempuan ini datang kepada Yesus dengan iman yang penuh ketekunan dan Yesus pun menanggapinya, sehingga kita semua juga dapat mengetahui dan mengenal karyanya dalam kehidupan kita. Yesus memang tidak pernah mengecewakan siapa saja yang datang kepada-Nya dengan iman yang tekun. Marilah sekarang kita soroti dua hal dari bacaan ini, yaitu keberadaan roh-roh jahat dan kondisi iman kita sendiri.
Keberadaan roh-roh jahat. Tidak seperti pada zaman modern ini, dunia kuno sangat menyadari akan realitas roh-roh jahat dan efek merusak yang ditimpakan roh-roh jahat itu atas pribadi-pribadi manusia. Mengusir roh-roh jahat merupakan bagian integral dan sentral dari pelayanan Yesus di depan umum, dan hal ini dilakukannya sejak awal (lihat Mrk 1:21-28; 5:1-20; 9:14-29). “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis” (1Yoh 3:8). Kita pun dihadapkan dengan serangan-serangan terus-menerus dari Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya. Petrus menulis, “Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr 5:8). Hati anda mungkin saja dipenuhi dengan kemarahan, tidak mau mengampuni dll. Perkenanlah Yesus membebaskan anda dari cengkeraman Iblis dan mengembalikan anda kepada sukacita sejati sebagai anak-anak Bapa surgawi.
Kondisi iman kita. Hari ini adalah hari yang baik untuk memeriksa kondisi iman anda. Apakah anda percaya bahwa “remah-remah” sederhana dari Yesus sudah cukup untuk memindahkan gunung-gunung dalam hidup anda dan dalam kehidupan orang-orang yang anda cintai? Atau anda merasa khawatir, malah takut, bahwa Yesus samasekali tidak berminat atas kebutuhan-kebutuhan anda? Apakah anda percaya bahwa Dia telah memanggil anda dengan namamu dan memandang anda dengan penuh kasih? Apakah anda percaya bahwa darah-Nya telah membuang segala hal yang menghalangi persekutuan dengan-Nya? Apakah anda percaya bahwa dengan menerima Yesus anda menjadi seorang “ciptaan baru”? Sampai berapa tekun anda dengan Tuhan? Apakah anda mohon kepada Yesus hanya sekali, dan menyerah setelah permintaanmu tidak langsung diluluskan oleh-Nya? Apakah anda langsung pergi setelah satu permintaan itu tadi? Atau anda tetap mengetuk pada pintu-Nya? Ingatlah bahwa perempuan Siro-Fenisia itu harus berbicara kepada Yesus sebanyak dua kali sebelum permintaannya dipenuhi. Yesus menginginkan agar kita terus meminta, terus mencari dan terus mengetuk (lihat Luk 11:9-10). Percayalah, Yesus akan memberi tanggapan! Lakukanlah inventarisasi atas iman dan ketekunan yang anda miliki. Kalau imanmu terasa lemah, tidaklah salah kalau kita berseru kepada-Nya: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24).
Tidak ada sesuatu pun yang dapat membatasi apa yang dapat dilakukan oleh Allah atas iman yang penuh ketekunan dan hati yang diserahkan sepenuhnya kepada-Nya.
DOA: Tuhan Yesus, bebaskanlah kami dari pengaruh Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan