(Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan S. Yohanes dr Salib, Imam-Pujangga Gereja – Sabtu, 14
Desember 2013)
Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Kalau demikian, mengapa ahli-ahli
Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus, “Memang Elia akan
datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang,
tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.
Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu
mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
(Mat 17:10-13)
Bacaan pertama: Sir
48:1-4.9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2-3,15-16,18-19
Elia adalah nabi
besar dari kerajaan utara Israel pada zaman pemerintahan Raja Ahab dan
permaisurinya yang jahat, Izebel. Izebel menyembah ilah Baal dan telah menyuruh
nabi-nabi Israel lainnya dibunuh (baca 1Raj 17:1 – 2Raj 2:13). Pelayanan nabi
Elia termasuk penggandaan makanan dan membangkitkan orang mati (1Raj 17:7-24);
hal mana dengan jelas menunjukkan kedaulatan “seorang” Allah yang benar.
Allah berbicara
kepada Elia di Gunung Horeb (Sinai), seakan dia adalah seorang Musa baru yang
akan memimpin orang-orang Israel meninggalkan kemurtadan mereka. Pentingnya
nabi Elia dicerminkan dengan jelas ketika dia meninggalkan dunia dalam kereta
berapi (2Raj 2:11-12). Pada zaman nabi kecil yang bernama Maleakhi [c.475 SM],
orang-orang Yahudi mengharapkan nabi Elia (yang mereka percayai tidak pernah
mati) akan datang kembali ke bumi dan berfungsi sebagai pembuka jalan dalam
zaman Mesias: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya
hari TUHAN (YHWH) yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati
bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya
supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah” (Mal 4:5-6). Kepercayaan
bahwa nabi Elia akan datang ke bumi ini dicerminkan dalam Kitab Sirakh (Sir
4:1-11) dan dalam kitab Makabe yang pertama, di mana Matatias menjelaskan bahwa
nabi Elia diangkat ke surga secara istimewa karena kegiatan-kegiatannya yang
penuh semangat untuk Hukum Taurat (1Mak 2:58).
Pada hari ini dan
selama dua ribu tahun sejak Yerusalem diporak-porandakan oleh pasukan Romawi
pada tahun 70, orang-orang Yahudi di seluruh dunia memperingati Paskah,
“keluaran” orang-orang Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Mereka
menyediakan secangkir anggur untuk Elia dan membuka pintu rumah mereka bagi
sang nabi untuk masuk, dalam antisipasi akan kedatangan sang Mesias. Pada makan
Paskah, orang Yahudi akan berkata , “Tahun depan di Yerusalem”, mengkaitkan
kedatangan Elia dengan penebusan nasional.
Komentar Yesus
tentang Elia secara langsung berkaitan dan melanjutkan peristiwa transfigurasi,
di mana Yesus tampil di hadapan Petrus, Yakobus dan Yohanes di atas gunung
tinggi, bersama-sama dan bercakap-cakap dengan Musa dan Elia, dan Allah Bapa
bersabda kepada mereka dari dalam awan: “Inilah Anak-Ku yang terkasih,
kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Ketika Yesus
mengidentifikasikan Yohanes Pembaptis sebagai Elia (tidak secara
literer/hurufiah, melainkan secara fungsional sebagai bentara Kristus/Mesias)
yang telah diantisipasi oleh orang-orang Yahudi pada akhir zaman, Ia
mengkonfirmasikan kata-kata Allah Bapa bahwa Dia – Yesus – adalah Yang Diurapi,
Kristus (Ibrani: Meshiakh atau Mesias). Allah memegang kata-kata-Nya dengan
memenuhi nubuat-nubuat Yahudi.
DOA: Bapa surgawi,
penuh syukur kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau telah mengutus
nabi-nabi seperti Musa, Elia dan Yohanes Pembaptis untuk memimpin kami kepada
pertobatan dan kepada sang Mesias yang tidak hanya telah menebus Israel,
melainkan juga seluruh dunia. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan