(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Selasa, 2 April 2019)
Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh. [Mereka menantikan guncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan mengguncangkan air itu; siapa saja yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.] Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, “Tuan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, “Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tikarnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu, para pemuka Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, “Hari ini hari Sabat dan engkau tidak boleh mengangkat tikarmu.” Akan tetapi, ia menjawab mereka, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya, “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tikarmu dan berjalanlah?’ Tetapi orang yang baru disembuhkan itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya, “Ingat, engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan terjadi yang lebih buruk lagi padamu.” Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada para pemuka Yahudi bahwa Yesus-lah yang telah menyembuhkan dia. Karena itu, para pemuka Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. (Yoh 5:1-16)
Bacaan Pertama: Yeh 47:1-9,12; Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9
Injil Yohanes bergerak maju melalui suatu arus “saksi-saksi” – baik orang-orang maupun peristiwa-peristiwa – yang semuanya mengarah dan menunjuk kepada kebenaran dari identitas Yesus. Di antaranya adalah tanda-tanda penuh kuat-kuasa yang dibuat oleh Yesus, seperti penyembuhan orang lumpuh dekat sebuah kolam di Betesda (Bethzatha).
Yang paling mencolok dari mukjizat ini adalah apa yang “tidak” dilakukan oleh Yesus. Ia tidak menyentuh orang itu atau membersihkannya dalam kolam. Ia hanya bersabda: “Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah” (Yoh 5:8), dan orang itu pun sembuh. Peristiwa ini merupakan suatu tanda yang dramatis bahwa Yesus adalah sungguh Putera Allah: Sabda-Nya adalah kuasa.
Bagian lain dari narasi Yohanes menunjukkan kuat-kuasa dari sabda Kristus. Yesus mengucapkan sabda-Nya, dan air pun menjadi anggur di pesta perkawinan di Kana (lihat Yoh 2:7-11). Yesus menyembuhkan anak laki-laki seorang pegawai istana di Kapernaum hanya dengan mengucapkan kata-kata berikut ini kepada sang ayah: “Pergilah, anakmu hidup!” (Yoh 4:50-53). Mendekati bagian akhir dari Injil Yohanes, sebelum ditangkap atau menyerahkan diri-Nya kepada para lawan-Nya, tercatatlah insiden berikut ini. Ketika Yesus berkata kepada mereka, “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah (Yoh 18:6). Yesus memiliki kuat-kuasa ini karena Dia adalah Logos, Sabda/Firman Allah, yang melalui-Nya kita diciptakan (lihat Yoh 1:1-3). Dia adalah Sabda yang menjadi daging, atau Firman yang menjadi manusia (lihat Yoh 1:14), yang melalui-Nya kita ditebus. Yesus bersabda: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yoh 5:24).
Dengan demikian, tidak mengherankanlah bahwa dalam pesta perkawinan di Kana, Maria berkata kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan-Nya kepadamu, lakukanlah itu!” (Yoh 2:5). Maria mengetahui kuat-kuasa dari kata-kata yang diucapkan Yesus untuk mentransformasikan kehidupan. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan banyak orang, termasuk orang-orang Farisi. Bahkan orang yang disembuhkan oleh Yesus itu, setelah bertemu Yesus di Bait Allah dan diberitahukan untuk tidak berbuat dosa lagi, lalu keluar dari tempat itu, lalu menceritakan kepada para pemuka Yahudi bahwa Yesus-lah yang telah menyembuhkan dirinya (lihat Yoh 5:15). Terasa bahwa dia sebenarnya mempunyai kesempatan untuk berada di dekat Yesus untuk waktu yang lebih lama di Bait Allah dan memperkenankan sabda Yesus meresap ke dalam hatinya di situ, namun dia meninggalkan tempat itu agak terlalu cepat. Perhatikanlah, Yesus samasekali tidak menyuruhnya untuk langsung pergi meninggalkan tempat itu (lihat Yoh 5:14-15). Konflik dengan para pemuka Yahudi pun menjadi semakin parah karena Yesus melakukan mukjizat itu pada hari Sabat.
Masa Prapaskah adalah suatu masa rahmat, suatu panggilan untuk diperbaharui oleh sabda kehidupan Allah sendiri, melalui liturgi, dalam doa-doa, dan pembacaan sabda-Nya dalam Kitab Suci. Selagi kita membuat diri kita hening di hadapan hadirat Allah, kita dapat belajar untuk mendengar sabda-Nya dengan lebih jelas, memperkenankan sabda-Nya itu menjadi “hidup dan kuat” dalam hati kita (lihat Ibr 4:12).
DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku agar selalu dapat berjalan bersama-Mu. Aku ingin dibuat menjadi utuh kembali. Ajarlah aku untuk tidak pernah meragukan bahwa sabda-Mu memiliki kuat-kuasa. Sekarang, aku berseru kepada-Mu dalam iman: “Tuhan, aku tidak pantas untuk menerima Engkau, akan tetapi katakanlah sepatah kata saja, maka aku akan sembuh”. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan