(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari biasa Pekan II Adven – Selasa, 10 Desember 2013)
“Bagaimana
pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya
sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu:
Jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu
daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian
juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak yang
hilang.” (Mat 18:12-14)
Bacaan Pertama: Yes
40:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,10-13
Kita dapat saja
berpikir bahwa seorang gembala akan bersungut-sungut karena harus
“membuang-buang” energi hanya untuk mencari seekor domba yang hilang. Namun hal
ini bukanlah yang terjadi dengan sang gembala dalam perumpamaan Yesus. Gembala
ini begitu berkomitmen pada setiap ekor dombanya sehingga dia ikhlas
berlelah-lelah untuk menyelamatkan domba mana pun yang mengalami kesulitan atau
hilang. Gembala ini pun akan merasa bahagia apabila domba yang mengalami
kesulitan atau hilang itu dapat diselamatkan.
Para nabi
Perjanjian Lama seringkali mengibaratkan TUHAN (YHWH) Allah sebagai seorang
gembala dalam cara-Nya menjaga Israel: “Seperti seorang gembala Ia
menggembalakan kawanaan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;
anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati”
(Yes 40:11). Yesus juga menggunakan gambaran “gembala yang baik” bagi diri-Nya:
“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya” (Yoh 10:11) dan mencari domba yang hilang (lihat Luk 15:4-5).
Santo Gregorius Agung [540-604] menulis bahwa Yesus bahkan “memanggul domba di
atas bahunya karena dengan mengambil kodrat manusia, Dia membebani diri-Nya
dengan dosa-dosa kita.”
Inilah sesungguhnya makna terdalam dari ungkapan “Yesus adalah gembala kita
semua”: Yesus menanggung sendiri dosa-dosa kita semua, bukan hanya segelintir
orang yang mencoba untuk menjadi baik, atau sejumlah kecil orang yang telah
memiliki kecenderungan-kecenderungan religius. Yesus tidak menolak orang-orang
yang dikenal sebagai para pendosa. Yesus tidak menghindari orang-orang yang
dipandang rendah oleh orang-orang “terhormat” pada zamannya. Yesus senantiasa
mencari kesempatan untuk pergi mencari orang-orang berdosa dan hina dalam
masyarakat pada waktu itu. Sebagai akibat dari perjumpaan orang-orang itu
dengan Yesus, hidup mereka pun diubah secara dramatis.
Kita tentu masih
ingat akan cerita tentang pertobatan Zakheus, bukan? (Luk 19:1-10). Kita pun
tentunya tidak akan pernah melupakan cerita tentang perempuan yang kedapatan
berzinah (Yoh 8:1-11), dan cerita tentang seorang penjahat yang disalibkan
bersama Yesus, namun kemudian bertobat (Luk 23:42-43). Yesus minta kepada kita
– para murid-Nya – agar mau ke luar menemui orang-orang seperti tiga orang yang
disebutkan di atas. Yesus ingin kita untuk memberkati setiap orang yang kita
jumpai, berdoa syafaat bagi mereka, dan mau menunjukkan kepada mereka
bela-rasa-Nya bilamana ada kesempatan untuk itu. Teristimewa dalam masa Adven
ini dengan segala macam pertemuan dalam lingkungan dlsb., kita akan mempunyai
banyak kesempatan untuk berinter-aksi dengan orang-orang yang memiliki
latar-belakang berbeda-beda dengan diri kita sendiri. Kita harus berhati-hati
agar jangan cepat-cepat menghakimi mereka, tetapi menyambut setiap orang ke
dalam hati kita. Marilah kita memohon kepada Yesus agar mengirimkan
“domba-domba yang hilang” kepada kita. Selagi kita melakukannya, maka kita pun
akan menemukan diri kita semakin serupa dengan Dia.
DOA: Tuhan Yesus,
terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau sudi menjadi
Gembala yang Baik bagi kami. Selamatkanlah kami semua – domba-domba-Mu,
sehingga tidak seorangpun dari kami akan terpisahkan dari-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan