Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Sabtu, April 06, 2019

SIAPA SAJA DI ANTARA KAMU TIDAK BERDOSA, ……

(Bacaan Injil Misa Kudus – HARI MINGGU PRAPASKAH V [TAHUN C], 7 April 2019)
Lalu mereka pulang ke rumah masing-masing, tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Lalu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika dia sedang berzinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian dengan batu. Bagaimana pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk lagi dan menulis di  tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, di manakah mereka?” Tidak adakah seorang pun yang menghukum engkau?” Jawabnya, “Tidak ada, Tuan.” Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.” (Yoh 8:1-11) 
Bacaan Pertama: Yes 43:16-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 126:2-6; Bacaan Kedua: Flp 3:8-14 
“Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yoh 8:7)
Seorang  perempuan yang kedapatan sedang berzinah dibawa kepada Yesus oleh para ahli Taurat dan orang Farisi. Laki-laki yang berzinah dengan perempuan itu tidak ikut dibawa, sesuatu yang memang biasa dalam sebuah masyarakat patriarkal. Para pemuka agama Yahudi yang disebutkan di atas mengumumkan dosa perempuan itu dan mengajukan masalahnya kepada Yesus. Menurut hukum Taurat, perempuan seperti itu harus dihukum rajam. Mereka minta pendapat Yesus dengan maksud mencobai-Nya. Jelas orang-orang itu mau menguji kesetiaan Yesus kepada hukum Taurat. Kiranya mereka ingin mencari alasan untuk menangkap dan menghadapkan Yesus kepada pengadilan agama.

Harus kita akui bahwa Yesus menghadapi situasi yang sungguh rumit. Jika Ia mengatakan bahwa perempuan itu harus dihukum sampai mati, maka ada orang-orang Yahudi yang akan menuduh-Nya tidak mempraktekkan sendiri apa yang seringkali diajarkan oleh-Nya mengenai “pengampunan”. Sebaliknya, bila Ia mengatakan perempuan itu boleh pergi dengan bebas, mereka akan menuduh Dia mendorong praktek-praktek perzinahan.
Bagaimana dengan Yesus? Ia tidak menanggapi permintaan para ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus hanya menulis sesuatu dengan jari-Nya di tanah. Kiranya ini adalah bacaan Injil yang bercerita tentang Yesus menulis sesuatu. Kita sungguh tidak tahu apa yang ditulis Yesus itu. Apakah daftar dosa-dosa para pemuka agama Yahudi yang siap untuk merajam perempuan itu? Entahlah! Yesus sepertinya tidak mempedulikan orang-orang itu atau memang tidak mendengar apa-apa. Ada pakar Kitab Suci yang menduga bahwa tindakan Yesus itu merupakan suatu jawaban. Karena para lawannya berpegang pada hukum Musa yang ditulis di atas gunung Sinai di atas dua loh batu (Kel 31:18), maka Yesus menuliskan hukum-Nya yang baru di atas tanah. Jari Yesus adalah jari Allah. Hukum-Nya sekarang ditulis di bumi.

Orang-orang itu tidak memikirkan perihal alasan Yesus untuk berdiam diri, melainkan terus menerus bertanya kepada Yesus. Ia akhirnya bangkit berdiri dan menjawab: “Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh 8:7). Jawaban Yesus membuat diam mereka yang bertanya. Semua diam dan Yesus pun membungkuk lagi dan sekali lagi menulis sesuatu di tanah. Makna sesungguhnya dari perbuatan Yesus ini tidak pernah diketahui. Yang jelas, setelah itu satu persatu mereka pun pergi, mulai dari yang tertua (paling banyak dosanya?) (Yoh 8:9).
Yesus tinggal seorang diri bersama perempuan itu. Yesus bertanya kepada perempuan itu: “Hai Ibu, di manakah mereka? Tidak adakah seorang pun yang menghukum engkau?” Perempuan itu menjawab: “Tidak ada, Tuan”. Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi” (Yoh 8:10-11). Cukup satu hal yang harus diperhatikan oleh perempuan itu, yaitu tidak berbuat dosa lagi. Dia harus memulai suatu hidup baru.

Kita seringkali suka menghakimi orang lain dan lupa bhwa kita pun membutuhkan keadilan. Kita dapat saja “melemparkan batu kepada seseorang” jika kita tidak berdosa lagi. Namun demikian, siapakah yang hidup tanpa dosa? Kita cenderung melihat debu di mata orang lain, tetapi tidak melihat balok dalam mata kita sendiri. Jawaban Yesus sungguh menggugah hati kita, “Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh 8:7).
DOA: Yesus, kasihanilah aku, seorang pendosa. Aku mengasihi-Mu, ya Tuhanku dan Allahku, dan aku ingin menjadi milik-Mu selamanya. Bebaskanlah aku dari segala sesuatu yang dapat merusak diriku. Amin.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan