(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Kamis, 5 September 2013)
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai
Danau Genesaret, sementara orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan
firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah
turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu,
yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia mendorong perahunya sedikit jauh dari
pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah
selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam
dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab, “Guru, telah
sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi
karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.” Setelah mereka melakukannya,
mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu
mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka
datang membantunya. Mereka pun datang, lalu bersama-sama mengisi kedua perahu
itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia
pun sujud di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena
aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia
takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus
dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada
Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Sesudah
menarik perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu
mengikut Yesus. (Luk 5:1-11)
Bacaan Pertama: Kol
1:9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:2-6
“Tuhan, pergilah
dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8).
Pernahkah anda
merasa seperti yang dirasakan Simon Petrus, yaitu anda merasa tidak tahan
ketika menyadari Allah memandang anda seperti apa adanya dirimu sendiri?
Seringkali memang justru ketika kita melihat siapakah Allah sesungguhnya, maka
kita juga melihat kondisi penuh dosa dari diri kita sendiri, dan kita pun merasa
mau mati saja karena rasa malu yang begitu mendalam. Dari waktu ke waktu, kita
semua merasakan sakitnya kedosaan kita, dan kita dapat mulai bertanya-tanya
dalam hati apakah masih mungkin Yesus mengasihi kita dalam keadaan tidak karuan
seperti itu? Inilah yang membuat bacaan Injil hari ini menjadi istimewa penting
bagi kita.
Pada saat Petrus
meminta kepada Yesus agar pergi meninggalkan dirinya karena dia adalah seorang
berdosa, maka Yesus menanggapi permintaan Petrus itu dengan sederhana sekali,
“Jangan takut” (Luk 5:8,10). Yesus sangat mengetahui segala kedosaan Petrus,
namun kelihatannya Dia samasekali tidak berminat untuk membicarakan hal itu.
Sebaliknya, Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa murid-Nya ini sekarang akan
menjadi penjala manusia, artinya seseorang yang ikut ambil bagian dalam misi
Yesus di dunia. Secara sederhana, Yesus kurang peduli dengan masa lalu Petrus
ketimbang masa depannya. Dan Yesus juga lebih berprihatin terhadap masa depan
kita juga.
Kita dapat
membuang-buang banyak waktu “menikmati” rasa bersalah kita dan juga merasa
bahwa diri kita tidak berharga samasekali, dan kita berpikir bahwa tidak
mungkinlah bagi Yesus untuk mengampuni diri kita. Namun Yesus ingin agar kita
mengetahui bahwa Dia telah mengambil keputusan untuk mengampuni setiap dosa
yang telah kita komit, lewat pikiran kita, perkataan yang kita ucapkan,
perbuatan kita dan juga kelalaian kita. Keprihatinan Yesus sekarang adalah
terlebih-lebih dalam hal mencabut rasa takut kita terhadap diri-Nya dan
memberikan kepada kita penerangan atas tujuan dan panggilan diri-Nya bagi
kehidupan kita.
Yesus ingin membuat
Petrus menjadi pemimpin kelompok murid pilihan-Nya dan juga
misionaris-misionaris-Nya di masa depan. Sekarang, apa yang ingin dilakukan-Nya
dengan kita (anda dan saya)? Apakah Yesus mencoba untuk memberikan kepada kita
damai-sejahtera-Nya sehingga kita dapat menjadi saksi-saksi-Nya? Apakah Dia
memimpin kita untuk mengunjungi mereka yang sedang sakit atau sedang meringkuk
di dalam penjara? Apakah Dia ingin menganugerahkan kepada kita karunia-karunia
baru, misalnya agar kita dapat menjadi orangtua yang lebih baik, seorang istri
atau suami yang lebih baik, atau seorang sahabat yang lebih setia?
Apapun panggilan
anda, maka ketahuilah bahwa Yesus memandang anda dengan pandangan kasih tanpa
pamrih, tak bersyarat, dan Ia melihat potensi anda yang begitu luarbiasa.
Jikalau anda membuka hati anda bagi Yesus dan menaruh kepercayaan dalam
kasih-Nya, maka Dia akan menunjukkan kepada anda hal-hal yang agung dan indah.
DOA: Tuhan Yesus, terima
kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengampuni diriku
bahkan sebelum aku berpaling kepada-Mu. Aku percaya, ya Tuhan, bahwa Engkau
ingin menunjukkan kepadaku rencana-Mu yang sempurna bagi hidupku. Bukalah
hatiku agar dapat menerima pengampunan-Mu dan kasih-Mu, dan pimpinlah aku dalam
melayani-Mu lewat pelayananku kepada orang-orang lain. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan